Bab 41. MEMBUAT PANIK Tak lama kemudian bus yang dinaiki Jaka dan yang lainnya sampai juga di Universitas Palapa. Ternyata sudah banyak peserta pertandingan dari Universitas lain yang lebih dulu datang ke tempat ini, terbukti dengan banyaknya kendaraan bus mahasiswa yang terparkir rapi di halaman Universitas. Tanpa sepengetahuan Jaka, ternyata hari ini Universitas Matrix membebaskan jam pelajaran dan menyarankan para mahasiswa untuk memberi suport kepada tim silat mereka yang sedang mengikuti pertandingan silat persahabatan. Sementara itu Jaka dan yang lainnya sudah mengganti pakaian mereka dengan pakaian silat yang serba hitam, sedangkan dosen Saras sudah mendaftarkan peserta pertandingan dari Universitas Matrix ke panitia pertandingan. Secara kebetulan Jaka mendapatkan nomor urut terakhir dalam babak penyisihan ini. Tak lama kemudian pertandingan pun dimulai, Jaka tampak seperti orang bodoh memandangi gedung auditorium Universitas Palapa yang sangat besar.
Bab 42. TENDANGAN MAUT Bugh… “Argh…”Sesaat sebelum kaki lawannya sampai ke dadanya, kaki Jaka bergerak dengan sangat cepat menendang dada lawannya hingga tubuhnya terpental melayang sangat jauh hingga ke kursi penonton. Suara teriakan kesakitan dari lawannya yang terkena tendangan maut Jaka, seperti suara hewan yang sedang di potong begitu mengerikan suaranya. Brak… Dan setelah melakukan tendangan, kaki Jaka masih tetap diam dalam posisi menendang seperti film action silat yang dia tonton. Pemandangan ini tentu saja menggemparkan semua orang yang sedang menonton pertandingan Jaka. “Gila, siapa dia yang begitu kuat tendangannya?” “Bukankah itu peserta yang sebelumnya tertidur saat menunggu panggilannya tampil?” “Betul, dia pesilat dari Universitas Matrix yang tadi di cemooh semua orang.” “Siapa namanya tadi?” “Sepertinya nama pesilat itu adalah Jaka, iya betul namanya Jaka Kelud kalau tidak salah. Ternyata orang itu benar-benar
Bab 43. TENDANGAN TANPA BAYANGAN Seperti biasanya, Jaka tetap bersikap santai seakan kemenangannya merupakan hal yang biasa dan wajar, sehingga tidak perlu di banggakan. Sementara itu dosen Saras yang sedang duduk di meja panitia tampak memandangi Jaka dengan sebuah senyuman tipis tersungging di sudut bibirnya. “Tidak disangka, ternyata anak yang cerdas itu juga bisa membanggakan Universitas Matrix. Saya benar-benar beruntung mengikutkan Jaka ke pertandingan ini, semoga Jala bisa lolos sampai final dan membawa medali serta penghargaan.” Tentu saja dosen Saras tahu kalau Jaka masuk kuliah di universitas Matrix ini dari jalur beasiswa, sedangkan jalur beasiswa ini berdasarkan atas dua penilaian, yang pertama karena kecerdasannya dan yang kedua dengan melihat keadaan ekonomi keluarganya. Dan Jaka sesuai dengan kriteria jalur beasiswa yang diterapkan pihak universitas Matrix. Sebelumnya dosen Saras sudah memeriksa latar belakang Jaka, setelah dia mendaftarka
Bab 44. IDOLA SEMUA ORANG Semua mata seketika tertuju ke arah arena nomor satu dimana akan di jadikan tempat bertanding Jaka melawan Ridwan. Dihadapan Jaka terlihat lawannya sedang menatapnya dengan tatapan menyeringai dan penuh dengan intimidasi. Ekspresi Jaka tetap datar, di wajahnya sama sekali tidak terlihat ekspresi emosi maupun ketakutan melihat tatapan Ridwan yang menatapnya dengan senyuman ejekan terlihat di sudut bibirnya, sambil mengarahkan ibu jarinya ke lantai sebagai tanda akan membantai Jaka di arena ini. “Kalian berdua bersiap, mulai!” wasit memberi aba-aba sebagai tanda kalau pertandingan di mulai. Baru juga wasit memberi tanda pertandingan dimulai, Ridwan ternyata langsung menyerang Jaka dengan sebuah pukulan dan tendangan beruntun kearahnya. “Syiat….” Serangan mendadak Ridwan membuat para penonton terkejut, karena serangan Ridwan bagi mata para penonton sangatlah cepat. Akan tetapi kecepatan serangan mendadak Ridwan dimata Jaka masihlah sangat lambat seper
