Bab 141. TENDANGAN LEGENDARIS Jaka menghindari setiap serangan Chao Phraya dengan sangat mudah, tubuhnya meliuk-liuk seperti pohon bambu yang tertiup angin. Para penonton langsung berdecak kagum melihat begitu luwes nya tubuh Jaka Kelud menghindari setiap serangan dari atlet Muay Thai ini. Chao Phraya yang begitu semangat menyerang Jaka Kelud dan semua serangannya tidak ada yang mengenai sasaran, terlihat semakin emosi. Wajah Chao Phraya memerah, keringat sebesar kacang kedelai mulai menghiasi wajahnya dan nafasnya mulai memburu, saking semangatnya untuk segera mengalahkan Jaka kelud. Para penonton bersorak memberi semangat kepada Jaka Kelud, bahkan ada yang berteriak meminta Jaka Kelud untuk segera membalas serangan lawannya. “Jaka, cepat beraksi, hajar lawanmu!” “Jaka jangan diam saja!” Mendengar teriakan para penonton, Jaka mulai terpancing untuk melakukan serangan balasan. Tatapan mata Jaka yang sedari tadi tampak santai, mulai terli
Bab 142. MONSTER TURNAMEN Darah menyembur dari mulut Ronaldo, setelah terkena tendangan Legendaris Jaka Kelud. Begitu terkena tendangan, tulang rusuknya patah membuat kesombongannya langsung di bungkam. Tim Official dari Amerika langsung emosi melihat Ronaldo kalah dengan telak menghadapi peserta dari Indonesia. Kemenangan Jaka dan Hendra Putra, membuat Indonesia bisa mengikuti babak selanjutnya. Hari berikutnya Jaka dan Hendra Putra tidak ada jadwal bertanding, akan tetapi mereka tetap mengikuti setiap pertandingan yang menghadirkan tim dari Indonesia. Kali ini ada dua peserta dari Indonesia yang giliran tanding, yaitu Rubiman dan Bas Wahyu. Kedua peserta ini berasal dari provinsi Riau dan provinsi Kalimantan barat. Jaka tampak bersemangat melihat penampilan mereka berdua, apalagi dengan penampilan Rubiman yang merupakan pesilat tangguh yang menguasai Silat harimau Minang. Rubiman menang angka melawan peserta dari negara Afrika, sedangkan Ba
Bab 143. IDOLA GEN Z Pada Ronde kedua, barulah Jaka mulai mengincar kelemahan lawannya. Kali ini dia melakukan gerakan bantingan yang sangat cepat dengan cara menangkap pukulan Tagumi dan membantingnya dengan kecepatan yang tidak diduga-duga sebelumnya. Pukulan Tagumi sebenarnya sangat cepat, dan kembali dengan cepat pula ke posisi awalnya. Akan tetapi kecepatan pukulan Tagumi, masih terlalu lambat bagi Jaka Kelud. Sehingga dia bisa dengan cepat menangkap tangan Tagumi dan membantingnya mengikuti luncuran tenaga pukulannya. Bugh….!Suara berdebam menggema di arena pertandingan ketika tubuh Tagumi jatuh terbanting dengan telak. Sebenarnya bantingan Jaka Kelud tidak terlalu keras dalam pikirannya, akan tetapi kenyataannya berbeda bagi lawannya. Begitu tubuhnya terbanting ke atas matras, secara kebetulan tulang punggungnya terkilir, sehingga Tagumi terkapar tidak berdaya. “Satu… dua… tiga… sepuluh…” Wasit menghitung dengan cepat ke arah Ta
