Share

7. Pendekar Iblis Merah Dikalahkan Oleh Pendekar Rajawali

Tanpa terduga, Soma langsung melancarkan serangan terhadap Ki Ronggo. Demikian pula dengan Santika, ia langsung bergerak cepat dengan menyabetkan pedang ke arah Ki Wori, hingga pertarungan tersebut tidak dapat terelakkan lagi.

Empat orang pendekar sakti saling menyerang dengan kekuatan penuh dan mengerahkan jurus-jurus andalan mereka. Pukulan dan tendangan kaki mereka jauh lebih berbahaya daripada sambaran pedang atau golok, angin pun menderu-deru ketika mereka saling melancarkan pukulan sehingga rumput dan daun-daun dari pepohonan yang ada di sekitaran tempat itu bergoyang seperti diamuk badai!

"Luar biasa sekali kemampuan mereka," desis Saketi terus mengamati pertarungan itu.

"Mereka adalah para pendekar sakti, jika mereka mau bergabung dengan pihak kerajaan tentu akan menambah kekuatan pasukan kita. Tapi sayang, mereka lebih memilih jalan sendiri," kata Senapati Lintang menanggapi perkataan dari sang pangeran.

Dengan gagahnya Ki Wori dan Ki Ronggo bertarung melawan sepasang pendekar iblis merah. Kedua orang tua itu tampak gagah berani, dan tidak merasa gentar dalam menghadapi kedua lawannya, meskipun usia mereka sudah di atas kepala seratus.

Kekuatan yang dimiliki oleh Ki Wori dan Ki Ronggo ternyata lebih kuat dari dua pendekar iblis merah. Sehingga, mereka tidak berani ambil sikap untuk melawan dalam jarak dekat.

Gerakan-gerakan yang diperagakan oleh dua orang tua itu, tampak seperti sebuah serangan hantu. Begitu sukar untuk dideteksi, sehingga membuat lawan mereka kewalahan.

"Kita jangan ikut campur. Biarkan saja mereka bertarung sesuka hati mereka!" desis Senapati Lintang mengarah kepada Saketi dan para pengawalnya.

"Iya, Paman. Kita tunggu saja siapa di antara mereka yang berhasil memenangkan pertandingan ini!" jawab Saketi langsung duduk di sebuah bebatuan besar yang ada di sekitar tempat tersebut.

Senapati Lintang dan sang pangeran serta dua puluh prajurit pengawal hanya menjadi penonton saja yang menyaksikan detik-detik pertarungan para pendekar sakti itu.

Begitu pula dengan para pendekar dari kedua belah pihak, mereka masih berada di pinggir arena pertarungan itu. Tak ada seorang pun dari mereka yang berani melibatkan diri dalam sengitnya pertarungan tersebut, karena mereka belum mendapatkan perintah dari pemimpin mereka.

"Apa kau yakin, kedua orang itu mampu mengalahkan guru kita?" tanya salah seorang dari kubu Ki Ronggo dan Ki Wori.

"Aku rasa mereka tidak akan pernah bisa mengalahkan guru kita, kau lihat saja! Mereka sudah kewalahan," sahut kawannya.

Pertarungan tampak semakin sengit saja, kedua belah pihak saling dorong dan saling memukul satu sama lain. Tampak jelas Soma dan Santika mulai terdesak. Namun mereka kembali bergerak secepat kilat maju lagi dan kembali melanjutkan pertarungan mereka dengan kedua pendekar tua itu.

"Berhati-hatilah, Santika! Kita tidak boleh lengah, mereka memiliki kemampuan tinggi," desis Soma kembali melancarkan serangan dari jarak jauh ke arah Ki Wori dan Ki Ronggo.

Saat itu, memang diakui oleh sebagai kalangan pendekar dari rimba persilatan bahwa kelompok rajawali merupakan sebuah kelompok yang kuat, mereka sudah muncul sejak bangsa Tonggon melakukan serangan terhadap kerajaan Kuta Waluya yang sebagian kecil wilayahnya kini dikuasai oleh kerajaan Sanggabuana. Kelompok rajawali dulunya merupakan para tentara bayaran yang diberi tugas menyerang pihak kerajaan Kuta Waluya.

Mereka berasal dari kerajaan Kuta Tandingan yang kini sudah merubah nama menjadi kerajaan Sanggabuana. Namun, keadaan justru sebaliknya, ketika kerajaan Sanggabuana berperang melawan pasukan dari kerajaan Kundar, kelompok rajawali yang berbasis di Conan Utara justru hanya berdiam diri di dalam hutan dan enggan untuk terlibat dalam peperangan besar itu. Entah apa alasan mereka yang tidak mau melibatkan diri membela bangsa mereka sendiri?

Selama perang berlangsung, kelompok tersebut tidak mau keluar dan tetap bersembunyi di dalam hutan. Bahkan, diam-diam mereka mulai menghimpun kekuatan dan memperdalam ilmu silat.