Bab 45. YOGA YANG KETAKUTAN Mendengar teriakan-teriakan mahasiswa wanita yang memuja-muja dirinya, seketika wajah Jaka memerah karena saking malunya. Maklumlah kejadian seperti ini baru pertama kali dialami Jaka, sehingga dia merasa canggung dan hanya tersenyum tipis menanggapi pujian semua orang. Hari ini nama Jaka mengisi disetiap berita online dan menjadi bahan perbincangan di sekitar mahasiswa yang menonton pertandingan silat persahabatan antar Universitas di kota Jakarta. Nama Jaka bagaikan nama seorang artis top yang sedang berkibar dan menjadi pujaan setiap mahasiswa wanita. Apalagi rekaman pertandingan Jaka juga beredar di beberapa platform online, sehingga nama Jaka semakin terkenal Jaka. Usai penyerahan medali juara, semua peserta pertandingan kembali ke Universitas masing-masing, demikian juga dengan Jaka dan timnya, mereka kembali ke Universitas Matrix dengan membawa kebanggaan atas kemenangan Jaka yang mendapatkan juara pertama. Sementara
Bab 46. DIBEGAL Darko segera menoleh kearah jendela, dimana sumber suara ketukan terdengar. Mata Jaka langsung memicing ketika melihat bayangan dua orang dengan wajah sangar menodongkan kapak mereka kearah dirinya. “Buka jendelanya!” perintah salah satu orang yang mengetuk kaca jendela mobilnya. Jaka segera menurunkan kaca jendela pintu di sampingnya, begitu kaca jendela diturunkan, ketika ada sebuah tangan kekar yang berusaha mengambil kunci kontak mobilnya. “Keluar dari mobil, atau saya bacok tubuh kamu dengan kapak ini,” ucap salah satu preman yang satunya dengan menampakkan wajah garang ke arah Jaka. Pergerakan preman ini sangatlah cepat, sejak kaca jendela di buka dan tangan mereka berusaha mengambil kunci kontak mobil Jaka. Akan tetapi kecepatan gerakan mereka, dimata Jaka sama sekali tidak berguna, karena gerakan mereka masih terlihat sangat lambat seperti siput yang sedang berjalan diatas daun pisang. Tiba-tiba gerakan tangan salah satu p
Bab 47. SEMEDI MEMBANGKITKAN ENERGI PRANA Jari jemari Jaka terlihat sangat cepat mengetik beberapa nama perusahaan yang diincarnya, setelah mengklik untuk membeli saham perusahaan yang diincarnya, Jaka tampak menghela nafas lega. “Sekarang tinggal duduk santai selama dua jam sebelum pasar saham ditutup,” gumam Jaka dengan senyuman menghiasi sudut bibirnya. Ternyata prediksi Jaka sangat tepat, karena setiap menit yang mendebarkan akhirnya berlalu, kelima saham perusahaan yang dibelinya telah mengalami kenaikan, terlihat dari pergerakan grafik pasar saham Internasional. Sepuluh menit sebelum pasar saham ditutup, Jaka segera menjual semua saham yang baru saja dibeli. Seketika itu juga dari uang sepuluh milyar yang digunakan untuk membeli saham, kini sudah bertambah menjadi seratus milyar. Tentu saja keuntungan yang baru saja di dapat, membuat ekspresi wajah Jaka semakin cerah. Kali ini dia dapat untung sembilan puluh milyar kurang dari dua jam lamanya.
