Share

8. Kehadiran Jawirta

Sejatinya, Soma dan Santika merupakan sepasang pendekar hebat yang dijuluki pendekar iblis merah. Namun, mereka tidak dapat melanjutkan pertarungan tersebut. Karena mereka kalah segalanya dari kedua orang tua itu. Tingkatan ilmu mereka masih amat rendah dibandingkan dengan ilmu yang dimiliki oleh Ki Wori dan Ki Ronggo yang berasal dari keluarga besar pendekar sakti turun temurun.

Setelah itu, Saketi langsung bangkit, kemudian meloncat tinggi, dan mendarat sempurna di hadapan kedua pria renta itu.

"Sekarang giliran aku yang akan menghadapi kalian," ujar Saketi menghunus pedangnya dan bersiap untuk melakukan serangan terhadap kedua orang tua tersebut.

Pertarungan kembali berlangsung dengan sengit, dan tak ada seorang pun di antara mereka yang ingat akan keris pusaka yang sedang mereka perdebatkan itu. Keris pusaka tersebut, merupakan benda bersejarah peninggalan dari mendiang Prabu Sanjaya—ayahanda Prabu Erlangga yang tiada lain merupakan kakek sang pangeran.

Awal kedatangan Saketi dan Senapati Lintang memang bertujuan untuk memastikan tentang keberadaan Ki Wiradana sang pemimpin padepokan itu. Namun, ketika mereka mendengar di dalam rumah tersebut terdapat keris pusaka warisan leluhur kerajaan Sanggabuana. Akhirnya, Saketi dan Senapati Lintang pun mulai mengalihkan niat mereka, dan langsung merubah haluan. Yakni berusaha untuk ikut terlibat dalam memperebutkan benda pusaka tersebut.

Prabu Sanjaya tewas oleh kekejaman adiknya sendiri, yakni Senapati Rawinta yang sudah melakukan sebuah kudeta besar-besaran, ketika Prabu Erlangga masih berusia tujuh tahun.

Keris pusaka tersebut dititipkan kepada Resi Anom yang mendiami rumah tersebut. Akan tetapi, ketika Ki Resi Anom pergi. Maka keris pusaka tersebut ia titipkan kepada putranya, yakni Ki Wiradana yang menjadi pimpinan di padepokan silat itu.

Hingga kini Resi Anom sudah tidak diketahui keberadaanya. Begitu pula dengan Ki Wiradana sudah tidak ada lagi di rumah tersebut dengan meninggalkan keris pusaka yang hingga kini dijaga oleh dua pendekar tua yang memiliki kelinuhungan.

Saketi terus bertarung melawan Ki Ronggo, sementara Senapati Lintang sudah mendapatkan kemenangan, ia berhasil menjatuhkan Ki Wori dalam waktu yang sangat singkat. Sehingga orang tua itu sudah tidak dapat melanjutkan kembali pertarungannya dengan sang senapati.

Setelah itu, Senapati Lintang bersama sepuluh prajurit pengawal, hanya duduk santai di atas bebatuan sambil menyaksikan detik-detik pertarungan antara Saketi melawan Ki Ronggo.

Tiba-tiba saja, suasana malam menjadi semakin gelap dengan tertutupnya bulan oleh gumpalan awan hitam, akan tetapi pertarungan antara dua orang pendekar sakti itu masih terus berlangsung sengit.

Di antara mereka sudah masing-masing terkena pukulan, dan mengalami luka dalam. Namun, mereka masih kokoh dan belum ada yang terjatuh ataupun menyerah. Keduanya masih terus melanjutkan pertarungan itu, walaupun napas mereka mulai terengah dan keringat sudah membanjiri tubuh mereka.

"Hai, Pendekar! Kenapa kalian berusaha saling membunuh?" seru seseorang yang secara tiba-tiba keluar dari balik semak belukar yang ada di sekitar rumah kosong itu.

Tubuhnya gempal, wajahnya pun bulat tampak berisi. Ia meloncat dan berdiri di hadapan Saketi dan Ki Ronggo yang masih berjibaku untuk saling menjatuhkan. Namun, kehadirannya itu tidak diindahkan oleh Saketi dan Ki Ronggo yang tengah bertarung sengit. Pria itu hanya geleng-geleng kepala dan menghela napas dalam-dalam melihat pemandangan seperti itu.

"Hai, Pendekar! Apakah tidak ada jalan lain selain ini? Berhentilah!" teriak pria bertubuh gempal itu sambil mengangkat tangannya tinggi.

Mendengar teriakan dari pria tersebut, Senapati Lintang hanya tersenyum dan tidak terlalu mengindahkan seruan dari orang itu. Begitu juga dengan kedua pendekar yang sedang bertarung. Mereka tidak mau peduli dan terus melanjutkan pertarungan tersebut.

Pria itu adalah Jawirta, ia merasa geram dengan sikap Saketi dan Ki Ronggo. Kemudian, ia melangkah maju, Jawirta membentangkan kedua tangannya dengan mengeluarkan tenaga dalam berkekuatan tinggi.

"Siapa lagi pendekar ini? Kekuatannya sangat dahsyat sekali," desis Senapati Lintang terus mengamati Jawirta yang baru tiba itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status