Bab 144. KENANGAN SEORANG WANITA PARUH BAYA Pemilik sepasang mata ini adalah seorang wanita paruh baya yang sebelumnya pernah melihat Jaka Kelud di Cafe Bintang saat sedang berkumpul bersama teman sosialitanya. “Bukankah ini pemuda yang sebelumnya pernah saya lihat di Cafe? Jadi pemuda ini namanya adalah Jaka Kelud .” “Ternyata pemuda ini adalah seorang mahasiswa yang berprestasi dan mengharumkan nama bangsa Indonesia di kancah Internasional.” “Tapi yang membuat saya heran, kenapa wajahnya sangat mirip dengan wajah mas Rustam semasa masih muda? Apakah… apakah… jangan-jangan dia adalah Rangga Buwono anakku yang hanyut di sungai dua puluh tahun yang lalu? Tapi namanya Jaka kelud, itu bukan seperti nama anakku? Sebenarnya apa yang terjadi pada dunia ini? Apakah mas Rustam punya saudara di kampung selain yang pernah saya kenal? Ataukah mas Rustam diam-diam bermain api di belakangmu dan berselingkuh dengan wanita lain?” Wanita paruh baya yang mempunyai wajah cant
Bab 145. ANITA TEMAN SEMASA SMA “Apakah orang yang kamu ceritakan itu, pria dan sopirnya yang tertabrak mobil SUV putih di jalan dekat jembatan layang?” kata Jaka sambil menatap wajah cantik Intan yang duduk di depannya. “Ternyata kamu tahu juga tentang kecelakaan itu?” “Tentu saja tahu, kan sekarang apapun yang terjadi di mana-mana akan cepat masuk ke berita online,” kata Jaka Kelud diplomatis. Tentu saja Jaka Kelud membuat alasan ini untuk menghindari kecurigaan Intan, kalau dia menceritakan pengalamannya secara jujur, kalau yang menolong pria itu adalah dia, maka kemungkinan besar Intan malah akan menuduhnya yang menabrak mobilnya, alih-alih memuji dirinya. Hal ini tentu saja tidak dikehendaki Jaka Kelud. Setelah berbicara mengenai suami dari wanita yang bertemu dengan mereka di lobi Cafe, akhirnya pesanan mereka dihidangkan diatas meja. Mereka makan dalam diam, menikmati makan malamnya, hingga tak lama kemudian diatas meja yang terlihat hanya piring
Bab 146. HUKUMAN BAGI PARA PREMAN Tap…. Kepalan tangan preman itu di pegang dengan kuat oleh tangan Jaka kelud yang telah menghadang tinjunya. “Eh… apa yang kamu lakukan? Cepat lepaskan tanganku, atau kamu akan mati!” bentak preman yang di pegang kepalan tangannya oleh Jaka Kelud. Sebenarnya perkataan preman ini sangat lucu, bagaimana mungkin dia bisa menggertak Jaka Kelud, ketika tangannya dipegang dengan kuat oleh orang yang dia gertak. Sementara itu Jaka Kelud yang sudah mengunci kepalan tangan preman itu, menatapnya sambil tersenyum sinis. “Apa katamu? Kamu mengancam membunuhku? Ha ha ha ha… sepertinya kamu tidak tahu apa yang sedang kamu hadapi. Baiklah kalau begitu, sebaiknya kamu saya kirim ke neraka agar dunia ini lebih aman dari orang-orang seperti kalian,” kata Jaka datar. Setelah itu dia mengangkat tubuh preman itu melalui tangan yang di pegangnya dan melemparnya sejauh lima puluh meter hingga terhenti ketika tubuhnya menghantam
Bab 147. RASA PENASARAN MELATI SUGIRI Tubuh ketiga preman ini berputar seperti gasing setelah terkena tamparan tangan Jaka Kelud. Kemudian dari mulut ketiga preman ini menyembur darah segar, disertai gigi yang hancur. Sebuah aura transparan segera melindungi tubuh Jaka Kelud dari semburan darah yang menyembur dari ketiga preman itu. Setelah berputar beberapa saat, ketiga preman ini terjatuh mencium bumi dengan kepala penuhi bintang-bintang yang berputar. Rasa sakit yang mereka rasakan, akibat tamparan Jaka Kelud, tertunda oleh rasa pusing yang melanda kepalanya setelah tubuh mereka berputar seperti gasing. Jaka menatap ketiga preman ini dengan tatapan tajam, perlahan dia berjalan mendekat dan menginjak kaki salah satu preman. Krak…! “Argh….” Kemudian saat ketiga preman itu masih dalam keadaan pusing akibat tubuh mereka berputar, tiba-tiba saja rasa pusing itu menghilang ketika salah satu kakinya berderak, memperdengarkan suara tulang yang
