Beranda / Fantasi / Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa / 225. Kesadisan Api Iblis Abadi

Share

225. Kesadisan Api Iblis Abadi

Penulis: Zhu Phi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-05 21:33:37
Seorang tetua dari Sekte Pedang Iblis memekik, “T-Tidak mungkin... Itu... Api Iblis dari Legenda Langit Surgawi! Mustahil...!” Suaranya parau, gemetar seperti daun di tengah badai.

Warna api itu bukan merah biasa. Ia bukan cahaya hangat dari tungku atau nyala liar dari ledakan. Api ini—merah kehitaman, pekat seperti darah tua yang telah bercampur dengan malam, dan di sekelilingnya—ada semburat ungu yang berdenyut aneh, seolah garis batas antara dunia nyata dan neraka itu sendiri. Api itu menari, bukan dengan kebebasan, tapi dengan niat, dengan hasrat haus jiwa yang menjijikkan dan memukau dalam satu waktu.

Setiap lidah apinya berkelok seperti tarian setan yang mabuk darah, dan bukannya menyebar liar seperti api biasa, ia melesat—presisi seperti panah, mengarah pada setiap musuh Kevin satu demi satu. Suara “SSSSTT” yang tajam terdengar setiap kali api itu mengenai tubuh, menembus kulit tanpa ampun, menyusup jauh ke dalam tulang, lalu… membakar dari dalam.

Teriakan pertama datang dari se
Zhu Phi

Bab Utama : 2/2 Selesai. Bab Bonus Gems : 3/3 Selesai. Bab ini juga cukup panjang dan merupakan bab terakhir malam ini ... selamat beristirahat dan Happy long Weekends ...

| 7
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   513. Melawan Tyraz

    Ledakan pertama tidak datang dari tanah terlarang. Tapi dari langit.Petir surgawi sebesar menara jagal melesat turun, menghantam tanah tempat Kevin berdiri. Suaranya memekakkan telinga, membelah udara seperti sabetan dewa murka. Tapi tepat sebelum dentuman itu menyentuh kulitnya, tubuh Kevin sudah menghilang—hanya menyisakan bayangan hitam yang mengepul seperti kabut asap.Ia bergerak seperti bayangan yang dibebaskan dari tubuh.Dalam satu tarikan napas, Kevin sudah berada di belakang Tyraz. Kakinya menendang bahu sang Grand Master dengan kekuatan penuh, menciptakan ledakan kecil di titik kontak. Namun tubuh Tyraz hanya bergeser sedikit, tak lebih dari sehelai daun tersentuh angin.“Lambat,” ucap Tyraz datar, suaranya tak lebih keras dari gumaman, tapi cukup untuk membuat udara di sekitarnya bergetar.Lalu—petir surgawi meledak dari tubuh Tyraz.Gelombang energi membentuk bola raksasa yang meluas seperti matahari mini, menyapu segala yang hidup dalam radius lima puluh meter. Tanah me

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   512. Grand Master Tyraz

    Langit di atas Kota Surgawi bukan lagi kubah damai tempat para kultivator bermeditasi atau para tetua bersidang dengan tenang. Malam itu, langit menghitam, lalu berubah menjadi pusaran badai keunguan yang mengamuk liar—berputar-putar seperti murka langit yang kehilangan kendali. Kilat menyambar tanpa pola, memecah udara dengan letupan mengerikan, seperti taring naga yang menggigit dunia.Tanah di bawahnya pun tak kalah murka. Tanah Terlarang, yang dulunya sunyi dan penuh aura leluhur, kini bergetar hebat. Getaran itu bukan karena gempa—melainkan akibat dari pertarungan sebelumnya, pertarungan yang mengguncang dimensi spiritual.Dan di pusat kehancuran itu, berdiri satu sosok.Kevin Drakenis.Tubuhnya compang-camping, berdarah. Jubah hitamnya robek seperti kulit ular setelah bertempur dengan takdir. Dari pelipisnya mengalir darah hangat yang perlahan menetes ke batu, menyatu dengan merah dari tubuh-tubuh lain yang telah tumbang. Di sekelilingnya, Lima Petir Iblis terbujur kaku, tak bern

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   511. Menghancurkan Lima Petir Iblis

