Pewaris Sesungguhnya Itu....

Pewaris Sesungguhnya Itu....

Oleh:  Desti Angraeni  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
95Bab
833Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Karena permainan licik adik ipar, Ansel yang harusnya mewarisi perusahaan berlian ternama di negeri itu harus menderita dalam lingkaran kemiskinan bersama sang istri. Bahkan, keduanya terpaksa meninggalkan bayi mereka yang masih merah untuk bekerja! Lantas bagaimana kisah Ansel selanjutnya? Mampukah pewaris sesungguhnya itu mendapatkan kembali haknya?

Lihat lebih banyak
Pewaris Sesungguhnya Itu.... Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
95 Bab
Bab 1. Ansel Sang Pewaris
Kriet .... Pintu kayu berderit nyaring saat Alea membuka daun pintu menuju kamarnya. Seorang bayi sedang terbaring di atas tempat tidur tipis dengan tangisan khasnya. “Sayang ... maaf ya Mama baru pulang.” Tubuh mungil bayi berusia tiga bulan masuk ke dalam dekapan lembutnya. Sejenak, gadis berusia dua puluh satu tahun ini celingak-celinguk ke persekitaran. Rumah kecilnya sangat senyap, tidak ada suara lain selain tangisan bayi. “Papa sudah pergi ya,” desahnya. Botol susu segera diisi. Sejak melahirkan, Alea tidak menyusui sama sekali karena sesuatu yang membuatnya harus meninggalkan bayinya selama dua minggu, maka ASI yang tadinya sangat subur menghilang begitu saja. Seragam pabrik masih menemaninya hingga bayinya kembali terlelap. Saat ini Alea barusaja menemukan catatan di atas nakas. ‘Sayang, mendadak aku harus menggantikan teman yang sedang sakit, dia tidak melanjutkan pekerjaannya sampai full jadi aku harus pergi pukul tiga sore ini. Maaf, mungkin Ocean akan menangis.’ Alea h
Baca selengkapnya
Bab 2. Evan yang Bertakhta
“Hentikan, jangan membuat hidup kakakku semakin hancur!” Aisha selalu dibuat cemas dengan wajah pucat setiap kali mendengarkan rencana licik suaminya-Evan. Namun, bagaimanapun keinginan memberontak membuncai di dalam hatinya, nyatanya Aisha tidak dapat melakukan apapun bahkan hanya sekedar menyingkirkan tangan kotor Evan.“Hahahaha!” Tawa Evan menggema di dalam istana milik Adhitia, “kenapa, bukankah bagus saat hidup kakakmu semakin hancur karena semua aset milik ayah kalian hanya akan jatuh padamu, Honey.” Kedipan mata genit mengudara, tetapi Aisha tidak menyukainya sama sekali.“Hentikan. Kakak sudah sangat menderita karena kamu jebak!” Aisha mulai berdesis geram.“Sssttt ....” Jemari telunjuk Evan beralih pada bibir manis Aisha, “jangan membahas yang sudah-sudah, dan jangan menuduhku telah menjebak Ansel-kakak iparku sendiri.” Senyuman teduh dipasang, tetapi yang dilihat Aisha hanyalah senyuman iblis.Saat ini Aisha memalingkan wajahnya tanpa berkata apapun. Jadi Evan kembali menga
Baca selengkapnya
Bab 3 Pertemuan Ansel dengan Keluarganya
Aisha mendesah lirih karena kekhawatiran tidak pernah padam, kemudian membahas sang ayah yang kini berada tidak jauh darinya, “Kak, tengok papa sebentar. Saat ini Evan sedang tidak di rumah.”“Kapan si brengsek itu akan kembali?” Tatapan Ansel memicing tajam.“Aisha tidak tahu, tapi mungkin agak lama karena Evan membawa serta banyak dokumen. Aisha pikir mungkin hari ini Evan akan melakukan banyak pertemuan.”“Baiklah. Kakak akan bawa Ocean untuk bertemu papa. Semoga saja kakek dan cucu bisa bertemu,” lirih Ansel karena Adithia tidak pernah bertemu Ocean sekalipun.Jadi, Ansel mendadani putranya dengan sangat baik. Kemudian menaiki bus demi menuju kediaman sang ayah. Sebenarnya terdapat banyak perasaan tidak tega karena bayi merah ini harus terkena polusi jalanan, tetapi Ansel tidak mampu membayar taxi. Bukan satu bus saja, Ansel dan Ocean harus melanjutkan perjalanan menggunakan bus lainnya, tetapi syukurnya kendaraan yang ditumpangi mereka kini jauh lebih baik dari bus sebelumnya. Te