Bab 148. MAKAN MALAM SURPRISE Intan Warsito segera balas melambai ke arah wanita yang melambaikan tangannya, Jaka Kelud mengikuti arah pandangan Intan dan dia juga melihat seorang wanita di dalam mobil MPV mewah berwarna putih itu. Setelah melihat keberadaan wanita paruh baya itu, sambil tetap memegang ponselnya, Intan segera mengajak Jaka Kelud untuk mendatangi wanita itu. “Jaka, temani aku menemui tante Melati,” ucap Intan Warsito sambil menggandengan tangan Jaka Kelud, sebagai tanda kalau dia tidak ingin ajakannya ditolak. Dengan tanpa daya Jaka kelud mengikuti langkah Intan Warsito menuju mobil MPV mewah yang terparkir di luar kampus. Wanita paruh baya yang ada di dalam mobil MPV mewah tampak senang melihat Intan Warsito datang ke arahnya bersama Jaka Kelud. “Tante, tidak biasanya tante bermain ke kampus Intan,” ucap Intan Warsito sambil sungkem menjabat tangan Melati Sugiri sambil mencium punggung tangannya. “Iya, kebetulan saja tante lewa
Bab 176. DI USIR DARI KANTOR DOKTER Petugas bagian Informasi itu tidak langsung menjawab pertanyaan Jaka Kelud, dia malah memandangi sosok Jaka Kelud dari atas sampai bawah dengan tatapan curiga. “Bapak ini apanya pak Rustam kalau boleh tahu?” “Saya kenalannya, kebetulan saya sedang menjenguk bersama teman saya di ruang VVIP nomor sepuluh.” “Oh, bapak beneran temannya pak Rustam?” Nada bicara karyawan bagian Informasi terdengar mulai ramah, setelah Jaka Kelud mengaku sebagai temannya Rustam Buwono. “Tentu saja benar, untuk apa saya berbohong tidak ada untungnya.” “Ha ha ha ha… maaf, saya hanya tidak ingin memberikan informasi kepada yang tidak berkepentingan saja. Tunggu sebentar biar saya cek dulu.” Kemudian petugas bagian informasi segera sibuk di depan komputernya dan terlihat sedang mengetik sesuatu di keyboardnya. Tak lama kemudian, petugas itu segera memandang kearah Jaka Kelud. kali ini tatapannya terlihat serius, sebelum akhirn
Bab 175. SUGENG BUWONO KEPALA KELUARGA KONGLOMERAT BUWONO “Bukan gadis itu, kalau gadis itu saya sudah tahu. Maksudku siapa anak muda itu,” kata kakek Sugeng Buwono sambil menatap kearah Jaka Kelud yang sedang berdiri sambil menyandarkan punggungnya di dinding Rumah Sakit. “Oh dia. Dia itu temannya Intan,” kata Melati Sugiri sambil tersenyum ke arah Jaka kelud kemudian mengalihkan pandangannya kembali ke Sugeng Buwono atau ayah mertuanya. “Iya, saya juga tahu dia temannya nak Intan. Kan dia datang ke Rumah Sakit ini bersama nak Intan, yang saya ingin tanyakan adalah apakah kita pernah mengenal dia atau keluarganya?” Begitu mendengar perkataan Sugeng Buwono, semua orang seketika memusatkan pandangannya ke arah Jaka Kelud, dan memandangnya dengan tatapan penuh selidik. Sementara itu Jaka Kelud yang sedang menjadi pusat perhatian semua orang tampak serba salah, dan menggaruk rambutnya yang tidak gatal sambil tersipu malu. Melati Sugiri yang mendapat per
