Beranda / Fantasi / Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa / 224. Devil Flame Strike

Share

224. Devil Flame Strike

Penulis: Zhu Phi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-05 21:30:31

Sisa petir masih mengendap di udara, berdesis samar di antara puing-puing aula yang hangus terbakar cahaya. Lantai retak, dinding hitam berasap, dan langit di atas mereka—yang dulu melindungi—kini seperti langit yang sudah menyerah pada keputusasaan. Petir sudah reda, tapi kini hawa lain, lebih sunyi, lebih dingin, dan jauh lebih mengerikan mulai menyelimuti ruangan.

Udara perlahan memanas—bukan hangat seperti sinar matahari pagi, tapi panas yang terkompresi, seperti tekanan napas terakhir bumi sebelum dilumat kehancuran. Setiap hembusan terasa seperti debu api, menyusup ke dalam paru-paru, menyakitkan, seolah dunia ini sendiri bersiap untuk lenyap.

Lalu, langkah-langkah berat terdengar bergema.

Tap ... Tap ... Tap ...

Kevin melangkah maju dari balik asap. Sepatu hitamnya menyentuh lantai yang retak dengan bunyi lembut, tapi menyayat, seperti suara penyesalan terakhir sebelum maut. Jubahnya mengepul, robek di beberapa bagian oleh kekuatan yang barusan dilepaskannya, tapi auranya tetap
Zhu Phi

Bab Bonus Gems : 2/3. Bab cukup panjang ... semoga suka.

| Sukai
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   228. Sekte Naga Langit

    Langkah Kevin dan Valkyrie belum sempat menyentuh batas tengah Desa Langit ketika suara berat namun berwibawa memecah keheningan dari arah tebing tinggi sebelah barat.“Berhenti di situ.”Suara itu datang begitu jelas, datar namun mengandung ancaman yang tak bisa disangkal. Nada suaranya seperti baja yang digesekkan di tepi bilah pedang—dingin dan penuh ketegasan. Di atas sebuah batu besar berlapis kristal biru kehijauan, berdiri seorang pria bertubuh tegap, jubah putih keperakannya berkibar lembut ditiup angin gunung. Di dada jubah itu, tersemat simbol naga bersayap yang menyala samar, bukan hanya hiasan—melainkan lambang otoritas dan kekuatan dari Sekte Naga Langit.Di belakangnya, puluhan murid berdiri dalam barisan rapi, wajah mereka menegang, tangan-tangan mereka sudah siap pada gagang senjata. Mereka mengenakan seragam tempur sekte dengan bordiran naga langit berwarna perak di punggung, kainnya berat namun menjuntai anggun, tanda kehormatan sekaligus kekuatan. Sebagian besar mem

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   227. Kenangan Desa Langit

    Mentari pagi merayap pelan di balik siluet Pegunungan Abadi, menyiram puncak-puncaknya dengan cahaya emas yang lembut. Kabut tipis masih bergelayut di sela-sela tebing, menyelimuti lembah di bawahnya dalam diam yang nyaris suci. Lembah itu—tempat yang disebut Desa Langit—tampak seperti serpihan surga yang jatuh ke bumi.Angin lembut mengalir, membawa serta aroma tanah basah dan embun pagi yang menyentuh kulit seperti jari-jari dingin masa lalu. Pohon-pohon pinus menjulang tenang, berdiri seperti penjaga bisu dari rahasia yang telah terkubur berabad-abad. Burung-burung spiritual dengan bulu yang memantulkan cahaya terbang rendah di antara dahan, mengeluarkan kicauan pelan seolah sedang membisikkan ramalan.Langkah Kevin dan Valkyrie menggema lembut di jalanan batu, tak ada suara lain kecuali desir angin dan bisikan daun. Lembah ini jauh dari medan pertempuran, namun justru karena itu—ia terasa lebih mencekam. Terlalu sunyi. Terlalu bersih. Seperti tempat yang sedang menahan napas menun

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   226. Cultivator Topeng Iblis

