Home / Fantasi / Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa / 174. Rahasia Liontin Helena

Share

174. Rahasia Liontin Helena

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-05-25 14:03:24
"Tempat ini ..." bisiknya, mata menelusuri dinding-dinding batu yang dipenuhi ukiran nyaris terhapus waktu. "Tempat ini bukan hanya tempat persembunyian. Ini ... benteng pelindung. Dibuat untuk menjaga sesuatu yang jauh lebih penting daripada manusia.”

Kael meliriknya dan tersenyum miring, tatapannya teduh namun menilai. “Kau cepat tanggap,” katanya pelan, suaranya nyaris seperti pujian.

Mereka berhenti di hadapan sebuah pintu batu yang menjulang tinggi, menjulang seperti penjaga purba. Tidak ada gagang. Tidak ada celah. Tidak ada tanda bahwa pintu itu pernah dibuka. Hanya permukaan kasar dan datar, membisu di tengah keabadian.

Kael melangkah maju dan meletakkan telapak tangannya di tengah-tengah batu. Urat-urat di tangannya tampak menegang, dan bibirnya mulai menggumamkan sesuatu dalam bahasa asing—keras, tercekik, dan tidak wajar. Bahasa itu terdengar seperti serpihan kutukan yang ditiupkan dari dasar dunia, hanya bisa dipelajari lewat darah dan penderitaan.

Tiba-tiba, cahaya biru me
Zhu Phi

Bab Utama : 2/2 Selesai. Bab Bonus Gems : 0/6 Rahasia apakah yang berhubungan dengan Keluarga Caraxis?

| 5
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   576. Iblis Surgawi Turun Gunung

    Udara di sekitar Kevin berubah drastis. Bukan lagi hawa membakar dari api neraka sebelumnya, melainkan sesuatu yang lebih murni—dingin, tajam, namun penuh wibawa. Aura pedang yang ia lepaskan berdesir di udara seperti ribuan jarum tipis menusuk kulit, membuat bulu kuduk berdiri bagi siapa pun yang merasakannya.Para tetua paviliun yang menyaksikan langsung merasakan dada mereka terhimpit. Beberapa bahkan terpaksa mundur selangkah, wajah pucat pasi.“Tidak mungkin… dia benar-benar… hendak mengeluarkan teknik itu…!” desah salah seorang, suaranya bergetar, seolah baru saja melihat malapetaka turun dari langit.“Apa yang dia lakukan?!” teriak tetua lain dengan panik, kedua tangannya bergetar menahan tongkatnya agar tidak jatuh. “Aura pedangnya… seperti gunung itu sendiri yang runtuh menimpa kita!”Dan saat itu—Pedang Iblis Surgawi di tangan Kevin meledak dengan cahaya yang tak tertahankan. Sinar emas menyilaukan memancar, menusuk hingga ke sudut-sudut paviliun. Dari kilatan itu, terbentuk

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   575. Iblis Neraka Dunia

    Debu dan asap masih meliuk di udara, bergulung seperti naga kelabu yang enggan menghilang. Paviliun Drakenis yang tadi berkilau megah kini tampak seperti medan perang neraka—lantai marmernya pecah membentuk celah-celah menganga, pilar-pilar marmer rebah tak berdaya, dan lampu kristal berayun liar, memantulkan cahaya kacau ke seluruh ruangan.Para tamu masih di tempatnya. Tak ada yang berani lari, seolah kaki mereka tertancap di lantai. Napas mereka memburu, mata tak berkedip. Mereka tahu ini bukan lagi sekadar duel kehormatan—ini adalah ritual penentuan penguasa, dan mereka adalah saksi yang tak bisa berpaling.Dari balik kabut asap yang menyesakkan dada, siluet Alaric muncul. Tubuhnya tegak, jubahnya berkibar, dan senyum tipis menghiasi wajahnya—senyum yang dingin, penuh keyakinan. Matanya menyala merah, seperti bara yang siap meledak kapan saja. Bayangan raksasa yang menjulang di belakangnya mengangkat kedua tangan, seakan hendak meremukkan langit dan bumi dalam satu genggaman.“Kevi

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   574. Iblis Turun Ke Dunia

