Home / Fantasi / Pewaris Kekuatan Alam Semesta / Bab 16. Suara Misterius

Share

Bab 16. Suara Misterius

Author: Raden Arya
last update Last Updated: 2025-09-19 09:53:31

Aoka masih duduk diam, tombaknya tergenggam di pangkuan. Ia menatap lantai es yang retak-retak, seolah retakan itu adalah cermin bagi hatinya sendiri. “Itachi…” suaranya lirih, hampir tak terdengar, “kau selalu bicara tentang terus berjalan, tentang tidak menyerah. Tapi bagaimana kalau sebenarnya kau hanya memaksakan dirimu? Bagaimana kalau pada akhirnya, kau pun jatuh dan tak bangkit lagi? Apa kau pikir aku sanggup melihat itu?”

Itachi menoleh, sedikit terkejut. Ia ingin menjawab, tapi Nala lebih dulu bersuara. “Aoka-nee… jangan salahkan Itachi. Dia sudah melakukan segalanya untuk kita.”

Matanya berkaca-kaca, lalu menunduk. “Aku tahu aku cuma beban. Aku tahu kalau tanpa aku, mungkin kalian akan lebih mudah melewati semua ini…”

“Itu bukan masalahnya, Nala,” potong Aoka cepat, meski suaranya bergetar. “Masalahnya ada di diriku. Aku… aku merasa rapuh. Semakin dekat dengan kalian, semakin besar ketakutanku. Aku takut kalian akan hilang, sama seperti semua orang yang kucintai dulu.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pewaris Kekuatan Alam Semesta   Bab 38. Segel Kutukan Bulan Di Dada Nala

    Suasana malam kian membeku. Pertarungan sengit antara Itachi dan Ketua Desa berlangsung di tengah lapangan, sementara Aoka menahan para siluman yang tersisa. Meski kekuatan mereka berkurang karena bulan kini tidak lagi sepenuhnya memberi daya, insting buas mereka masih berbahaya. “Hyaaaaah!” Itachi mengayunkan pedang yang kini bersinar biru pucat, hantaman es murni meledak, membekukan tanah yang diinjak Ketua Desa. Siluman itu meraung marah, cakar hitamnya beradu dengan pedang Itachi, menciptakan percikan energi hitam dan biru. Aoka dari samping mengulurkan tangan, menembakkan tombak es yang menghantam bahu siluman. “Itachi! Jangan sendirian, kita bertarung bersama!” seru Aoka, matanya berkilat penuh tekad. Itachi menoleh sejenak, tersenyum samar meski tubuhnya masih sakit. “Terima kasih, Aoka… aku tak bisa melakukannya tanpa kau.” Ketua Desa melolong, tubuhnya makin beringas. “Tidak ada gunanya! Selama bulan masih ada, kutukan ini takkan pernah hilang!” Namun, pada saat itu,

  • Pewaris Kekuatan Alam Semesta   Bab 37. Nala Menyerap Kekuatan Bulan

    Di sekeliling Itachi, puluhan siluman serigala mengelilingi seperti kawanan yang menunggu aba-aba untuk merobek mangsa. Lolongan panjang bergema, membuat tanah bergetar dan dedaunan di pepohonan ikut berdesir. Ketua Desa menatap Itachi dengan senyum puas. “Pewaris elemen semesta, hah? Kau hanyalah seorang anak bodoh yang tidak tahu kapan waktunya berakhir!” Ketua Desa mendesis, suaranya berat bercampur lolongan. Itachi berusaha berdiri tegak walau tubuhnya terasa berat. Dada kirinya seperti terbakar, darah membasahi pakaian, namun sorot matanya tidak pudar. Ia tahu, jika ia jatuh sekarang, semua warga yang dikutuk tidak akan pernah terbebas. Namun tiba-tiba, suara teriakan menggema. “Itachiii!!!” suara itu milik Aoka. Ia berlari bersama Nala, menembus lingkaran para siluman. Mata Aoka berkaca-kaca melihat tubuh Itachi yang berlumuran darah. Nala juga ikut berteriak, tangannya bergetar menutupi mulutnya yang hampir menangis. “Kalian… kenapa di sini?” Itachi berbisik lemah, mata