Bab 48. RENCANA AKUISISI PERUSAHAAN Kemudian Jaka berniat berdiri dengan cepat dari duduk semedinya, tiba-tiba tubuhnya melenting dengan sangat cepat hingga hampir menabrak plafon rumah yang tingginya empat meter. Dengan cepat Jaka mengontrol kekuatan lentingan tubuhnya dan telapak tangannya menyentuh plafon dengan lembut untuk menghentikan daya dorong lentingan nya. Tubuh Jaka turun dengan perlahan ke atas lantai, “Huh… untungnya saya cepat sigap dan menahan daya lentingan tubuh saya, kalau terlambat sedikit pasti plafon rumahku hancur.” Mata Jaka menatap keluar rumah dari lantai tiga dimana dia berada, “Ternyata sudah siang, saya kan diberi cuti selama dua hari oleh dosen Saras, sebaiknya mau ngapain ya?” Jaka tampak bingung dengan apa yang akan dilakukannya, setelah mendapatkan cuti kuliah selama dua hari. Dari lantai tiga, Jaka bisa melihat bangunan-bangunan yang ada di kejauhan, hingga akhirnya dia melihat gedung pencakar langit di kejauhan. “Oh iya, s
Bab 176. DI USIR DARI KANTOR DOKTER Petugas bagian Informasi itu tidak langsung menjawab pertanyaan Jaka Kelud, dia malah memandangi sosok Jaka Kelud dari atas sampai bawah dengan tatapan curiga. “Bapak ini apanya pak Rustam kalau boleh tahu?” “Saya kenalannya, kebetulan saya sedang menjenguk bersama teman saya di ruang VVIP nomor sepuluh.” “Oh, bapak beneran temannya pak Rustam?” Nada bicara karyawan bagian Informasi terdengar mulai ramah, setelah Jaka Kelud mengaku sebagai temannya Rustam Buwono. “Tentu saja benar, untuk apa saya berbohong tidak ada untungnya.” “Ha ha ha ha… maaf, saya hanya tidak ingin memberikan informasi kepada yang tidak berkepentingan saja. Tunggu sebentar biar saya cek dulu.” Kemudian petugas bagian informasi segera sibuk di depan komputernya dan terlihat sedang mengetik sesuatu di keyboardnya. Tak lama kemudian, petugas itu segera memandang kearah Jaka Kelud. kali ini tatapannya terlihat serius, sebelum akhirn
Bab 175. SUGENG BUWONO KEPALA KELUARGA KONGLOMERAT BUWONO “Bukan gadis itu, kalau gadis itu saya sudah tahu. Maksudku siapa anak muda itu,” kata kakek Sugeng Buwono sambil menatap kearah Jaka Kelud yang sedang berdiri sambil menyandarkan punggungnya di dinding Rumah Sakit. “Oh dia. Dia itu temannya Intan,” kata Melati Sugiri sambil tersenyum ke arah Jaka kelud kemudian mengalihkan pandangannya kembali ke Sugeng Buwono atau ayah mertuanya. “Iya, saya juga tahu dia temannya nak Intan. Kan dia datang ke Rumah Sakit ini bersama nak Intan, yang saya ingin tanyakan adalah apakah kita pernah mengenal dia atau keluarganya?” Begitu mendengar perkataan Sugeng Buwono, semua orang seketika memusatkan pandangannya ke arah Jaka Kelud, dan memandangnya dengan tatapan penuh selidik. Sementara itu Jaka Kelud yang sedang menjadi pusat perhatian semua orang tampak serba salah, dan menggaruk rambutnya yang tidak gatal sambil tersipu malu. Melati Sugiri yang mendapat per
