Share

173. Lorong Yang Aneh

Auteur: Zhu Phi
last update Dernière mise à jour: 2025-05-25 14:00:48
Lorong Bawah Tanah Silsilah Hitam, Distrik Hitam Nagapolis, Tengah Malam...

Udara di lorong itu dingin dan buat menggigil. Tak ada suara, kecuali derak langkah kaki yang pelan tapi mantap. Helena mengikuti di belakang Kael, menyusuri tangga batu yang tua dan lembap. Setiap pijakan mengeluarkan suara halus, seperti desahan batu yang terbangun dari tidur panjangnya. Dindingnya dipenuhi lumut tua berwarna keabu-abuan, dan bau tanah basah serta logam tua memenuhi indera penciuman.

Titik awal perjalanan mereka tersembunyi di balik pintu besi berkarat, terletak di belakang toko barang antik yang tampaknya telah lama ditinggalkan. Bangunannya reot, kayu-kayunya lapuk, dan papan nama yang nyaris copot hanya bertuliskan samar-samar terbaca ...

“TOKO LAMA #29.”

Helena menggigit bibir bawahnya, pelan—hingga hampir berdarah. Napasnya masih tersengal, seakan paru-parunya menolak bekerja sempurna setelah pertempuran yang baru saja dilewatinya. Keringat dingin masih membasahi pelipis dan tengkuknya,
Zhu Phi

Bab Utama : 1/2 Bab Bonus Gems : 0/6 Bab pertama hari ini menceritakan perjalanan Helena Caraxis ... semua nanti ada hubungannya ya sobat readers ... selamat akhir pekan.

| 6
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   575. Iblis Neraka Dunia

    Debu dan asap masih meliuk di udara, bergulung seperti naga kelabu yang enggan menghilang. Paviliun Drakenis yang tadi berkilau megah kini tampak seperti medan perang neraka—lantai marmernya pecah membentuk celah-celah menganga, pilar-pilar marmer rebah tak berdaya, dan lampu kristal berayun liar, memantulkan cahaya kacau ke seluruh ruangan.Para tamu masih di tempatnya. Tak ada yang berani lari, seolah kaki mereka tertancap di lantai. Napas mereka memburu, mata tak berkedip. Mereka tahu ini bukan lagi sekadar duel kehormatan—ini adalah ritual penentuan penguasa, dan mereka adalah saksi yang tak bisa berpaling.Dari balik kabut asap yang menyesakkan dada, siluet Alaric muncul. Tubuhnya tegak, jubahnya berkibar, dan senyum tipis menghiasi wajahnya—senyum yang dingin, penuh keyakinan. Matanya menyala merah, seperti bara yang siap meledak kapan saja. Bayangan raksasa yang menjulang di belakangnya mengangkat kedua tangan, seakan hendak meremukkan langit dan bumi dalam satu genggaman.“Kev

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   574. Iblis Turun Ke Dunia

    Langit-langit Paviliun seakan bergetar saat seratus pedang surgawi melayang di udara, berkilau laksana bintang-bintang emas yang siap jatuh menghantam bumi. Aura tajamnya menusuk tulang, membuat para tamu yang berada di aula menahan napas dengan wajah pucat pasi. Beberapa yang lemah spiritualnya langsung terjatuh berlutut, darah merembes dari telinga mereka hanya karena tertekan oleh niat pedang Kevin.Di sisi lain, Alaric mengangkat tangannya perlahan. Dari tubuhnya menyembur kabut hitam pekat, lalu mencair menjadi ratusan sosok bayangan—prajurit tanpa wajah dengan mata merah menyala. Mereka bergerak senada, seolah tubuh Alaric adalah poros dan mereka hanyalah cerminan kegelapan yang patuh. Suara desisan lirih terdengar dari tiap langkah mereka, seperti ribuan roh lapar yang merintih dalam jeritan sunyi.“Seratus pedang surgawi… melawan seratus pasukan bayangan.”Suara seorang tetua paviliun bergetar, seperti baru saja menyaksikan akhir dunia.“Ini… bukan lagi duel,” bisik yang lain,

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   573. Seratus Pedang Surgawi

