Bab Utama : 3/3 Selesai. Bab Bonus Gems : 0/1. Bab Extra Author : 0/1.
Petir melesat, menyayat awan seperti belati membuka luka lama. Kilatan cahaya menari di antara kepulan hitam, bukan membawa harapan, tapi mengabarkan kehancuran yang akan datang. Di bawahnya, tanah bergemuruh lirih, seakan ikut mengerang dalam ketegangan. Tidak ada angin. Tidak ada suara. Alam semesta menahan napasnya.Dan di tengah kehampaan itu, satu sosok melompat ke udara.Kevin Drakenis.Tubuhnya menembus semburan panas yang masih membekas dari tinju Orojin sebelumnya—seperti menantang kekuatan api kuno dengan tekad yang tak bisa dibakar. Dalam satu gerakan senyap, ia memutar tubuh di langit, jubahnya melambai seperti serpihan malam.Dari bibirnya, satu kalimat meluncur pelan—seperti nyanyian kematian yang hanya dimengerti oleh langit dan kegelapan.“King of Darkness.”Dan pada saat itu, dunia... berubah.Aura hitam meledak dari tubuh Kevin. Tapi ini bukan sekadar aura gelap—melainkan kekosongan yang nyata, semesta yang kehilangan warna dan suara. Cahaya tak memantul, melainkan d
Awan hitam mengalir deras di angkasa, berputar seperti naga kuno yang terbangun setelah tidur ribuan tahun. Mereka tak hanya menyelimuti cahaya matahari, tapi juga menyedot harapan yang tersisa dari tanah. Petir berkilat di sela gulungan itu, bukan dengan kilau putih, melainkan merah gelap seperti darah dewa yang dirapal ke langit.Di tengah medan perang yang telah hancur, hanya satu raksasa masih berdiri tegak:Orojin Vastfist.Sosoknya bagaikan pilar dari zaman sebelum catatan sejarah. Tubuhnya dipahat oleh elemen keras dan panas; setiap inci kulitnya menyala seperti arang merah yang dilapisi magma spiritual. Lava mengalir dari pori-porinya, menciptakan genangan merah panas di tempat ia berpijak. Setiap napasnya adalah dengusan kawah aktif, dan mata—dua bola api neraka yang menatap seperti raja yang tak pernah tahu artinya kalah.Ia mendongak. Rahangnya mengeras. Kedua lengannya—besar, kokoh, tak tertandingi—terangkat tinggi ke udara, seolah hendak memeluk langit lalu meremukkannya.
Langit masih belum benar-benar pulih dari luka besar yang ditorehkan oleh sihir Nivandrel. Retakan-retakan halus bagai guratan pecahan kaca masih membekas di langit ungu kelam, dan cahaya matahari hanya berani mengintip dari balik awan yang tersayat. Tapi kedamaian itu hanya sekejap.DUK. DUK. DUK.Tiga hentakan kaki.Dan Pulau Neraka mulai kehilangan ketenangannya.Debu beterbangan. Batu-batu pecah dan terpental ke udara. Tanah bergetar seolah menolak apa yang akan muncul dari bayangannya. Suara itu—tidak hanya keras, tapi penuh bobot. Setiap langkah adalah pernyataan: bahwa kekuatan murni kini turun ke arena.Dari balik kabut lava dan puing-puing api surgawi, muncullah satu sosok yang membuat udara sendiri memadat.Orojin Vastfist.Ia adalah sisa dari zaman sebelum zaman, ketika tanah terlarang belum tahu bagaimana berbicara dan langit masih belajar menyinari. Sosok raksasa itu kini berdiri seperti pilar alam yang tak pernah bergeser.Tingginya menyentuh pucuk-pucuk awan rendah, dan
Suara daging terbakar terdengar pelan namun menyiksa, seperti bisikan maut di telinga para pelaku kejahatan. Separuh wajahnya luluh oleh cahaya suci, melepuh dan berubah menjadi abu dalam diam yang menyayat. Shian mengerang tertahan, tangannya gemetar saat berusaha menyuntikkan cairan penyembuhan ke lehernya.Namun sia-sia.Tubuhnya menolak untuk pulih—karena cahaya surgawi tak hanya membakar daging, tapi menolak keberadaan kegelapan. Kulitnya pecah, tubuhnya mengembang dan merekah, seperti bunga layu yang dipaksa mekar di bawah matahari suci.Di sisi lain, Xireon Halazar tersungkur. Paru-parunya berlubang, napasnya berbunyi seperti celah neraka yang terbuka. Darah hitam bercampur busa hijau keluar dari mulutnya—campuran racun, penderitaan, dan keputusasaan.Langkah Valkyrie terdengar pelan, menghantam tanah suci yang kini basah oleh darah putih—bukan darah manusia, tapi darah surgawi yang dibawa oleh tubuh makhluk-makhluk yang terlalu jauh menyimpang dari cahaya.Di hadapannya, Shian
Kabut telah surut, namun dunia belum benar-benar pulih. Langit yang dulunya menyala merah kini berubah menjadi ungu kelam—warna luka yang belum sembuh, warna perang yang belum usai. Angin berembus lirih membawa sisa bau darah, racun, dan debu kematian. Tanah di bawah kaki retak-retak, seperti tubuh yang tak sanggup lagi menahan beban neraka.Di tengah medan yang dilukai oleh sihir medis dan racun spiritual, Valkyrie berdiri sendiri.Tubuhnya babak belur, namun tak satu pun langkahnya goyah. Rambut peraknya terurai, terkena angin hitam yang beracun. Jubah tempurnya berlubang dan berlumuran darah, cahaya, dan noda pertempuran. Tapi sinar dari matanya... tak pernah padam.Dua sosok berdiri di hadapannya—dua musuh terakhir yang tersisa.Shian Myrtha, Dewa Medis Neraka.Seorang tabib legendaris... yang menyembuhkan bukan untuk keselamatan, melainkan untuk menyiksa kembali. Setiap luka yang ia sembuhkan menjadi pintu masuk penderitaan baru.Wajahnya masih teduh, tangannya bergetar halus sep
Di tengah medan yang sudah dipenuhi darah, asap, dan cahaya spiritual yang berputar tanpa arah—sebuah sosok raksasa tertawa keras.“HUHAHAHA!” “Akhirnya! Giliran kita, wahai penyatu langit dan neraka!”Suara itu datang dari Orojin Vastfist, Sang Dewa Bela Diri. Tubuhnya sebesar rumah, ototnya berkilau seperti batu yang hidup, dan setiap langkahnya membuat tanah retak. Aura spiritualnya berwarna merah kehitaman, seperti bara yang tidak pernah padam.Dalam satu ayunan lengan raksasanya, Orojin menghantam tanah dengan kekuatan murni. Dentuman itu bukan hanya menghancurkan permukaan Lembah Surgawi, melainkan menggetarkan lima elemen sekaligus—tanah, angin, api, air, dan logam berdenyut dalam satu lingkaran simbol yang meledak dari titik benturan.Tanah di bawah kaki Kevin Drakenis bergemuruh hebat. Angin tersedot ke dalam pusaran, dan udara seperti ditampar mundur.Namun...Kevin mengangkat tangan kirinya, dan dalam sekejap, Pedang Dewa Ilahi melayang, menyala dengan aura putih keemasan.