  • Pewaris Kekuatan Alam Semesta   Bab 36. Itachi VS Siluman Serigala

    “Jadi akhirnya kau menunjukkan wujud aslimu…” Itachi, menggenggam pedang legendaris dengan kedua tangannya. “Aku sudah cukup berpura-pura menjadi manusia renta.” Ketua desa, suaranya berubah serak, bercampur raungan binatang. “Kau seharusnya meminum sup itu dan terlelap dalam mimpi abadi.” “Sup itu… berisi racun kutukan iblis, bukan?” Itachi, menajamkan mata. “Kau benar-benar tega menjadikan makanan warisan leluhur sebagai senjata.” “Hahaha!” Ketua desa tertawa kasar, raungannya menggema. “Warisan leluhur? Tidak ada lagi yang tersisa dari leluhur kami, bocah! Yang tersisa hanyalah darah, kutukan, dan rasa lapar akan daging segar!” “Kutukan itu bisa dihapus,” Itachi, menegaskan. “Kau dan semua warga masih bisa diselamatkan.” “Diselamatkan?” Ketua desa melangkah maju, cakarnya terjulur, menorehkan tanah. “Kau terlalu naif, pewaris elemen semesta. Kami sudah menjadi milik bulan. Dan satu-satunya cara kami bebas… adalah dengan darahmu!” “Aku tidak akan menyerahkan diriku.” I

  • Pewaris Kekuatan Alam Semesta   Bab 35. Sebuah Keputusan

    Rasa kantuk yang berat mulai merayap setelah kakek misterius itu selesai bercerita. Api kecil yang menyala di ujung gua membuat udara hangat, aroma sup yang ia masak masih menguar samar. Perlahan, Itachi, Aoka, dan Nala terlelap. Suasana dalam gua itu begitu hening, hanya suara api kecil yang masih berderak di tungku batu. Sup peninggalan kakek misterius masih mengepulkan asap tipis, seolah menyimpan rahasia yang tak terjawab. Itachi, Aoka, dan Nala bangun dari tidur yang entah bagaimana datangnya, terperangah melihat ketiadaan sang kakek. Mereka mencari di setiap sudut gua, memanggil pelan, tapi jawaban yang datang hanyalah gema suara mereka sendiri. “Dia… menghilang,” gumam Aoka dengan alis berkerut. Tatapannya tertuju pada tungku yang masih hangat. “Tapi meninggalkan sup ini?” Itachi menatap kuah yang menggelegak pelan, matanya penuh keraguan. “Sama seperti yang diberikan ketua desa… tapi rasanya berbeda. Aku tidak merasakan hawa jahat yang sama.” Nala merapatkan tubuhnya, tang

  • Pewaris Kekuatan Alam Semesta   Bab 34. Antara Nala dan Keselamatan Warga Desa

    “Ke mana mereka pergi?” suara parau ketua desa, matanya merah padam karena amarah. “Tidak mungkin anak itu, pewaris elemen suci, bisa menghilang begitu saja!” Salah satu warga yang masih tersisa dalam wujud serigala melolong, lalu mendengus. “Kami sudah memeriksa setiap sudut, bahkan hutan di luar desa. Jejak mereka hilang. Seperti ditelan bumi.” Ketua desa terdiam. Pandangannya menatap ke arah timur, ke sebuah tebing hitam menjulang di kejauhan. Di balik tebing itu ada mulut goa besar yang dikenal dengan nama Goa Kematian. Rasa ngeri seketika menyelusup ke dalam hatinya. Sejak ratusan tahun lalu, goa itu hanya disebut-sebut dengan bisik-bisik ketakutan. Orang-orang percaya siapa pun yang masuk ke sana takkan pernah kembali. Aura pekat dari iblis-iblis purba menghantui tempat itu. “Hanya ada satu tempat...” gumam ketua desa, suaranya bergetar. “Satu-satunya tempat yang cukup gelap dan pekat untuk menyembunyikan jejak mereka. Goa itu...” Para warga terdiam, wajah mereka puc

  • Pewaris Kekuatan Alam Semesta   Bab 33. Goa Kematian

    Kulit keriput para warga yang tadi ramah berubah kasar, tertutupi bulu kelabu. Tubuh mereka membesar, punggung melengkung, rahang menonjol dengan taring panjang. Mata yang sebelumnya tampak bersahabat kini memancarkan cahaya merah membara. Ketua desa berada di barisan paling depan. Senyumnya yang teduh telah lenyap, berganti dengan moncong serigala berlumur liur. “Mereka pasti sudah terlelap dalam mimpi fana…” suaranya berat, bercampur dengusan serigala. “Saat fajar tiba, tubuh mereka akan menjadi bagian dari kita.” Seluruh siluman serigala meraung, langkah kaki mereka menghentak tanah, menuju rumah singgah tempat Itachi, Aoka, dan Nala bermalam. Pintu kayu rumah itu digedor keras. Hingga akhirnya... BRAKK! Pintu terbuka paksa. Puluhan siluman berdesakan masuk, mata mereka menyala, taring terhunus siap menyantap mangsa. Namun yang mereka temukan hanya kegelapan dan… ruangan kosong. Mangkuk sup di atas meja tergeletak, tapi isinya sudah dingin. Tidak ada tubuh manusia, tidak a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status