    Seratus pedang berkilauan kini menggantung di udara.Pedang-pedang itu berputar perlahan, masing-masing memancarkan aura berbeda—ada yang menyemburkan api merah keemasan, ada yang mengalirkan listrik biru, ada yang memancarkan kabut es putih membeku, ada pula yang menebar angin tajam yang mendesir hingga membuat telinga berdengung.Udara di dalam Paviliun Drakenis seolah berhenti. Para tamu menatap ke atas dengan mata membelalak, wajah pucat, beberapa bahkan mundur tanpa sadar hingga punggung mereka menempel ke dinding.“Aku... aku tak pernah melihat jurus seperti ini...” salah seorang tetua dari Organisasi Artefak Kuno tergagap, tangannya bergetar saat menunjuk ke atas. “Pedang-pedang itu... seolah punya nyawa sendiri!”Seorang wanita dari Sekte Racun Iblis Utama menutup mulutnya dengan kedua tangan, tubuhnya gemetar hebat. “Bukan hanya aura pedang... setiap bilah mengandung niat membunuh! Kalau jatuh sekalipun satu pedang saja... kita semua akan hancur lebur!”Celestine Aschne menga

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   572. Jurus Pedang Iblis Surgawi

    Hening menggantung di udara, begitu tebal hingga setiap detik terasa seperti sebuah palu yang menghantam dada. Semua orang menahan napas.Kevin akhirnya bergerak. Dengan gerakan perlahan namun penuh wibawa, ia meraih gagang pedangnya.SREEENG!Suara logam itu seperti petir yang membelah langit. Begitu bilah pedang keluar sepenuhnya dari sarung, cahaya keemasan meledak, memancar ke setiap sudut ruangan.WHUUUM!Seakan-akan seratus matahari kecil meledak sekaligus di Paviliun Drakenis. Dinding kristal bergetar, lantai berderak halus. Para tamu refleks menutup mata, sebagian bahkan jatuh terduduk, berteriak karena silau.Cahaya itu bukan hanya terang—ia membawa tekanan spiritual yang membuat jantung semua orang berdebar panik. Aura pedang itu memancarkan perpaduan yang aneh... suci namun mengancam, surgawi namun iblis. Udara di sekeliling bilahnya berputar, berdesis, seolah ruang itu sendiri menolak keberadaan senjata tersebut.Simbol-simbol kuno di pedang itu bergetar, menyala seperti r

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   571. Perseteruan Dua Monster

    Kabut keheningan kembali turun setelah nama itu terlontar. Alaric Xarxis. Dua kata yang seakan mengguncang dinding Paviliun Drakenis.Semua mata tertuju pada sosok pria itu. Alaric masih duduk tenang, jubah hitamnya jatuh rapi tanpa lipatan. Wajahnya dingin, tanpa ekspresi, seolah tuduhan Raisa hanyalah angin lalu. Namun justru ketenangannya yang membuat bulu kuduk setiap orang berdiri.Kevin berdiri tegak, pedang hitamnya berkilau temaram. Aura spiritualnya merambat perlahan, tapi cukup untuk membuat udara di dalam paviliun terasa berat, menekan paru-paru siapa pun yang lemah. Sementara itu, Alaric akhirnya mengangkat wajah, menatap Kevin dengan tatapan setajam pisau.“Jadi... kau percaya pada ocehan seorang wanita yang hampir mati?” suara Alaric dalam, tenang, namun di baliknya ada getaran amarah yang ditahan.Kevin tidak langsung menjawab. Ia melangkah maju, suara langkah sepatunya bergema keras di lantai batu. Tap... tap... tap. Setiap langkah seperti menggedor jantung para tamu y

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   570. Buka Mulut

    Darah menetes deras dari lengan Raisa, membasahi lantai paviliun. Setiap tetesnya terdengar jelas di telinga semua orang, tik... tik... tik, seperti hitungan waktu menuju eksekusi.Raisa terhuyung, wajahnya pucat pasi. Tangannya bergetar hebat, mencoba menahan luka yang perih. Namun yang lebih menakutkan baginya bukan rasa sakit, melainkan tatapan Kevin Drakenis—dingin, tak tergoyahkan, seperti malaikat maut yang hanya menunggu alasan terakhir untuk menebas nyawanya.“Bicara,” desis Kevin, suaranya rendah namun bergema dalam kepala Raisa.Aura pedang spiritual di tangannya kembali berdenyut, seolah lapar akan darah. Para tamu menahan napas. Bahkan Celestine Aschne yang biasanya selalu tenang pun terlihat menegang, sementara pembunuh-pembunuh Organisasi Pembunuh Dunia tersenyum samar, menikmati tontonan seperti sekawanan serigala yang melihat kelinci terjebak.Raisa berusaha mengalihkan pandangan, tapi tatapan Kevin mengunci dirinya. Lalu ia melirik sekilas ke arah Alaric Xarxis—sosok

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status