    Tapi belum sempat Kevin bernapas, Mordrek muncul dan menyerap seluruh petir Kevin ke tubuhnya. Rune di tubuh pria itu menyala gila."Terima kasih atas kekuatanmu, Drakenis. Sekarang rasakan balasannya."Kevin terhempas puluhan meter saat tembakan balik petir menghantamnya. Separuh jubahnya hangus, kulit dadanya mengelupas.Namun, ia tertawa."Heh... gila juga kamu... Tapi aku lebih gila."Darah menetes dari pelipis Kevin Drakenis, mengalir perlahan menuruni garis rahangnya, menyusup ke sudut bibir, lalu jatuh membasahi kerah jubahnya yang koyak. Hembusan angin membawa aroma besi yang pekat, bercampur dengan asap tipis yang berasal dari luka bakar di tubuhnya. Di antara gempuran badai petir yang mulai mereda dan puing-puing medan perang yang berserakan, ia berdiri tegak—gontai namun tak terkalahkan.Tangannya yang satu menggenggam erat Pedang Naga Petir yang kini bergetar pelan, seolah ikut menahan amarah tuannya. Tangan lainnya, meski bergetar karena nyeri dan kelelahan, menyelip ke ba

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   510. Melawan Lima Petir Iblis

    Langit seakan pecah.Petir menyayat langit malam, menyinari medan pertempuran yang dipenuhi puing, retakan bumi, dan sisa tubuh yang hangus. Aroma logam, darah, dan listrik terbakar memenuhi udara. Dan di tengah kekacauan itu, Zellvor menjadi yang pertama meluncur—gerakannya nyaris tak kasatmata, hanya kilasan bayangan petir yang berputar membentuk pusaran.Cambuk petir miliknya—panjang, hidup, dan mengaum seperti binatang buas—meluncur ke depan dalam lintasan melingkar. Ujungnya memekik saat memecah udara, menciptakan medan listrik tekanan tinggi yang menggetarkan tulang bahkan sebelum menyentuh kulit. Tanah di sekitarnya bergelombang, batu-batu kecil melayang, terseret gravitasi listrik.SRAAAAKKK!!!Tapi sebelum ujung cambuk menyentuh daging Kevin, sebuah energi padat meledak dari tubuh pemuda itu. Phantom Gods Blast—jurus tingkat lanjut yang jarang ia gunakan karena tekanan baliknya bisa menghancurkan organ dalam.Ledakan itu bukan sekadar benturan. Ia seperti kehendak dari entitas

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   509. Hebatnya Puntung Rokok

    Zellvor melangkah satu langkah ke depan. Petir merambat dari bahunya ke ujung cambuknya.“Kami tidak diutus untuk berbicara,” ucapnya pelan, namun bergema seperti gema di gua kematian. “Kami diutus untuk menghapus.”Saat itulah—Langit meledak.Petir menghujani bumi. Tiap kilatan seperti pedang surgawi, mencabik udara. Tanah bergetar, bangunan yang tersisa runtuh satu per satu.Dan Kevin Drakenis—tanpa perlindungan, tanpa penyamaran, hanya dengan Pedang Naga Petir di tangan—menatap badai yang jatuh di hadapannya.Ia mengangkat senjatanya tinggi. Qi-nya bangkit. Aura petir meledak dari tubuhnya, menjelma jadi benteng listrik yang menggetarkan tulang dan menyilaukan mata.Di dalam pusaran badai itu—suara geraman terdengar.Geraman seekor naga.Naga yang pernah mengaum dalam perang surgawi.“Saksikan...” serunya, suaranya menyatu dengan raungan petir dan kemarahan langit.“Ini... adalah kehendak Petir Naga!”***Angin malam menderu dari arah celah reruntuhan. Di tengah medan perang yang t

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   508. Lima Petir Iblis

    Di antara puing-puing yang membara dan serpihan bangunan yang menghitam, Kevin Drakenis berdiri sendirian. Angin malam berhembus, membawa bau kematian yang menyatu dengan aroma logam dan darah kering. Langit di atasnya mencakar malam dengan semburan petir menyilang, seperti ingin memperingatkan dunia akan murka yang baru saja dilepaskan.Tubuh Kevin berbalut luka. Luka-luka itu bukan sekadar goresan—beberapa dalam dan menganga, membekas seperti coretan kebencian di atas daging manusia. Namun, ia tak meringis. Tak terhuyung. Mata tajamnya menyala seperti bara dalam kabut. Ada sesuatu dalam sorot itu—bukan sekadar keberanian, tapi keteguhan yang liar dan dingin, seperti binatang buas yang sudah kehilangan rasa takut.Pedang Naga Petir menggantung di tangan kanannya. Ujungnya masih meneteskan darah yang hangat ke tanah, menciptakan lingkaran simbol merah yang tak sengaja membentuk pola seperti mantra kuno. Tanah di sekitarnya merekah, serpih-serpih tanah beterbangan saat petir terus berde

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status