"Lihatlah! Pergerakan dua orang tua itu, sama persis dengan jurus yang sering digunakan oleh mendiang Ki Jasukarna!" bisik Senapati Lintang kepada sang pangeran.

Saketi mengerutkan keningnya, dan terus mengamati gerak-gerik kedua orang tua itu yang sedang bertarung melawan dua pendekar iblis merah.

Lantas, ia pun berpaling ke arah Senapati Lintang, "Apa ada kaitannya. Antara kedua orang tua itu dengan mendiang Ki Jasukarna, Paman?" tanya Saketi tampak penasaran menatap tajam wajah sang panglima.

Senapati Lintang menarik napas dalam-dalam. Lalu menjawab pertanyaan dari sang pangeran, "Beberapa tahun yang lalu, kelompok rajawali mempunyai basis terkuat di wilayah Conan Utara dan sebagian juga ada yang berbasis di wilayah kerajaan Kundar sebelah timur yang berbatasan langsung dengan kerajaan Sirnabaya. Mereka awalnya baik dan berpihak kepada kerajaan, namun semenjak ada pergantian dari pimpinan pusat mereka, keadaan jadi berbalik. Mereka secara terang-terangan merubah kelompoknya menjadi sebuah kelompok yang mandiri dan tidak mau turut campur dalam persoalan kerajaan," tutur Senapati Lintang menerangkan.

Saketi hanya mengangguk-anggukkan kepala sambil tak hentinya mengamati pertarungan empat orang pendekar sakti itu.

Lantas, sang senapati kembali menuturkan kepada Saketi, "Bertahun-tahun lamanya kelompok rajawali dipimpin oleh seorang pendekar yang gagah dan perkasa. Pimpinan mereka memiliki ilmu silat yang sangat tinggi. Ilmu silat yang ia miliki merupakan ilmu keturunan dari sepuh mereka yang sakti, yaitu Ki Belut Putih. Dia adalah buyut Ki Jasukarna dan kedua orang tua itu adalah saudara sepupu Ki Jasukarna!"

"Mereka mungkin hanya generasi kedua, namun tingkat keilmuan mereka sangat dahsyat," desis Saketi berdecak kagum.

"Ya, memang seperti itu. Jika Pangeran dapat mengalahkan mereka, itu tandanya Pangeran akan menjadi seorang kesatria yang ditakuti oleh sebagian pendekar dari rimba persilatan. Mereka akan tunduk kepada Pangeran," kata sang panglima.

"Butuh waktu lama untuk berlatih agar bisa mengalahkan mereka, Paman," sahut Saketi sambil menghela napas dalam-dalam.

Setelah itu, keduanya kembali fokus menyaksikan pertarungan sengit empat pendekar sakti itu.

"Pukul kepala pendekar itu! Kelemahannya ada di bagian atas kepalanya," bisik Ki Ronggo kepada Ki Wori.

"Baiklah, aku akan mencobanya," jawab Ki Wori.

Dengan gerakan yang sangat cepat, tubuhnya melesat tinggi ke udara. Tanpa terduga, dari ketinggian sekitar beberapa meter di atas arena, Ki Wori melesat ke bawah dan langsung menghantam kepala Soma dengan pukulan yang sangat keras. Alhasil, pendekar Iblis Merah itu jatuh dan memekik kesakitan.

"Kurang ajar!" bentak Santika, ia langsung menghampiri suaminya dan membantunya untuk bangkit.

"Bertahanlah, Suamiku! Kita pasti bisa mengalahkan mereka," kata Santika kepada Soma.

Namun, Ki Ronggo tidak membiarkan begitu saja. Ia langsung melakukan pergerakan dengan melancarkan serangan dari jarak jauh tepat mengarah kepada Santika.

Pukulan tenaga dalam jarak jauh menghantam dada Santika, hingga tubuhnya terpental beberapa tombak dan langsung jatuh menimpa sebuah pohon besar yang ada di tempat tersebut. Dari mulut dan hidungnya mengeluarkan darah segar mengalir deras membuat dirinya lemah tak berdaya.

Tampaknya perkelahian itu akan segera berakhir, karena dua pasangan pendekar iblis merah sudah mengalami luka dalam yang cukup parah. Sehingga mereka sudah tidak mampu lagi untuk melanjutkan pertarungan tersebut.

"Hai, Iblis Merah! Apakah kalian sudah menyerah?" bentak Ki Ronggo berbicara dengan nada tinggi sambil bertulak pinggang.

Dua pendekar itu tidak menghiraukan perkataan dari orang tua tersebut. Mereka bangkit, kemudian menghilang dan lenyap dari hadapan dua pria senja itu. Begitu pula dengan pasukannya, mereka sudah menghilang tanpa jejak. Entah ke mana perginya?

"Pengecut kalian, Pendekar iblis!" teriak Ki Wori tampak kesal.

* * *

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status