Share

465. Ketahuan

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-07-21 20:29:19
Balkon itu sunyi, terselimuti bayangan malam yang menggantung seperti kabut tak kasatmata. Di atas pagar batu pualam yang dingin, satu-satunya sumber cahaya hanyalah lentera spiritual yang menggantung redup, menyebarkan cahaya biru pucat yang berkedip samar tertiup angin. Cahaya itu memantulkan siluet dua sosok yang berdiri saling berhadapan: Cindy, dengan gaun hitam berenda yang mengikuti gerak tubuhnya seperti bayangan, dan Kael, pria dengan mata setajam senja terakhir sebelum badai.

Cindy mendekat perlahan. Suara langkahnya nyaris tak terdengar, hanya desis lembut gaunnya yang bersentuhan dengan lantai batu. Jemarinya yang ramping terulur, menyentuh sisi wajah Kael—lembut namun penuh penilaian, seperti seorang pelukis yang baru saja menyentuh kanvas pertama kalinya.

“Kau tampan,” bisiknya sambil mengamati wajahnya dari dekat. “Tapi... terlalu sempurna untuk sekadar bangsawan biasa.”

Kael tak bergeming. Hanya seulas senyum kecil yang muncul di sudut bibirnya. Suaranya rendah, mengand
Zhu Phi

Bab Utama : 3/3 Selesai. Bab ini merupakan bab terakhir malam ini. Catatan : Bab Utama Akumulasi : 2 Bab. Bab Hadiah Akumulasi : 3 Bab. Bab Bonus Gems Akumulasi : 8 Bab. Bab Extra Author Akumulasi : 16 Bab.

| 2
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   582. Krisis di Paviliun Vasper - III

    Udara pagi di sekitar Paviliun Vasper bukanlah kesejukan yang biasa dirasakan para penghuni. Kabut tipis menutupi halaman, namun bukan kabut alami—melainkan sisa dari kabut spiritual yang beracun, menyelinap ke dalam setiap celah bangunan, menempel di dinding, dan meresap ke udara yang dihirup.Di ruang utama, Clara Vasper berdiri kaku dengan wajah pucat. Rambutnya tergerai acak, pakaian putihnya ternodai darah tipis di lengan. Tangannya gemetar saat ia merapalkan mantra pelindung di sekitar tubuh ibunya, Amanda Vasper, yang masih terbaring lemah di dipan kayu.“Clara… jangan sia-siakan tenagamu. Mereka akan kembali. Kita tidak bisa selamanya bertahan dengan penghalang rapuh ini,” bisik Amanda dengan suara parau, matanya yang penuh keletihan menatap putrinya.Clara menggigit bibirnya, berusaha keras menahan air mata. “Tidak, Ibu. Aku tidak akan membiarkan mereka menyentuhmu. Tidak sekarang, tidak selamanya.”Di sisi lain ruangan, Baron Vasper, ayah Clara, berdiri dengan tubuh tegap me

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   581. Krisis di Paviliun Vasper - II

    Mesin mobil hitam yang dikendarai Lyron meraung pelan, memecah kesunyian jalan-jalan Nagapolis yang biasanya riuh. Pagi itu muram—kabut tipis menutup pandangan, membuat gedung-gedung pencakar langit di kejauhan seakan hanyalah siluet kabur. Lampu jalan masih menyala pucat, seolah ikut menambah aura tak wajar di kota yang biasanya penuh hiruk-pikuk.Di kursi belakang, Kevin duduk dengan sikap santai yang palsu. Rokok menyala di antara jarinya, asap tipis berputar dan memudar di udara. Tatapannya kosong menembus jendela, tapi di balik mata itu, api yang liar dan keras kepala terus menyala.Di sampingnya, Ravena gelisah. Jari-jarinya tak berhenti meremas ujung rok hitamnya, lututnya bergerak naik-turun tanpa sadar. Nafasnya sedikit terburu, dan matanya terus melirik keluar kaca dengan cemas.Di kursi depan, Valkyrie duduk dengan postur tegak. Tangannya dekat sekali dengan gagang pedang yang terikat di pinggangnya, seolah hanya menunggu satu detik untuk mencabutnya. Sorot matanya tajam, l

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   580. Krisis di Paviliun Vasper

