Home / Romansa / Pewaris Sesungguhnya Itu.... / Bab 2. Evan yang Bertakhta

Share

Bab 2. Evan yang Bertakhta

last update Last Updated: 2023-12-14 18:36:36

“Hentikan, jangan membuat hidup kakakku semakin hancur!” Aisha selalu dibuat cemas dengan wajah pucat setiap kali mendengarkan rencana licik suaminya-Evan. Namun, bagaimanapun keinginan memberontak membuncai di dalam hatinya, nyatanya Aisha tidak dapat melakukan apapun bahkan hanya sekedar menyingkirkan tangan kotor Evan.

“Hahahaha!” Tawa Evan menggema di dalam istana milik Adhitia, “kenapa, bukankah bagus saat hidup kakakmu semakin hancur karena semua aset milik ayah kalian hanya akan jatuh padamu, Honey.” Kedipan mata genit mengudara, tetapi Aisha tidak menyukainya sama sekali.

“Hentikan. Kakak sudah sangat menderita karena kamu jebak!” Aisha mulai berdesis geram.

“Sssttt ....” Jemari telunjuk Evan beralih pada bibir manis Aisha, “jangan membahas yang sudah-sudah, dan jangan menuduhku telah menjebak Ansel-kakak iparku sendiri.” Senyuman teduh dipasang, tetapi yang dilihat Aisha hanyalah senyuman iblis.

Saat ini Aisha memalingkan wajahnya tanpa berkata apapun. Jadi Evan kembali mengambil kesempatan untuk berbicara sesuka hatinya. Dagu sang istri kembali diraih, caranya sangat lembut, tetapi Aisha tidak pernah menyukai apapun yang dilakukan Evan walaupun itu dalam bentuk perhatian. “Sayang ... jangan bersikap seperti itu padaku, aku suamimu. Bahkan Ansel tidak dapat melakukan apapun di hadapanku yang berusia lebih tua darinya, dia tahu sopan santun padaku walaupun secara silsilah keluarga aku adalah adik iparnya.”

Aisha masih tidak berbicara walaupun Evan banyak mengucapkan kalimat dengan sesuka hatinya hingga beberapa saat kemudian, bibir ranumnya berkata, “Aku harus merawat papa, sudah saatnya papa meminum obat.” Ini adalah cara pamitnya untuk menghindari suaminya sendiri.

Namun, cara pamit yang dipakai Aisha adalah cara yang bodoh hingga seorang pria licik seperti Evan akan mudah menebak kebohongannya. “Waktu hampir menunjukan pukul sebelas malam. Apakah dokter memberikan jadwal meminum obat tengah malam, 4x sehari?” Sebelah alisnya terangkat saat tatapan datar dipasang, sedangkan Aisha mengerjap, menyadari kesalahan yang dilakukannya. Jadi, gadis ini harus segera meluruskannya.

“Eu ... maksudku ... papa harus sering dicek. Papa sering terbangun tengah malam karena haus atau ingin buang air kecil. Jadi sekarang aku harus memeriksa papa!” Grogi segera menyelimuti hati gadis berusia dua puluh tahun ini.

Evan mendesah datar saat memegangi pelipisnya, kemudian mendaratkan tatapan membidiknya ke arah Aisha. “Baiklah, periksa saja papamu. Tapi jangan lama-lama ya, Sayang ....” Senyuman teduh dipasang, tetapi bagaimanapun rupanya, Evan tidak pernah berbeda dengan iblis.

Aisha segera meninggalkan ruangan yang dihuni Evan, bulu kuduknya bergidik ngeri saat bergegas menuju kamar ayahnya yang berada di lantai paling atas, lantai empat rumahnya. Setibanya di hadapan pintu kamar sang ayah, daun pintu dibuka sangat lembut. Terlihat jelas Adithia sedang terbaring pulas hingga Aisha mengusap dadanya. “Syukurlah, semakin hari keadaan papa semakin membaik, sekarang Aisha perhatikan papa tidak sering insomia.” Senyuman mulai merekah cerah saat menyaksikan perkembangan baik ayahnya dari hari ke hari.