Bab 174. RUSTAM BUWONO KECELAKAAN Dan benar saja ketika teriakan itu baru saja berhenti, tiba-tiba saja. Blar….!!Sebuah ledakan yang cukup keras terdengar di tengah jalanan, diikuti dengan terangkatnya mobil milik wanita cantik itu yang meledak seperti terkena bom mobil. Warga yang berdiri terlalu dekat dengan mobil yang meledak tersambar api yang menyambar, sehingga wajah mereka menghitam dengan rambut dan pakaian yang terbakar. Seketika itu juga kepanikan melanda di sekitar mobil yang meledak. Sementara itu Jaka Kelud tampak tersenyum senang, melihat kejahilannya membuahkan hasil. Dengan meledaknya mobil wanita cantik yang sok berkuasa dan tidak mau mengganti kerusakan mobil Intan Warsito yang ditabraknya, maka kekesalan Intan pasti akan terobati. Jaka segera menjalankan mobilnya meninggalkan tempat dia parkir, sementara itu Intan Warsito yang sudah melajukan mobilnya lebih dulu, sudah tidak terlihat. Sesampainya di kampus, tern
Bab 173. MEMBERI HUKUMAN WANITA CANTIK Intan warsito balas mengejek wanita cantik itu sambil melirik ke arah Jaka kelud dengan ekspresi penuh dengan kemenangan. Siapapun orangnya tentu saja sangat senang, jika dalam menghadapi suatu masalah kedatangan orang yang dikenalnya. Dengan kedatangan orang yang dikenalnya, maka urusan akan lebih mudah, karena akan ada yang mendukungnya. Demikian juga dengan Intan Warsito dalam pikirannya, keberaniannya untuk minta ganti rugi atas kerusakan mobilnya semakin menjadi-jadi saja. Brak…! “Cepat kamu ganti kerusakan mobilku, atau kita berurusan dengan pihak Polisi.”Dengan kuat Intan Warsito menggebrak kap mesin mobil wanita cantik itu, sambil memperlihatkan sikap serius kalau dia minta ganti rugi. “Ha ha ha ha… mau dibawa ke pihak Polisi? Baiklah, mari kita lapor Polisi dan lihat apakah Polisi akan membantumu? Hi hi hi hi….” Wanita cantik itu sama sekali tidak takut, saat diancam untuk dilaporkan ke piha
Bab 172. INTAN YANG APES Tangan Jaka Kelud segera diangkat ke atas langit, sedangkan mulutnya terlihat sedang bergerak-gerak seperti sedang membaca mantra. Langit yang sebelumnya cerah, tiba-tiba saja dipenuhi awan hitam yang bergerak dari segala arah dan menumpuk di atas gedung PT Nusa Bangsa. Jegler…! Blarr…!Suara petir menggelegar dan saling bersahutan membuat penduduk bumi ketakutan, melihat fenomena aneh yang baru saja mereka lihat. Petir menyambar-nyambar di susul turunnya air hujan dari langit yang langsung deras begitu saja, tanpa didahului gerimis seperti biasanya. Petir yang bersahutan bahkan menghantam trafo listrik, sehingga alam seketika menjadi gelap gulita meskipun saat ini masih siang hari. Bahkan ada tiang listrik yang roboh terkena hantaman petir yang menyambar dari langit. Tubuh Jaka Kelud yang berdiri di atap gedung sudah basah kuyup, akan tetapi dia tidak memperdulikannya. Sekali lagi tangan Jaka Kelud mengibas
Bab 171. MENGHILANGKAN JEJAK Dalam sekejap semua orangnya Raden Tukimin yang ada di ruang meeting menghilang, demikian juga dengan para mayat yang tergeletak diatas lantai. Bahkan Jaka Kelud juga ikut menghilang dari ruang meeting, kemudian muncul lagi di sebuah lembah yang sangat dalam yang bersuhu sangat dingin. “Dimana ini?” Terdengar suara orang berteriak kebingungan dengan tubuh menggigil dan gigi bergemeletuk saking dinginnya suhu udara di tempat mereka sekarang berada. “Di pintu neraka, ha ha ha ha….” “Bocah apa yang kamu lakukan kepada kami?” teriak seorang pria yang tidak asing bagi Jaka Kelud. Rombongan orang yang sedang berdiri dengan tubuh menggigil tentu saja Raden Tukimin dan anak buahnya yang masih hidup, yaitu para pengacara dan sekretarisnya. “Saya tidak bicara apa-apa, hanya berbicara apa adanya. Sekarang lihat apa yang ada di bawah kalian,” kata Jaka Kelud dengan nada santai. Begitu mendengar perkataan Jaka Kelud, me
