Bab Utama : 1/2 Bab Bonus Gems : 0/6 Bab pertama hari ini menceritakan perjalanan Helena Caraxis ... semua nanti ada hubungannya ya sobat readers ... selamat akhir pekan.
Di tengah medan yang sudah dipenuhi darah, asap, dan cahaya spiritual yang berputar tanpa arah—sebuah sosok raksasa tertawa keras.“HUHAHAHA!”“Akhirnya! Giliran kita, wahai penyatu langit dan neraka!”Suara itu datang dari Orojin Vastfist, Sang Dewa Bela Diri. Tubuhnya sebesar rumah, ototnya berkilau seperti batu yang hidup, dan setiap langkahnya membuat tanah retak. Aura spiritualnya berwarna merah kehitaman, seperti bara yang tidak pernah padam.Dalam satu ayunan lengan raksasanya, Orojin menghantam tanah dengan kekuatan murni. Dentuman itu bukan hanya menghancurkan permukaan Lembah Surgawi, melainkan menggetarkan lima elemen sekaligus—tanah, angin, api, air, dan logam berdenyut dalam satu lingkaran simbol yang meledak dari titik benturan.Tanah di bawah kaki Kevin Drakenis bergemuruh hebat. Angin tersedot ke dalam pusaran, dan udara seperti ditampar mundur.Namun...Kevin mengangkat tangan kirinya, dan dalam sekejap, Pedang Dewa Ilahi melayang, menyala dengan aura putih keemasan.
Di ujung langit pertempuran, medan berubah menjadi lukisan suram yang nyaris tak bisa didefinisikan antara mimpi dan kematian. Kabut racun—pekatan kehijauan yang menjalar seperti luka hidup, berdesis, berdenyut—bertemu dengan kabut penyembuhan yang bercahaya lembut bagai napas dewi dari surga. Keduanya bertabrakan… bukan seperti dua elemen, tetapi seperti dua jiwa yang membenci keberadaan satu sama lain.Sssshhh... ssssshhkkk...Uap mereka bertarung di udara, saling memakan, saling menghina. Masing-masing mencoba menelan ruang di hadapan mereka. Dan di tengah perbatasan kabut yang menari liar itu, berdiri sosok berjubah gelap dengan rambut panjang keperakan—Xireon, sang Dewa Alkemis. Matanya bersinar kehijauan, dan di tangannya tergenggam pistol spiritual berbentuk ular naga yang mengilap seperti terbuat dari tulang beracun.“Matilah dalam dua belas tahap,” bisiknya pelan, namun terdengar seolah berbicara langsung ke dalam jiwa siapa pun yang mendengarnya.“Dimulai dari... kenanganmu
Kevin mengangkat kedua pedangnya, menyilangkan Pedang Dewa Ilahi dan Pedang Iblis Suci di depan tubuhnya. Angin spiritual mulai bergerak seperti badai yang mengumpulkan kekuatan."Jika ini adalah gerbang menuju akhir… maka izinkan aku membuka gerbang itu dengan amarah… dan kebenaran."Valkyrie melangkah ke samping, tubuhnya diselimuti petir surgawi, pedangnya menyala dalam dalam kilatan petir ,,, Arashi-no-Hime. Matanya menatap Kevin, lalu menatap kelima dewa di hadapan mereka."Biar kuhadapi dua dari mereka… Tapi sisanya… milikmu."Pertarungan Lima Dewa dimulai. Tanah Lembah Surgawi berguncang. Langit membelah. Dan sejarah baru pun mulai ditulis… dengan darah dan kehendak.***BOOOOMMM!!!Tanah retak, dan dunia seolah berdenyut saat Qi surgawi meledak dari telapak kaki Kevin. Ledakannya bukan sekadar kekuatan, melainkan pernyataan perang. Dalam sekejap, tubuh Kevin menjadi garis cahaya—kilat keemasan yang mengoyak jarak, melesat menuju Brianstrom Seraphblade, Sang Dewa Pedang.Pria t
Langkah Kevin dan Valkyrie melambat seiring dengan hawa yang berubah—udara seolah menjadi lebih berat, lebih tajam, dan setiap partikel spiritual yang mengambang di sekeliling mereka mulai bergetar seperti senar kecapi yang ditekan dengan kekuatan tak kasat mata.Kabut spiritual yang sejak tadi menari lembut di sepanjang lembah kini berhenti bergerak. Ia membeku… lalu terbelah.Dari balik kabut itu, lima sosok perlahan berjalan maju—seperti bintang-bintang jatuh yang menolak tunduk pada langit. Mereka tidak sekadar hadir. Mereka menghentikan dunia.Aura mereka mencuat, membentuk lima pilar kosmik yang saling bersilangan di udara, menciptakan penghalang tak terlihat namun terasa, seolah-olah realitas itu sendiri sedang ditahan dari bergerak lebih jauh. Tanah di sekeliling Kevin dan Valkyrie mulai retak halus, tidak karena kekuatan yang diarahkan pada mereka, tapi karena dunia bergetar di bawah kehadiran kelima makhluk ini.Mereka berdiri sejajar, tak bergerak seperti patung yang mengan
Langit Pulau Neraka masih merintih dalam diam, seolah enggan menyembunyikan luka yang ditorehkan oleh bentrokan terdahulu—pertempuran dahsyat antara Kevin dan Tiga Iblis Surgawi yang mengguncang tatanan dunia spiritual. Retakan dimensi masih menggantung di angkasa, menyerupai gurat luka di permukaan cermin langit. Aura kehampaan menetes dari celah-celah itu seperti darah hitam dari luka kuno, bercampur dengan jejak api surgawi yang tak kunjung padam.Gelombang panas masih memancar dari tanah yang melepuh, menciptakan ilusi udara yang bergetar. Di sekeliling mereka, angin membawa serpihan qi yang kacau, menyapu sisa-sisa medan tempur yang luluh lantak. Aroma terbakar dan logam bercampur dengan wangi samar bunga spiritual yang mulai tumbuh kembali, seperti bisikan alam yang ingin menyembuhkan, namun tahu bahwa luka ini bukan luka biasa.Kevin melangkah perlahan, napasnya masih berat tapi stabil. Di sisinya, Valkyrie melangkah tegak, sorot matanya tajam meski kulitnya dipenuhi luka dan d
Langit belum sempat pulih dari luka sebelumnya—retakannya masih menyisakan gurat-gurat abu gelap di cakrawala. Angin tak lagi bertiup biasa. Setiap hembusannya membawa serpihan qi yang berserakan, debu dari dunia yang hampir runtuh.Dan di tengah reruntuhan lava beku, pilar-pilar batu hangus, serta bau darah dan bara…Drakarion berdiri lagi.Separuh tubuhnya tertutupi armor kegelapan yang telah patah-patah, tapi matanya masih membara merah seperti dua bintang neraka yang tak padam. Suaranya rendah namun menggelegar, seolah keluar dari kerongkongan dunia bawah yang tak memiliki dasar.“Aku belum selesai, Pewaris Naga…”Tubuhnya kini membesar, bukan secara fisik, tapi dalam intensitas—auranya menyelimuti seisi gunung, memutar qi di udara dan mengubah atmosfer menjadi medan tekanan yang seolah bisa mematahkan tulang hanya dengan berdiri di sana.Kevin tak menjawab. Ia hanya melangkah.Dari tempat penyimpanan ruangnya, dua pedang muncul.Pedang Dewa Ilahi.Sebuah bilah perak keemasan, mem