    Kevin masih duduk di kursi utamanya, tatapannya kosong menembus jauh, seolah pikirannya tidak berada di ruangan ini.Tiba-tiba, ia berbicara. Suaranya tenang, tapi justru ketenangan itulah yang membuat semua yang hadir tercekat. “Aku mau ziarah ke makam ayah dan ibuku…,” ucapnya lirih namun mantap. “Apa ada kabar dari Clara?”Ucapan itu membuat suasana seketika berubah kaku. Claudia, Helena, bahkan Ravena dan valkyrie di ruangan itu saling berpandangan, tak berani langsung menjawab. Nama yang baru saja disebut Kevin—Clara Vasper—bagaikan pisau yang menusuk ke dalam atmosfer tegang ini.Claudia menarik napas perlahan sebelum memberanikan diri menjawab. “Kami bisa menemani Chief ke sana… kenapa harus bersama Clara?” tanyanya hati-hati, suara rendahnya bergetar menahan kecanggungan.Tatapan Kevin bergerak, dingin dan menusuk. “Kau mau tahu kenapa?”Nada suaranya menukik tajam, membuat ruangan itu serasa membeku. Claudia tersentak. Wajahnya pucat, keringat dingin menetes di pelipisnya. Ia

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   579. Persiapan Paviliun Drakenis

    Pagi itu, Paviliun Drakenis masih berbalut sisa-sisa kehancuran. Koridor batu hitam yang biasanya tegak berwibawa kini retak di beberapa bagian, meninggalkan bekas goresan pedang dan ledakan. Lentera-lentera spiritual yang bergelantungan di sepanjang dinding bergetar pelan, memancarkan cahaya biru redup yang dingin dan menyeramkan—kontras dengan terangnya matahari yang sudah meninggi di luar. Cahaya itu memberi kesan seolah paviliun ini bukan sekadar tempat tinggal, melainkan sebuah benteng angkuh yang tak sudi dijamah waktu.Derap langkah para penjaga elit terdengar teratur. Mereka berjubah hitam, wajah terbungkus kain, dan senjata panjang berkilat di tangan. Sorot mata mereka tajam, liar, seperti serigala yang siap menerkam siapa pun yang berani melanggar. Bahkan para pelayan yang sedang membersihkan puing-puing tak berani mengangkat kepala terlalu tinggi.Di sudut aula, dua pelayan perempuan menyapu pecahan batu dan kayu yang hancur. Suara sapu bertemu lantai bergaung samar, sesekal

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   578. Organisasi Dokter Spiritual Dunia

    Udara malam di Kota Millbrooke—markas besar Organisasi Dokter Spiritual Dunia—selalu beraroma obat-obatan. Puluhan menara berlapis kaca spiritual memantulkan cahaya bintang, dan ribuan tabib serta dokter spiritual sibuk menjalankan penelitian mereka. Tempat itu biasanya dipenuhi ketenangan, seperti kuil yang dijaga disiplin.Namun malam itu, ketenangan diguncang.Suara langkah berat dan seretan tubuh terdengar di gerbang utama. Dua murid penjaga terperanjat ketika melihat sosok yang nyaris tak dikenali. Tubuh penuh luka, wajah lebam, baju compang-camping, dan darah kering di seluruh tubuhnya.“D-Draven?!” salah satu murid berteriak kaget, hampir menjatuhkan tombak spiritualnya.Tubuh Draven diseret ke dalam, matanya setengah terbuka, mulutnya berlumuran darah. Tapi di genggamannya erat-erat ia masih memeluk gulungan ungu bersegel.“Cepat bawa dia ke Balai Medis Utama!” teriak murid lain.Geger pun pecah. Para dokter spiritual senior berhamburan, energi spiritual berwarna hijau dan biru

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   577. Akhir Krisis di Paviliun Drakenis

    Udara di dalam paviliun mendadak menegang. Bau darah besi bercampur dengan energi hitam yang pekat, menusuk ke dalam paru-paru setiap orang. Para tetua dan tamu yang menyaksikan kini mulai gemetar, beberapa bahkan sudah berlari menjauh ke sudut ruangan dengan wajah pucat pasi.“Tidak… kalau duel ini berlanjut, paviliun ini akan runtuh!” teriak seorang tetua Paviliun Pedang Angin sambil terhuyung, darah menetes dari hidungnya akibat tekanan energi. Tetua ini masih penasaran dan bertahan di tempat sementara beberapa tetua dan pemimpin paviliun serta sekte lainnya sudah meninggalkan Paviliun Drakenis.“Lihat! Alaric… dia belum kalah!” seru yang lain, menunjuk ke tengah ruangan.Alaric Xarxis, meski tubuhnya terluka parah dan darah hitam menetes membasahi lantai marmer, mendadak mengangkat tangan ke langit-langit. Aura hitamnya berdenyut liar, semakin mengerikan. Bayangan hitam di sekujur tubuhnya merambat ke dinding, menutupi ukiran emas paviliun. Lampu kristal satu per satu pecah dengan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status