Baca selengkapnya
Bab 4 Kebaikan Aisha yang Menyinggung Ansel
Ansel dan Ocean menyusup ke dalam mobil yang dikendarai Aisha. Seorang bodyguard segera mengikuti mobil milik Aisha atas perintah Evan. “Inilah alasannya kenapa Aisha tidak pernah bisa mengunjungi Kakak ...,” lirihnya saat mengendarai.“Iya, Kakak mengerti.” Amarah sedang meletup-letup di dalam dada Ansel, tetapi saat ini dirinya belum bisa melakukan apapun untuk membebaskan Adithia dan Aisha.“Kita akan ke bank. Jadi bodyguardnya Evan akan menyampaikan jika Aisha barusaja menyumbang. Saat Aisha di dalam bank, Kakak dan Ocean harus tetap di sini.”“Ya.” Singkat Ansel yang terpaksa harus menunduk di jok belakang supaya keberadaannya tidak terlihat.“Aisha ingin Kakak dan Ocean kembali ke rumah, tapi sebelum itu Aisha akan menghubungi Evan dulu. Aisha harus memastikan Evan tidak akan cepat pulang.” Rasa rindu pada keluarganya masih meletup-letup jadi pertemuan singkat saja tidak akan pernah cukup.Saat ini Ansel tidak lantas memberikan jawaban. Selama beberapa saat dirinya terjerat dala
Baca selengkapnya
Bab 5. Rencana Keji Evan
Aisha ingin mengekspresikan kekesalannya, tetapi ditahan serapat mungkin karena bisa saja membuat Evan murka dan berakhir membahayakan mereka semua terutama Ansel. “Kak Ansel tidak akan datang lagi.” Tatapan nanarnya.“Bagus.” Senyuman lembut dibentuk Evan kemudian mengecup permukaan bibir tipis Aisha yang berujung pada hubungan ranjang panas. Sementara, Ansel kembali menjalani propesinya sebagai satpam yang dimulai sejak pukul sebelas malam. Persenjataan yang dibutuhkannya mulai dikantongi, mulai dari senjata ringan yaitu tongkat kayu, hingga pada senjata yang cukup mengerikan yaitu pistol listrik kemudian terakhir senjata api yang hanya dipakai di saat paling genting saja. Itupun hanya bisa diarahkan pada bagian betis atau organ tubuh lainnya yang tidak akan berakibat menghilangkan nyawa seseorang.Ansel menjadi penjaga keamanan tempat berkumpulnya berlian mahal dan banyak juga berlian langka yang tinggal di dalam gedung ini, maka persenjataan penjaga keamanan di sini berbeda denga
Baca selengkapnya
Bab 6. Ocean Dewananda Hirawan
Evan berkata lembut saat berpamitan pada Aisha serta mertuanya, “Sayang, aku tidak bisa terlambat.”Aisha segera menoleh ke arah suami jahatnya. “Aku akan menemani kamu sarapan,” ucap berat hatinya karena wanita ini harus kembali meninggalkan ayahnya. Lirikannya segera mengarah pada Adhitia sebelum berlalu. Tatapannya hanya diisi sendu. Evan berjalan ke arah Adhitia yang terbaring, memasang wajah datar dengan senyuman kaku. “Evan minta maaf karena harus meminjam Aisha sebentar.”Tatapan Adhitia menyimpan amarah besar pada menantu yang dipilihkannya untuk mendampingi Aisha, tetapi dirinya tidak dapat melakukan apapun, tidak dapat mengekspresikan amarah yang selalu membara di dadanya hingga jalan satu-satunya hanya membiarkan Evan berlalu membawa putrinya.Di ruang makan, lagi, Evan mengungkapkan pesannya, “Ingat ya Sayang, kali ini kamu tidak bisa keluar rumah. Andai kamu memaksa sekali pun satpam tidak akan meloloskan kamu.” Senyuman lembutnya, tetapi itu adalah senyuman jahat di mat
Baca selengkapnya
Bab 7. Aku Hanya Akan Mengakhiri Hidup Papamu Saja!
