Share

CH. 3 - Perpustakaan Lama

Hari itu, beberapa guru dan penatua di Sekte Pedang Bambu tengah menghadiri pertemuan penting antar sekte di luar Wu’an. Zhang Liao termasuk dalam jajaran guru yang menghadiri pertemuan dan jelas tidak sedang berada di sekte sebagaimana dengan apa yang dituturkan Wang Chong juga Lei Xiu. Keduanya berbohong demi bisa membawa Xiao Xian ke dalam sekte. Sudah sekian lama Wang Chong dan teman-temannya ingin membawa Xiao Xian tetapi selama ada Zhang Liao di dalam sekte, Wang Chong khawatir rencana busuknya akan digagalkan Zhang Liao.

‘Cih, bocah sialan, tak ada lagi yang akan melindungimu kali ini. Kalaupun kau tewas di tangan kami, tak seorang pun akan merasa kehilangan karenamu!’ Wang Chong membatin mana kala ia dan Lei Xiu telah berhasil membawa Xiao Xian menginjak gerbang masuk sekte.

“Akhirnya kita tiba, Kakak… Di mana Guru Zhang, junior ingin segera menemuinya.” Xiao Xian berdecak gembira, benar-benar tak menyangka akan bisa menginjakkan kaki lagi di Sekte Pedang Bambu.

‘Junior katamu? Cih, sejak kapan kami menganggapmu menjadi adik perguruan kami?!’ Lei Xiu membatin kesal tetapi yang ditampakkan oleh wajahnya adalah senyum ramah. “Adik Xiao, tunggu sebentar, Guru Zhang masih sibuk saat ini. Kami akan membawamu ke perpustakaan lama, kau tahu sendiri bukan, keberadaanmu ditakuti dan dibenci banyak orang. Jadi, kami rasa kau perlu kami sembunyikan di perpustakaan lama. Apa kau keberatan?”

Xiao Xian menahan napas sesaat, apa yang dituturkan Lei Xiu memang benar. Keberadaannya bisa membuat banyak orang murka, tetapi, membayangkan perpustakaan lama membuat nyalinya ciut seketika. Perpustakaan lama merupakan penyebutan untuk bangunan tua terbengkalai yang terdapat di satu kilo meter belakang bangunan utama sekte. Banyak yang mengatakan tempat tersebut adalah tempat terkutuk dan nyaris tak ada murid sekte yang berani mendekat ke tempat itu.

“Bisakah junior disembunyikan di kamar mandi atau tempat lain selain tempat itu, kakak?” Xiao Xian memohon tapi Wang Chong dan Lei Xiu menggeleng bersamaan.

“Tak ada waktu lagi, sebelum ada orang yang mengetahui keberadaanmu di sini, kita harus segera bersembunyi. Tenang, kami akan menemanimu di sana,” tutur Wang Chong seolah ingin menepis semua kekhawatiran Xiao Xian.

Lagi-lagi Xiao Xian percaya sebab jaminannya adalah Zhang Liao, sosok guru yang pernah menjadi sosok paling peduli atas nasibnya.

***

Setengah jam kemudian, Lei Xiu, Wang Chong, dan Xiao Xian telah tiba di perpustakaan lama. Aura pekat yang asing tiba-tiba terasa begitu sesak di dada ketiganya. Xiao Xian hampir mundur dan tak mau melanjutkan perjalanan tetapi Lei Xiu dan Wang Chong meyakinkan bahwa mereka hanya sedang takut

“Perasaan ini adalah rasa takut yang wajar, setelah kita berada di sana, aku yakin perasaan sesak ini akan lenyap.”

Apa yang diucapkan Wang Chong ternyata benar. Setelah bunyi derit pintu perpustaakan terdengar dan ketiganya mulai memasuki ruangan, tak ada lagi sensasi sesak yang sebelumnya mengganggu mereka. Aura pekat yang berada di wilayah luar perpustakaan lama sebenarnya merupakan bagian dari formasi sihir yang dipasang oleh leluhur Sekte Pedang Bambu untuk menakuti murid-murid agar tak mendekat ke bangunan terbengkalai itu.