Sudah sebelas bulan Adhitia terbaring lemah setelah mencoba mengambil kembali pertambangan berlian serta embel-embel berlian lainnya yang salah satunya pabrik pembuatan. Namun, usahanya gagal yang membuatnya tumbang hingga saat ini sekaligus tidak mampu membawa putra sulungnya kembali ke kediamannya.

Ansel dan Alea terusir dari rumah semenjak Adhitia menandatangani surat pemindahan salah satu asetnya ke tangan Evan. Saat itu dia dijebak menggunakan obat-obatan yang tidak diketahui jenisnya karena pria sukses ini hidup tanpa mengenal obat-obatan di luar resep dokter, tetapi pada suatu hari sebuah kapsul meluncur ke dalam tenggorokannya yang membuatnya seolah dikendalikan hingga tandatangannya tergores jelas di atas kertas yang berisi pemindahan satu-satunya aset terbesar miliknya.

Sejak saat itu semua yang berhubungan dengan berlian jatuh ke dalam genggaman Evan-seorang menantu yang dipilihkannya untuk Aisha. Jadi, saat ini yang tersisa hanya penyesalan. Namun, semua seolah tidak akan pernah kembali. Apalagi kini keadaannya sangat mengenaskan, dia terserang struk jadi aktivitas hariannya hanya berbaring dan duduk di atas kursi roda.

***

Hari berganti, Alea sedang bersiap-siap di dalam rumah sempitnya. “Sayang, aku akan pergi sekarang, hari ini tanggal gajian, aku akan menerima gaji pertama. Aku ingin pergi lebih pagi. Hihi ....” Senyuman manis nan indah Alea.

“Iya, Sayang.” Ansel memberikan kecupan hangat di dahi Alea.

“Titip Ocean ya. Kalau mau melanjutkan tidur, tidur saja. Tapi kalau Ocean menangis kamu harus segera bangun, buatkan susu atau ganti popoknya karena biasanya alasan anak kita menangis hanya karena kedua hal itu,” pesan penting Alea diucapkan setiap hari, tetapi dirinya tidak akan pernah bosan mengingatkan suaminya.

“Iya, Sayang ... aku akan segera bangun walaupun aku sedang terlelap.” Selama satu bulan ini Ansel mengurus bayi mereka dengan sangat baik saat Alea sedang bekerja. Dia tidak keberatan sama sekali walaupun waktu beristirahatnya sangat singkat.

“Terimakasih sudah menjadi suami sekaligus ayah yang sempurna.” Senyuman merekah di wajah Alea, rasa syukur tidak pernah habis karena Tuhan menjodohkannya dengan Ansel.

“Aku akan bertanggungjawab sebagaimana seorang suami sekaligus seorang ayah.” Ansel menggaruk kepala tidak gatal seiring tersipu malu. Jadi, setiap pagi hingga pukul empat sore dia yang menjaga Ocean. Lalu, pukul tujuh malam pria ini meninggalkan rumah untuk bekerja hingga pukul empat pagi karena jarak rumah sewa dan gedung tempatnya bekerja cukup jauh.

Saat ini Ansel hanya mampu membayar rumah sewa berukuran kecil di sebuah gang, di pemukiman warga kalangan menengah ke bawah jadi tidak heran jika dia memerlukan waktu lebih banyak menuju gedung pencakar langit tempat manusia elit berada.

Saat Alea barusaja berlalu, dering handphone memanggil empunya. “Aisha?” Kedua alis Ansel segera berkerut heran, maka dengan sigap menggeser ikon hijau. “Sya, ada apa?” tanya grasah-grusuhnya.

“Kak, bagaimana keadaan Kakak sekarang?” Khawatir selalu diperdengarkan Aisha.

“Hidup kami mengalami sedikit perubahan setelah Kakak mendapatkan pekerjaan tetap. Kenapa?” Saat adiknya mencemaskan dirinya, justru Ansel selalu mencemaskan Aisha karena adik satu-satunya hidup bersama seorang brengsek pshycopat.

“Syukurlah ....” Embusan udara lega dibuang Aisha, tetapi sejurus kemudian kalimatnya memburu, “Kak, berhati-hatilah pada Evan, dia tahu Kakak bekerja di butik berlian!” peringatan tegasnya dengan tergesa-gesa hingga kedua mata Ansel memicing tajam.