    Langit-langit Paviliun seakan bergetar saat seratus pedang surgawi melayang di udara, berkilau laksana bintang-bintang emas yang siap jatuh menghantam bumi. Aura tajamnya menusuk tulang, membuat para tamu yang berada di aula menahan napas dengan wajah pucat pasi. Beberapa yang lemah spiritualnya langsung terjatuh berlutut, darah merembes dari telinga mereka hanya karena tertekan oleh niat pedang Kevin.Di sisi lain, Alaric mengangkat tangannya perlahan. Dari tubuhnya menyembur kabut hitam pekat, lalu mencair menjadi ratusan sosok bayangan—prajurit tanpa wajah dengan mata merah menyala. Mereka bergerak senada, seolah tubuh Alaric adalah poros dan mereka hanyalah cerminan kegelapan yang patuh. Suara desisan lirih terdengar dari tiap langkah mereka, seperti ribuan roh lapar yang merintih dalam jeritan sunyi.“Seratus pedang surgawi… melawan seratus pasukan bayangan.” Suara seorang tetua paviliun bergetar, seperti baru saja menyaksikan akhir dunia.“Ini… bukan lagi duel,” bisik yang lain,

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   573. Seratus Pedang Surgawi

    Seratus pedang berkilauan kini menggantung di udara. Pedang-pedang itu berputar perlahan, masing-masing memancarkan aura berbeda—ada yang menyemburkan api merah keemasan, ada yang mengalirkan listrik biru, ada yang memancarkan kabut es putih membeku, ada pula yang menebar angin tajam yang mendesir hingga membuat telinga berdengung.Udara di dalam Paviliun Drakenis seolah berhenti. Para tamu menatap ke atas dengan mata membelalak, wajah pucat, beberapa bahkan mundur tanpa sadar hingga punggung mereka menempel ke dinding.“Aku... aku tak pernah melihat jurus seperti ini...” salah seorang tetua dari Organisasi Artefak Kuno tergagap, tangannya bergetar saat menunjuk ke atas. “Pedang-pedang itu... seolah punya nyawa sendiri!”Seorang wanita dari Sekte Racun Iblis Utama menutup mulutnya dengan kedua tangan, tubuhnya gemetar hebat. “Bukan hanya aura pedang... setiap bilah mengandung niat membunuh! Kalau jatuh sekalipun satu pedang saja... kita semua akan hancur lebur!”Celestine Aschne menga

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   572. Jurus Pedang Iblis Surgawi

    Hening menggantung di udara, begitu tebal hingga setiap detik terasa seperti sebuah palu yang menghantam dada. Semua orang menahan napas.Kevin akhirnya bergerak. Dengan gerakan perlahan namun penuh wibawa, ia meraih gagang pedangnya.SREEENG!Suara logam itu seperti petir yang membelah langit. Begitu bilah pedang keluar sepenuhnya dari sarung, cahaya keemasan meledak, memancar ke setiap sudut ruangan.WHUUUM!Seakan-akan seratus matahari kecil meledak sekaligus di Paviliun Drakenis. Dinding kristal bergetar, lantai berderak halus. Para tamu refleks menutup mata, sebagian bahkan jatuh terduduk, berteriak karena silau.Cahaya itu bukan hanya terang—ia membawa tekanan spiritual yang membuat jantung semua orang berdebar panik. Aura pedang itu memancarkan perpaduan yang aneh... suci namun mengancam, surgawi namun iblis. Udara di sekeliling bilahnya berputar, berdesis, seolah ruang itu sendiri menolak keberadaan senjata tersebut.Simbol-simbol kuno di pedang itu bergetar, menyala seperti ru

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   571. Perseteruan Dua Monster

    Kabut keheningan kembali turun setelah nama itu terlontar. Alaric Xarxis. Dua kata yang seakan mengguncang dinding Paviliun Drakenis.Semua mata tertuju pada sosok pria itu. Alaric masih duduk tenang, jubah hitamnya jatuh rapi tanpa lipatan. Wajahnya dingin, tanpa ekspresi, seolah tuduhan Raisa hanyalah angin lalu. Namun justru ketenangannya yang membuat bulu kuduk setiap orang berdiri.Kevin berdiri tegak, pedang hitamnya berkilau temaram. Aura spiritualnya merambat perlahan, tapi cukup untuk membuat udara di dalam paviliun terasa berat, menekan paru-paru siapa pun yang lemah. Sementara itu, Alaric akhirnya mengangkat wajah, menatap Kevin dengan tatapan setajam pisau.“Jadi... kau percaya pada ocehan seorang wanita yang hampir mati?” suara Alaric dalam, tenang, namun di baliknya ada getaran amarah yang ditahan.Kevin tidak langsung menjawab. Ia melangkah maju, suara langkah sepatunya bergema keras di lantai batu. Tap... tap... tap. Setiap langkah seperti menggedor jantung para tamu ya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status