Bab 170. AKHIR DARI AKI DAWIR “Ehem, Aki Dawir ya? Maaf Aki, permintaan saya juga sama dengan kalian. Kalau kalian ingin selamat, segera pergi dari gedung ini atau nasib kalian akan sama dengan mayat-mayat itu.” “Kurang ajar, sepertinya kamu tidak bisa melihat tingginya gunung di depanmu. Baiklah, terima ini.” Wusss….Tiba-tiba saja Aki Dawir mendorong telapak tangannya ke arah Jaka Kelud, dorongan tangan Aki Dawir memunculkan desisan angin yang sangat tajam. Pakaian semua orang berkibar, ketika Aki Dawir melancarkan serangannya. Akan tetapi apa yang ada dalam pikiran Aki Dawir sepertinya meleset, karena sosok pemuda kurus yang diremehkannya ternyata masih berdiri tegak di tempatnya, tanpa kurang apapun. Jaka Kelud yang sekarang tentu saja bukan seperti Jaka Kelud yang dulu, kini dia yang sudah menyadari kekuatan yang dimiliki, tentu saja menganggap remeh serangan Aki Dawir yang melancarkan pukulan jarak jauh. Padahal pukulan jarak jauh Aki Daw
Bab 169. BUKAN PRIA BIASA “Apa? Mana mungkin saya salah tembak?” pikit pengawal yang menembak Jaka Kelud. Padahal Jarak antara dirinya dan Jaka Kelud hanya empat meter, jadi tidak mungkin tembakannya meleset, apalagi malah mengenai rekannya sendiri. Sementara itu Jaka Kelud tampak sangat santai, meskipun baru saja disasar peluru tajam oleh pengawal Raden Tukimin. Yang paling kesal dengan apa yang terjadi tentu saja Raden Tukimin, emosinya langsung meluap melihat kegagalan anak buahnya meringkus dan menghukum Jaka Kelud. “Goblok, dasar orang-orang yang bisanya hanya memakan gaji buta saja! Cepat habisi pemuda itu, jangan bikin malu!” Suara Raden Tukimin menggelegar memberi perintah semua anak buahnya untuk menghabisi Jaka Kelud. Seketika puluhan moncong pistol mengarah kepada Jaka Kelud, akan tetapi bukannya ketakutan, pemuda yang ditodong puluhan pistol tampak santai. Expresi Jaka kelud masih tetap datar, seakan dirinya sedang tidak dalam
Bab 168. DITEMBAK PENGAWAL RADEN TUKIMIN “Apa yang kamu lakukan?” bentak Raden Tukimin sambil menunjuk ke arah Jaka Kelud dengan wajah memerah saking emosinya. “Bukankah matamu masih normal, masa tidak tahu dengan apa yang saya lakukan. Sepertinya kamu perlu memeriksakan kedua matamu ke Rumah Sakit, ha ha ha ha…” Jaka tertawa terbahak-bahak setelah mengata-ngatai Raden Tukimin. “Kurang ajar, dasar bocah sableng. Kalian, cepat beri pelajaran pada orang gila ini,” perintah Raden Tukimin kepada pengawalnya yang berdiri paling dekat dengan Jaka Kelud. Sementara itu Aki Dawir yang berdiri di belakang Raden Tukimin, menatap sosok pemuda kurus di depannya sambil mengedarkan indra spiritualnya. Tiba-tiba saja pandangan indra spiritual yang dipancarkan Aki Dawir seperti terhalangi dinding transparan yang tidak bisa di tembusnya. “Ada apa ini? Kenapa saya tidak bisa memindai tubuh pemuda gila ini? Jangan-jangan….?” Perasaan Aki Dawir seketika itu menjadi b