“Memangnya apa yang akan dia perbuat sekarang?”

“Aisha tidak tahu ..., tapi semalam Aisha melihat ekspresi jahat Evan!”

“Ck, Kakak rasa Evan tidak dapat melakukan apapun di sana karena semua orang tahu kami adalah keluarga!” Saat ini kepercayaan diri Ansel sangat tinggi.

“Tapi Kakak tidak boleh gegabah menyepelekan Evan, dia sangat licik. Aisha takut Kakak kenapa-kenapa ....” Kekhawatiran tidak pernah pudar.

“Tenang saja, Kakak sudah memikirkan serangan balik pada setiap serangan darinya selama itu tidak berurusan dengan tandatangan apapun seperti yang dilakukan papa,” desah lirih Ansel bercampur amarah. Maka, selama beberapa saat Aisha juga dibuat sangat lirih.

“Memangnya apa yang akan Kakak lakukan?” heran Aisha dengan harapan serangan balik yang dilakukan Ansel akan berakibat fatal pada Evan.

“Lihat saja nanti.” Seringai Ansel.

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 96. End

    Hari berganti, Ansel masih belum kembali dan saat ini Alea mulai menangis tersedu, tetapi untungnya Rina tetap di sisinya dan wanita ini juga yang membantu menenangkan ibu satu anak ini. Namun, kebaikan Rina tidak membuat Ansel kembali. Lelaki itu menghilang hingga satu minggu lamanya. Setiap hari Alea dan Aisha mencoba mencari tanpa melibatkan polisi karena mereka yakin hilangnya Ansel karena perbuatan Evan. Namun, hingga saat ini Aisha tidak menemukan bukti kecurigaannya. Tidak mudah untuk Alea menjalani kehidupannya selama satu minggu ini, Ocean sering menangis dan Alea tidak bisa fokus pada apapun. Jika saya Rina tidak di sisinya mungkin saat ini Alea sudah mendekati kehancurannya. Hari ini, Rina tidak tahan melihat Alea menderita. Maka, dia menghubungi Reza untuk mencari tahu keberadaan Ansel. Wanita ini yakin Reza bisa membantu karena Alea sudah melarangnya melaporkan hilangnya Ansel pada polisi. Sementara, saat ini Ansel disekap oleh Evan. Ya, pelakunya memang Evan. Sudah s

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 95

    Ansel menemui hari sialnya lagi karena akibat tindakannya dia disandera oleh Evan tanpa sepengetahuan Alea maupun Aisha. Jadi seakan-seakan Ansel menghilang tanpa jejak. Pada pagi ini Alea menunggu suaminya pulang, tapi hingga pukul sembilan dia tidak mendapatkan kabar apa pun. Alea menemui Rina untuk meminta bantuan menghubungi Ansel, tetapi nomor suaminya tidak aktif. "Ansel kemana dan kenapa nomornya tidak aktif, apa menemui Aisha?" Alea khawatir, hanya saja dia tidak ingin memikirkan hal aneh.Alea kembali ke rumahnya, di pangkuannya Ocean merengek padahal anaknya sudah diberikan susu. "Kenapa sayang ...." Lembutnya saat membelai pipi Ocean.Alea tetap melakukan kegiatan seperti biasanya, tetapi Ansel masih belum kembali bahkan ketika matahari sudah berada di puncak langit. Rengekan Ocean hanya berhenti sesaat, sejak pagi-pagi bayi itu terus merengek dan tidak pernah tidur nyenyak. "Nak, kenapa ..., jangan seperti ini ..., papa belum pulang dan tidak bisa dihubungi, mama khawatir

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 94

    Ansel tertangkap sebelum pria ini menemukan hal penting, maka bawahan yang ditugaskan Evan membawanya secara halus ke hadapan Evan supaya kedok tuannya tidak terbongkar di hadapan para karyawan.Saat ini Evan bertepuk tangan di hadapan Ansel yang berdiri geram. "Kakak ipar, kau memang hebat, kau bisa menebak keberadaan surat-surat penting milikku. Tapi ... aku yakin kau belum menemukan apapun karena tidak semudah itu. Aku sudah menyimpannya sangat rapat dan sulit dijangkau." Sunggingan bibir Evan mengudara sangat menyebalkan di dalam indera penglihatan Ansel. Saat ini Ansel tidak berkata apapun, arah matanya hanya selalu mengikuti gerakan Evan tanpa pernah berkedip sama sekali, bahkan bola matanya hanya berisi api yang siap membakar Evav."Jangan marah. Santai saja. Kakak ipar tidak boleh terlalu tegang karena memiliki anak dan istri yang harus dicukupi. Hm ... apakah rumah sekecil itu tidak membuat kalian pengap heuh? Rasanya untuk bernapas saja terlalu sulit," hina Evan bersama sun