Bab 174. RUSTAM BUWONO KECELAKAAN Dan benar saja ketika teriakan itu baru saja berhenti, tiba-tiba saja. Blar….!!Sebuah ledakan yang cukup keras terdengar di tengah jalanan, diikuti dengan terangkatnya mobil milik wanita cantik itu yang meledak seperti terkena bom mobil. Warga yang berdiri terlalu dekat dengan mobil yang meledak tersambar api yang menyambar, sehingga wajah mereka menghitam dengan rambut dan pakaian yang terbakar. Seketika itu juga kepanikan melanda di sekitar mobil yang meledak. Sementara itu Jaka Kelud tampak tersenyum senang, melihat kejahilannya membuahkan hasil. Dengan meledaknya mobil wanita cantik yang sok berkuasa dan tidak mau mengganti kerusakan mobil Intan Warsito yang ditabraknya, maka kekesalan Intan pasti akan terobati. Jaka segera menjalankan mobilnya meninggalkan tempat dia parkir, sementara itu Intan Warsito yang sudah melajukan mobilnya lebih dulu, sudah tidak terlihat. Sesampainya di kampus, tern
Bab 173. MEMBERI HUKUMAN WANITA CANTIK Intan warsito balas mengejek wanita cantik itu sambil melirik ke arah Jaka kelud dengan ekspresi penuh dengan kemenangan. Siapapun orangnya tentu saja sangat senang, jika dalam menghadapi suatu masalah kedatangan orang yang dikenalnya. Dengan kedatangan orang yang dikenalnya, maka urusan akan lebih mudah, karena akan ada yang mendukungnya. Demikian juga dengan Intan Warsito dalam pikirannya, keberaniannya untuk minta ganti rugi atas kerusakan mobilnya semakin menjadi-jadi saja. Brak…! “Cepat kamu ganti kerusakan mobilku, atau kita berurusan dengan pihak Polisi.”Dengan kuat Intan Warsito menggebrak kap mesin mobil wanita cantik itu, sambil memperlihatkan sikap serius kalau dia minta ganti rugi. “Ha ha ha ha… mau dibawa ke pihak Polisi? Baiklah, mari kita lapor Polisi dan lihat apakah Polisi akan membantumu? Hi hi hi hi….” Wanita cantik itu sama sekali tidak takut, saat diancam untuk dilaporkan ke piha
Bab 172. INTAN YANG APES Tangan Jaka Kelud segera diangkat ke atas langit, sedangkan mulutnya terlihat sedang bergerak-gerak seperti sedang membaca mantra. Langit yang sebelumnya cerah, tiba-tiba saja dipenuhi awan hitam yang bergerak dari segala arah dan menumpuk di atas gedung PT Nusa Bangsa. Jegler…! Blarr…!Suara petir menggelegar dan saling bersahutan membuat penduduk bumi ketakutan, melihat fenomena aneh yang baru saja mereka lihat. Petir menyambar-nyambar di susul turunnya air hujan dari langit yang langsung deras begitu saja, tanpa didahului gerimis seperti biasanya. Petir yang bersahutan bahkan menghantam trafo listrik, sehingga alam seketika menjadi gelap gulita meskipun saat ini masih siang hari. Bahkan ada tiang listrik yang roboh terkena hantaman petir yang menyambar dari langit. Tubuh Jaka Kelud yang berdiri di atap gedung sudah basah kuyup, akan tetapi dia tidak memperdulikannya. Sekali lagi tangan Jaka Kelud mengibas k
Bab 171. MENGHILANGKAN JEJAK Dalam sekejap semua orangnya Raden Tukimin yang ada di ruang meeting menghilang, demikian juga dengan para mayat yang tergeletak diatas lantai. Bahkan Jaka Kelud juga ikut menghilang dari ruang meeting, kemudian muncul lagi di sebuah lembah yang sangat dalam yang bersuhu sangat dingin. “Dimana ini?” Terdengar suara orang berteriak kebingungan dengan tubuh menggigil dan gigi bergemeletuk saking dinginnya suhu udara di tempat mereka sekarang berada. “Di pintu neraka, ha ha ha ha….” “Bocah apa yang kamu lakukan kepada kami?” teriak seorang pria yang tidak asing bagi Jaka Kelud. Rombongan orang yang sedang berdiri dengan tubuh menggigil tentu saja Raden Tukimin dan anak buahnya yang masih hidup, yaitu para pengacara dan sekretarisnya. “Saya tidak bicara apa-apa, hanya berbicara apa adanya. Sekarang lihat apa yang ada di bawah kalian,” kata Jaka Kelud dengan nada santai. Begitu mendengar perkataan Jaka Kelud, me