“Cuma demi uang tidak seberapa tetangga saya sampai meninggalkan bayinya. Tega sekali, ibu yang sangat buruk!” celetuk salah satu ibu-ibu yang memang sudah terbiasa membicarakan kehidupan Ansel dan Alea yang serba kekurangan. Salah satu wanita menyahut, “Namanya juga ibu muda. Otaknya itu loh, masih labil!”Alea hanya menundukan wajahnya sekalian memilih bahan makanan dengan cepat. “Bu, saya ambil ini.” Ramahnya pada pemilik warung yang tampak sumringah karena kali ini Alea berbelanja cukup banyak, berbeda dari biasanya. “Untuk stok ya, Neng,” kekeh ramah wanita ini. “Iya Bu, biar tidak sering bulak-balik ke warung.” Senyuman kecil Alea yang selalu bersikap ramah. Namun, dua pasang mata memerhatikan.“Sudah gajian ya, Neng!” Tatapan wanita ini memicing seolah mencibir. Sebelum Alea memberikan jawaban, wanita satunya nyeletuk, “Wajar Bu ... toh yang bekerja suami dan istri, pasti mereka banyak uang di tanggal muda.” Tawa mencibirnya. Saat ini Alea kembali tersenyum kecil, kemudian
Baca selengkapnya
Bab 8. Kehidupan Miris Sang Pewaris
Pada pagi harinya Ansel meninggalkan gedung yang dijaganya. Maka, setiap harinya Ansel dan Evan tidak pernah berpapasan karena andaipun Evan mengunjungi gedung, selalu di jam-jam bisnisnya. Hal ini membuat Ansel sedikit tenang, setidaknya dia tidak perlu bertemu dengan manusia keji sejenis Evan.Ansel tidak pernah membawa kendaraan apapun karena memang tidak satu pun kendaraan di rumah Adhitia yang dibawanya, begitupun dengan kendaraan yang dibelinya sendiri, semua jatuh ke tangan Evan. Bus atau angkutan umum adalah alat transfortasinya setiap hari. Terkadang, jalanan macet membuatnya mengantuk seperti pagi ini. ‘Astaga, aku lupa seharusnya mengambil uang dulu!’ Hatinya bermonolog di tengah kantuk yang melanda. Seragam satpam masih membalut tubuhnya tanpa hoddy atau apapun yang menutupinya, tetapi justru pakaian hitam ini selalu membuatnya terlihat lebih gagah hingga tidak sedikit para gadis ataupun wanita dewasa yang mengaguminya. Apalagi keseharian Ansel menggunakan angkutan umum,
Baca selengkapnya
Bab 9
Satu jam kemudian, Alea membiarkan Ansel beristirahat. Dia ingin memberikan waktu tidur lebih lama pada suaminya. Jadi, wanita ini bergegas mengajak Ocean keluar dari rumah tentunya dengan sangat berhati-hati supaya tidak berpapasan dengan Rima. “Apa Rima masih berada di daerah sini?” Ini adalah satu-satunya pertanyaan yang diukir di hatinya. Halaman mulai ditinggalkan, Alea menyusuri jalanan sempit meninggalkan area rumah sewa milik Rina hingga berakhir di lapangan luas. “Aku harus bersembunyi. Tempat ini terlalu terbuka,” cemasnya. Maka, sebuah warung dipilihnya, tentunya dengan jarak cukup jauh dari rumah sewa. Namun, tidak lama Alea duduk di sini Rina menyapa, “Eh, ada Ocean. Tumben di sini,” kekeh hangatnya, tetapi sikapnya membuat Alea terkesiap.“Bu ...,” sahut Alea dengan grogi. Rina segera duduk di bangku panjang di sisi Alea. “Suami kamu sudah pulang, Nak?” tanya lembutnya. “Sudah, Bu ..., Ansel sedang tidur jadi sengaja Alea bawa Ocean kesini.” Senyuman kakunya akibat p
Baca selengkapnya
Bab 10
Alea barusaja kembali tiga jam kemudian saat Ocean hendak dimandikan, Ansel masih terlelap sangat damai hingga tanpa sadar senyuman ditarik teduh. “Selamat tidur,” bisiknya.Setelah Ocen dimandikan, bayinya ikut terlelap bersama ayahnya. Saat ini Alea meraih handphone milik Ansel walaupun sebelumnya wanita ini tidak pernah melakukannya karena tidak ada seorang pun yang harus dihubungi. “Eh, ada Aisha?” Maka, pesan adik iparnya dibaca dengan saksama. “Malam ini ada pesta dan Evan akan menghadirinya. Aku tidak boleh lupa mengatakannya pada Ansel!” Wajahnya sedikit memucat karena ini adalah kabar menakutkan. [Ansel sedang tidur, akan aku sampaikan nanti. Aisha, bagaimana kabarmu?] Sebuah chat diluncurkan. Panggilan dari Aisha segera berdering. “Kak, jangan lupa ya. Aku takut kakak kenapa-kenapa kalau bertemu Evan!”“Kakak juga sangat khawatir.” Pun, Alea mengutarakan isi hatinya. “Bagaimana kabar kamu dan papa?” ulangnya dengan cemas.“Keadaan papa masih sama, Kak?” sendu Aisha, sedangk
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status