Home / Fantasi / Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa / 468. Bayangan Spiritual Api

Share

468. Bayangan Spiritual Api

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-07-22 22:52:12
Menara Racun, kini bukan sekadar struktur tua yang menyimpan sejarah kelam. Ia telah berubah menjadi semacam makhluk sadar—bernapas, merasakan, dan... menghakimi. Kabut beracun yang menggulung di udara tak lagi terasa seperti uap mati, melainkan seperti nafas panas yang berdenyut perlahan, seirama dengan detak jantung ruang itu sendiri. Dinding-dindingnya mengerang pelan, seperti menyimpan nyawa yang pernah terkunci di dalamnya.

Claudia berdiri diam di tengah ruangan berbentuk oktagon yang dikelilingi cermin dan panel kristal. Matanya, yang keperakan dan tajam seperti bilah obsidian, menatap dalam ke pusaran kabut ungu yang kian mengental. Tangannya perlahan bergerak, menyentuh gagang pedang yang masih tersarung di pinggangnya. Udara mulai terasa berat dan panas, seperti ruang itu sedang memanas dari dalam perut bumi.

Kemudian... getaran.

Kristal di dinding mulai bergetar perlahan, mengeluarkan suara samar seperti napas naga yang menahan amarahnya terlalu lama. Gelombang panas mendesis
Zhu Phi

Bab Utama : 3/3 Selesai. Bab Bonus Gems : 0/1.

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   583. Krisis di Paviliun Vasper – IV

    Gerbang kayu hitam Paviliun Vasper bergetar semakin keras, setiap dentuman seperti palu baja menghantam dada penghuni yang tersisa. Kabut beracun di luar bergulung masuk melalui celah-celah, menciptakan bayangan menari di dinding.Baron Vasper berdiri di depan pintu utama dengan tombak panjangnya, otot-otot lengannya menegang, mata penuh tekad meski tubuhnya dipenuhi luka. Di belakangnya, Clara membisikkan mantra dengan cepat, jarinya menari membentuk segel cahaya yang melingkar di lantai.“Clara, jangan hentikan mantramu. Pertahanan itu satu-satunya hal yang bisa menjaga ibumu tetap hidup,” kata Baron tanpa menoleh.Clara mengangguk, keringat menetes dari pelipisnya. “Aku mengerti, Ayah… tapi kau tidak bisa melawan mereka sendirian!”Suara ejekan terdengar lagi dari luar, berat dan menusuk telinga.“Hahaha… Paviliun Vasper dulu mengandalkan Paviliun Drakenis sehingga dihormati. Tapi lihatlah sekarang… hanya satu prajurit tua dan seorang gadis kecil yang tersisa. Menyedihkan.”BRAK!G

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   582. Krisis di Paviliun Vasper - III

    Udara pagi di sekitar Paviliun Vasper bukanlah kesejukan yang biasa dirasakan para penghuni. Kabut tipis menutupi halaman, namun bukan kabut alami—melainkan sisa dari kabut spiritual yang beracun, menyelinap ke dalam setiap celah bangunan, menempel di dinding, dan meresap ke udara yang dihirup.Di ruang utama, Clara Vasper berdiri kaku dengan wajah pucat. Rambutnya tergerai acak, pakaian putihnya ternodai darah tipis di lengan. Tangannya gemetar saat ia merapalkan mantra pelindung di sekitar tubuh ibunya, Amanda Vasper, yang masih terbaring lemah di dipan kayu.“Clara… jangan sia-siakan tenagamu. Mereka akan kembali. Kita tidak bisa selamanya bertahan dengan penghalang rapuh ini,” bisik Amanda dengan suara parau, matanya yang penuh keletihan menatap putrinya.Clara menggigit bibirnya, berusaha keras menahan air mata. “Tidak, Ibu. Aku tidak akan membiarkan mereka menyentuhmu. Tidak sekarang, tidak selamanya.”Di sisi lain ruangan, Baron Vasper, ayah Clara, berdiri dengan tubuh tegap me

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   581. Krisis di Paviliun Vasper - II