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 93

    Jumlah kunci yang dimiliki satpam tidak sama dengan sebelum Ansel meninggalkan gedung ini, maka pria ini semakin yakin jika surat-surat penting milik Adithia disimpan di dalam salah satu ruangan di gedung ini. Setelah mencari tahu akhirnya Ansel menemukan satu ruangan yang tidak memiliki kunci. Dia berdiri tepat di depan pintu, ruangan ini memang terisolasi karena pernah terjadi hal tidak diinginkan. Ruangan ini tidak pernah disukai para karyawan karen lokasinya terlalu tinggi hingga mereka mengeluhkan jarak dengan lobby utama. "Ck, apa dugaanku benar. Kau menyimpan semua surat penting milik papa di tempat ini, tempat yang dibenci semua orang? Ya, memang masuk akal jika kau menyimpannya di sini karena tidak ada yang berniat memasuki ruangan ini!" Ansel selalu berhasil membaca isi kepala Evan yang dipenuhi dengan hal-hal licik. Begitupun dengan yang ini, ini mudah untuknya. Namun, apakah dugaannya benar?Ansel tidak memiliki kunci untuk ruangan ini karena salah satu kunci yang berkura

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 92

    Alea berwajah sendu ketika kembali masuk ke dalam rumah hingga menimbulkan pertanyaan besar dari Ansel sekalian merangkul istrinya, "Sayang, ada apa hm ...." Usapan lembutnya segera membelai punggung Alea.Alea tersedu di dalam pelukan Ansel, tetapi segera mengadukan isi hatinya, "Aku mengingat cerita ibu panti tentang asal-usulku karena tadi bu Rina bercerita tentang anaknya yang hilang."Rangkulan Ansel semakin dalam setelah mendengar kalimat sendu istrinya. "Tidak apa, itu hanya kebetulan ...." Usapan lembut di punggung Alea tidak berhenti bahkan semakin sering membelai penuh kasih sayang, tidak lupa mengecup puncak kepala sang istri. Setelah berhasil menenangkan diri, Alea melepaskan diri dari pelukan Ansel, kemudian segera membahas Deon. "Bukan teman kamu yang akan menyewa rumah, tapi saudaranya." Tatapannya masih berkaca, tetapi Alea berusaha menyampaikannya dengan benar hingga membuat Ansel mengusap salah satu pipi istrinya bersama senyuman hangat penuh cinta."Aku sudah mende

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 91

    Rina merasa harus menjelaskan tentang keluarga Ansel karena di matanya keluarga Ansel adalah contoh baik dan patut mendapatkan pujian juga patut menjadi gambaran positif untuk calon penyewanya. Ibu jarinya mengarah pada kediaman Ansel. "Ini rumah keluarga nak Ansel dan nak Alea, mereka sudah memiliki seorang bayi. Kalau ada perlu apa-apa jika memang malas ke rumah ibu, nak Deon biasa mengunjungi nak Ansel dan nak Alea, keduanya sangat ramah," tutur Rina dengan sikap ramah serta raut wajah memuji-muji kedua orang yang berada dalam ceritanya. "Iya. Eu ..., tapi sebenarnya saya sedang mencarikan kontrakan untuk saudara saya karena kebetulan dia mendapatkan pekerjaan di dekat daerah sini," kekeh kecil Deon. "Kalau begitu, Nak Deon jelaskan saja yang baru saja ibu jelaskan pada saudaranya Nak Deon. Intinya lingkungan di sini sangat nyaman karena salah satu alasannya para tetangganya yang baik hati," kekeh merdu Rina kala sedikit berdusta karena hanya beberapa saja dari banyaknya warga ya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status