    Fajar perlahan merangkak naik di ufuk timur, namun sinarnya tampak lesu—seolah langit sendiri ragu untuk memberkati tempat ini dengan terang. Kilau emasnya terselip malu-malu di balik gumpalan asap kelabu yang belum juga menghilang, sisa dari pembantaian brutal di Paviliun Lelang Merak Putih kemarin.Tanah di bawah cahaya fajar bukan lagi lahan yang pernah subur, bukan pula tanah tempat harapan tumbuh. Kini, ia hanyalah ladang kematian—penuh reruntuhan hangus, abu berserakan, dan aroma darah besi yang masih menguar meski malam telah lama pergi.Angin pagi yang semestinya membawa kesejukan, justru mengalir lirih seperti bisikan duka. Ia mengangkat serpihan abu dan debu mayat yang beterbangan perlahan di udara—seperti salju dari neraka, melayang tenang namun menyayat hati bagi siapa pun yang menyaksikannya.Di tengah lanskap kehancuran ini, dua sosok berdiri tegak, membatu seperti patung perang. Mereka tak tergerak oleh dinginnya pagi, ataupun oleh sejarah kelam yang masih meneteskan bi

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   225. Kesadisan Api Iblis Abadi

    Seorang tetua dari Sekte Pedang Iblis memekik, “T-Tidak mungkin... Itu... Api Iblis dari Legenda Langit Surgawi! Mustahil...!” Suaranya parau, gemetar seperti daun di tengah badai.Warna api itu bukan merah biasa. Ia bukan cahaya hangat dari tungku atau nyala liar dari ledakan. Api ini—merah kehitaman, pekat seperti darah tua yang telah bercampur dengan malam, dan di sekelilingnya—ada semburat ungu yang berdenyut aneh, seolah garis batas antara dunia nyata dan neraka itu sendiri. Api itu menari, bukan dengan kebebasan, tapi dengan niat, dengan hasrat haus jiwa yang menjijikkan dan memukau dalam satu waktu.Setiap lidah apinya berkelok seperti tarian setan yang mabuk darah, dan bukannya menyebar liar seperti api biasa, ia melesat—presisi seperti panah, mengarah pada setiap musuh Kevin satu demi satu. Suara “SSSSTT” yang tajam terdengar setiap kali api itu mengenai tubuh, menembus kulit tanpa ampun, menyusup jauh ke dalam tulang, lalu… membakar dari dalam.Teriakan pertama datang dari s

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   224. Devil Flame Strike

    Sisa petir masih mengendap di udara, berdesis samar di antara puing-puing aula yang hangus terbakar cahaya. Lantai retak, dinding hitam berasap, dan langit di atas mereka—yang dulu melindungi—kini seperti langit yang sudah menyerah pada keputusasaan. Petir sudah reda, tapi kini hawa lain, lebih sunyi, lebih dingin, dan jauh lebih mengerikan mulai menyelimuti ruangan.Udara perlahan memanas—bukan hangat seperti sinar matahari pagi, tapi panas yang terkompresi, seperti tekanan napas terakhir bumi sebelum dilumat kehancuran. Setiap hembusan terasa seperti debu api, menyusup ke dalam paru-paru, menyakitkan, seolah dunia ini sendiri bersiap untuk lenyap.Lalu, langkah-langkah berat terdengar bergema.Tap ... Tap ... Tap ...Kevin melangkah maju dari balik asap. Sepatu hitamnya menyentuh lantai yang retak dengan bunyi lembut, tapi menyayat, seperti suara penyesalan terakhir sebelum maut. Jubahnya mengepul, robek di beberapa bagian oleh kekuatan yang barusan dilepaskannya, tapi auranya tetap

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   223. Infinity Lightning Blast

    Langit mendadak menegang, seperti dada seorang raksasa kuno yang menarik napas dalam sebelum menghembuskan kutukan terakhirnya. Awan-awan kelabu yang semula diam kini berdenyut aneh, seperti jantung makhluk kuno yang dibangkitkan dari tidur abadi. Mereka berputar cepat, membentuk pusaran angkasa dengan cahaya keunguan menyala di tengahnya—seperti mata dewa yang perlahan terbuka, mengawasi dunia di bawahnya.Seketika, atmosfer berubah. Udara di aula menjadi pekat, sulit dihirup, seolah oksigen telah digantikan oleh aura kematian. Para cultivator merasakan kulit mereka meremang, bulu tengkuk berdiri tanpa perintah. Dada mereka terasa berat, seperti ditindih oleh batu langit yang hendak runtuh.Lalu, suara itu datang dengan cepat ...“INFINITY LIGHTNING BLAST!”Teriakan Kevin memecah langit, bukan hanya keras, tapi menggelegar hingga menyentuh tulang sumsum. Suaranya bukan sekadar nama jurus—melainkan perintah kepada langit untuk bertindak. Dan ... langit menjawab dengan cepat.KRAAAAKKK

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status