    Mesin mobil hitam yang dikendarai Lyron meraung pelan, memecah kesunyian jalan-jalan Nagapolis yang biasanya riuh. Pagi itu muram—kabut tipis menutup pandangan, membuat gedung-gedung pencakar langit di kejauhan seakan hanyalah siluet kabur. Lampu jalan masih menyala pucat, seolah ikut menambah aura tak wajar di kota yang biasanya penuh hiruk-pikuk.Di kursi belakang, Kevin duduk dengan sikap santai yang palsu. Rokok menyala di antara jarinya, asap tipis berputar dan memudar di udara. Tatapannya kosong menembus jendela, tapi di balik mata itu, api yang liar dan keras kepala terus menyala.Di sampingnya, Ravena gelisah. Jari-jarinya tak berhenti meremas ujung rok hitamnya, lututnya bergerak naik-turun tanpa sadar. Nafasnya sedikit terburu, dan matanya terus melirik keluar kaca dengan cemas.Di kursi depan, Valkyrie duduk dengan postur tegak. Tangannya dekat sekali dengan gagang pedang yang terikat di pinggangnya, seolah hanya menunggu satu detik untuk mencabutnya. Sorot matanya tajam, l

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   580. Krisis di Paviliun Vasper

    Kevin masih duduk di kursi utamanya, tatapannya kosong menembus jauh, seolah pikirannya tidak berada di ruangan ini.Tiba-tiba, ia berbicara. Suaranya tenang, tapi justru ketenangan itulah yang membuat semua yang hadir tercekat. “Aku mau ziarah ke makam ayah dan ibuku…,” ucapnya lirih namun mantap. “Apa ada kabar dari Clara?”Ucapan itu membuat suasana seketika berubah kaku. Claudia, Helena, bahkan Ravena dan valkyrie di ruangan itu saling berpandangan, tak berani langsung menjawab. Nama yang baru saja disebut Kevin—Clara Vasper—bagaikan pisau yang menusuk ke dalam atmosfer tegang ini.Claudia menarik napas perlahan sebelum memberanikan diri menjawab. “Kami bisa menemani Chief ke sana… kenapa harus bersama Clara?” tanyanya hati-hati, suara rendahnya bergetar menahan kecanggungan.Tatapan Kevin bergerak, dingin dan menusuk. “Kau mau tahu kenapa?”Nada suaranya menukik tajam, membuat ruangan itu serasa membeku. Claudia tersentak. Wajahnya pucat, keringat dingin menetes di pelipisnya. Ia

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   579. Persiapan Paviliun Drakenis

    Pagi itu, Paviliun Drakenis masih berbalut sisa-sisa kehancuran. Koridor batu hitam yang biasanya tegak berwibawa kini retak di beberapa bagian, meninggalkan bekas goresan pedang dan ledakan. Lentera-lentera spiritual yang bergelantungan di sepanjang dinding bergetar pelan, memancarkan cahaya biru redup yang dingin dan menyeramkan—kontras dengan terangnya matahari yang sudah meninggi di luar. Cahaya itu memberi kesan seolah paviliun ini bukan sekadar tempat tinggal, melainkan sebuah benteng angkuh yang tak sudi dijamah waktu.Derap langkah para penjaga elit terdengar teratur. Mereka berjubah hitam, wajah terbungkus kain, dan senjata panjang berkilat di tangan. Sorot mata mereka tajam, liar, seperti serigala yang siap menerkam siapa pun yang berani melanggar. Bahkan para pelayan yang sedang membersihkan puing-puing tak berani mengangkat kepala terlalu tinggi.Di sudut aula, dua pelayan perempuan menyapu pecahan batu dan kayu yang hancur. Suara sapu bertemu lantai bergaung samar, sesekal

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   578. Organisasi Dokter Spiritual Dunia

    Udara malam di Kota Millbrooke—markas besar Organisasi Dokter Spiritual Dunia—selalu beraroma obat-obatan. Puluhan menara berlapis kaca spiritual memantulkan cahaya bintang, dan ribuan tabib serta dokter spiritual sibuk menjalankan penelitian mereka. Tempat itu biasanya dipenuhi ketenangan, seperti kuil yang dijaga disiplin.Namun malam itu, ketenangan diguncang.Suara langkah berat dan seretan tubuh terdengar di gerbang utama. Dua murid penjaga terperanjat ketika melihat sosok yang nyaris tak dikenali. Tubuh penuh luka, wajah lebam, baju compang-camping, dan darah kering di seluruh tubuhnya.“D-Draven?!” salah satu murid berteriak kaget, hampir menjatuhkan tombak spiritualnya.Tubuh Draven diseret ke dalam, matanya setengah terbuka, mulutnya berlumuran darah. Tapi di genggamannya erat-erat ia masih memeluk gulungan ungu bersegel.“Cepat bawa dia ke Balai Medis Utama!” teriak murid lain.Geger pun pecah. Para dokter spiritual senior berhamburan, energi spiritual berwarna hijau dan biru

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status