Nyatanya, formasi sihir yang mengeluarkan aura intimidasi kuat itu memang berhasil membuat para murid sekte enggan untuk mendekati perpustakaan lama. Tetapi, tidak dengan Wang Chong dan Lei Xiu, keduanya memberanikan diri untuk memasuki perpustakaan lama demi membawa Xiao Xian ke sana.

“Ah, sial! Aku lupa jika hari ini aku ada janji dengan Guru Ming.” Tiba-tiba, Lei Xiu menepuk jidatnya sesaat setelah ia memasuki perpustakaan lama. “Saudara Wang, maaf saja tetapi aku dalam posisi yang tak bisa membatalkan janji,” tutur Lei Xiu lagi menatap Wang Chong penuh kepura-puraan.

Wang Chong tiba-tiba juga memukul dinding kayu perpustakaan seraya mengumpat. “Saudara Lei, bukankah aku juga harus mengumpulkan tugas kepada Guru Huang. Ah, kacau… Kacau…!”

Xiao Xian memandangi keduanya dengan alis bertaut, satu sisi ia mulai merasakan hawa-hawa tak sedap dari tindakan Wang Chong dan Lei Xiu. Sebelum Xiao Xian bisa memberikan respon, baik Wang Chong dan juga Lei Xiu bergumam bersamaan.

“Adik Xiao, tunggu di sini sebentar. Kami akan segera kembali!”

Wang Chong dan Lei Xiu membalikkan badan dan berlari kencang, tanpa peduli Xiao Xian memanggil-manggil nama mereka dengan putus asa.

“Tenang, kami berjanji akan kembali secepatnya!”

Begitulah, Xiao Xian akhirnya terdiam. Setidaknya jika Zhang Liao mengetahui keberadaannya di Perpustakaan Lama, Xiao Xian yakin Zhang Liao akan segera menjemputnya. Sambil menunggu seseorang mendatanginya, Xiao Xian mencoba memberanikan diri untuk berjalan melewati lorong-lorong rak buku yang telah berdebu dan dipenuhi dengan sarang laba-laba.

Tak ada penerangan di sana kecuali sinar matahari yang melesak masuh lewat beberapa atap bangunan yang rusak. Selebihnya, bangunan perpustakaan lama seolah menjadi sebuah ruangan yang tak pernah bertemu siang. Dalam artian, tak peduli matahari tengah bersinar terang, keadaan di dalam bangunan tetaplah temaram.

Jika tak melihat lesakan sinar matahari yang menelisik lewat atap berlubang, Xiao Xian akan lupa jika hari itu masih siang. ‘Ah, ya, bukankah ini siang hari? Apa yang kutakutkan?’ Xiao Xian membatin seraya menggaruk kepala belakangnya, merasa malu karena telah merasa takut berlebihan pada sesuatu yang tak penting.

Ia kemudian menyusuri lorong-lorong perpustakaan. Ketika baru saja keberaiannya terkumpul, tiba-tiba bulu kuduknya meremang. Ia mematung berdiri tanpa berani menolehkan kepala, yang ia tahu adalah, tengkuknya merasakan hembusan napas seseorang.

Jantung Xiao Xian berdegup kencang kala hembusan napas itu kian memburu di belakang telinganya. Yang membuatnya ketakutan adalah, ia telah berada di tengah-tengah perpustakaan dan sama sekali tak mendengar derap langkah kaki. Lalu, bagaimana bisa ada suara hembusan napas di belakang tengkuknya.

“Si… Siapa… itu?” Xiao Xian bergumam terbata-bata, ia ingin berlari keluar dari ruangan itu tetapi untuk keluar dari perpustakaan lama, Xiao Xian harus membalikkan badan terlebih dahulu.

‘Hhh… Hhhh… Hhh…’

Hembusan napas masih menderu di belakang tengkuknya. Tak ada jalan lain, jika ingin keluar, ia harus membalikkan badan. Xiao Xian menata mental, pelan tapi pasti, ia memutar tubuhnya dengan dua mata menyipit karena menahan ketakutan.

“Aaaaaaaaarrrrghhhhh!!!!” Xiao Xian menjerit sekencang-kencangnya tepat ketika ia telah membalikkan badan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status