Bab 170. AKHIR DARI AKI DAWIR “Ehem, Aki Dawir ya? Maaf Aki, permintaan saya juga sama dengan kalian. Kalau kalian ingin selamat, segera pergi dari gedung ini atau nasib kalian akan sama dengan mayat-mayat itu.” “Kurang ajar, sepertinya kamu tidak bisa melihat tingginya gunung di depanmu. Baiklah, terima ini.” Wusss….Tiba-tiba saja Aki Dawir mendorong telapak tangannya ke arah Jaka Kelud, dorongan tangan Aki Dawir memunculkan desisan angin yang sangat tajam. Pakaian semua orang berkibar, ketika Aki Dawir melancarkan serangannya. Akan tetapi apa yang ada dalam pikiran Aki Dawir sepertinya meleset, karena sosok pemuda kurus yang diremehkannya ternyata masih berdiri tegak di tempatnya, tanpa kurang apapun. Jaka Kelud yang sekarang tentu saja bukan seperti Jaka Kelud yang dulu, kini dia yang sudah menyadari kekuatan yang dimiliki, tentu saja menganggap remeh serangan Aki Dawir yang melancarkan pukulan jarak jauh. Padahal pukulan jarak jauh Aki Daw
Bab 169. BUKAN PRIA BIASA “Apa? Mana mungkin saya salah tembak?” pikit pengawal yang menembak Jaka Kelud. Padahal Jarak antara dirinya dan Jaka Kelud hanya empat meter, jadi tidak mungkin tembakannya meleset, apalagi malah mengenai rekannya sendiri. Sementara itu Jaka Kelud tampak sangat santai, meskipun baru saja disasar peluru tajam oleh pengawal Raden Tukimin. Yang paling kesal dengan apa yang terjadi tentu saja Raden Tukimin, emosinya langsung meluap melihat kegagalan anak buahnya meringkus dan menghukum Jaka Kelud. “Goblok, dasar orang-orang yang bisanya hanya memakan gaji buta saja! Cepat habisi pemuda itu, jangan bikin malu!” Suara Raden Tukimin menggelegar memberi perintah semua anak buahnya untuk menghabisi Jaka Kelud. Seketika puluhan moncong pistol mengarah kepada Jaka Kelud, akan tetapi bukannya ketakutan, pemuda yang ditodong puluhan pistol tampak santai. Expresi Jaka kelud masih tetap datar, seakan dirinya sedang tidak dalam
Bab 168. DITEMBAK PENGAWAL RADEN TUKIMIN “Apa yang kamu lakukan?” bentak Raden Tukimin sambil menunjuk ke arah Jaka Kelud dengan wajah memerah saking emosinya. “Bukankah matamu masih normal, masa tidak tahu dengan apa yang saya lakukan. Sepertinya kamu perlu memeriksakan kedua matamu ke Rumah Sakit, ha ha ha ha…” Jaka tertawa terbahak-bahak setelah mengata-ngatai Raden Tukimin. “Kurang ajar, dasar bocah sableng. Kalian, cepat beri pelajaran pada orang gila ini,” perintah Raden Tukimin kepada pengawalnya yang berdiri paling dekat dengan Jaka Kelud. Sementara itu Aki Dawir yang berdiri di belakang Raden Tukimin, menatap sosok pemuda kurus di depannya sambil mengedarkan indra spiritualnya. Tiba-tiba saja pandangan indra spiritual yang dipancarkan Aki Dawir seperti terhalangi dinding transparan yang tidak bisa di tembusnya. “Ada apa ini? Kenapa saya tidak bisa memindai tubuh pemuda gila ini? Jangan-jangan….?” Perasaan Aki Dawir seketika itu menjadi b