Selvi langsung terdiam, sesaat dia menatap wajah Mahyudin, lalu Isabella secara bergantian.Terdengar dia menarik nafas panjang. “A-aku…takut, karena aku di ancam dan di teror seseorang secara terus menerus, setelah Abang pulang ke Jakarta dan pergi ke Sulawesi Utara…!” sahut Selvi dengan suara pelan.Selvi katakan rumahnya yang di Bandung beberapa kali dikirimi bangkai tikus, juga bangkai kepala babi, dan yang bikin dia seram sekaligus syok, pernah di lempar ular berbisa di teras rumahnya. “Kenapa kamu tak bilang? Lupakah kamu kalau aku ini aparat? Dan tahukah kamu siapa yang berani mengancam dan meneror itu?” desak Mahyudin penasaran, tapi dia marah ada yang berani ancam istri pertamanya.“Entahlah Bang, hanya dia bilang, aku dan bayi kita akan di bikin sarden, gila kan yang ngancam itu, masa aku dan bayi kita mau di mutilasi,” sahut Selvi dengan suara bergetar, hampir menangis.Tiba-tiba tanpa di duga Isabella mendekati Selvi dan menenangkan istri pertama madunya itu.“Tenang ka Se
Mahyudin duduk di balkon rumah dinasnya, baru saja kembali dia dan Isabella bercinta dan istrinya kini ketiduran, capek layani nafsu sang suami yang tak bosan-bosannya geluti tubuh indahnya.Walaupun kadang perih, tapi sebagai istri dia tetap layani. "Nggak nyangka udah gede perkakas, nafsunya gede banget, untung saja dia jago foreplay..!" batin Isabella tertawa dalam hati.Mahyudin hembuskan asap rokoknya sambil nikmatin kopi yang masih hangat bikin istrinya.“Gimana, enak kan punya bini yang syah, nggak takut dosa lagi?” tiba-tiba ada yang negurnya, saat melirik Mahyudin senyum kecil, karena si kakek buyut lagi yang muncul.“Tapi aku masih kepikiran Selvi dan…Putri Ako kek, gimana mengisahkan soal Isabella kelak, kalau bertemu keduanya,” Mahyudin langsung curhat pada kakek buyutnya ini, yang datang dan pergi sekehendak hati.“He-he…kalau soal ini, kamu datangi pakarnya, si Balang dan Balanara, sana minta tips-tips pada keduanya,” sahut Datuk Hasim Zailani santai.“Gitu ya kek?” sahut
Kali ini atas petunjuk Isabella sendiri, mereka menuju ke sebuah pesantren yang berjarak 20 kiloan dari Mapolres.Sama seperti Selvi dulu, Isabella tak ragu ikut keyakinan Mahyudin, dan dia kaget sekaligus terharu, saat sang ustaz yang memualafkan dia beri tambahan nama di depan namanya, yakni Fatimah, sehingga kini namanya jadi Fatimah Isabella Gohang.Fatimah alias Isabella sampai gemetaran saat Mahyudin tak ragu beri dia mahar sama dengan Selvi…500 miliar rupiah.Bahkan si ustaz sampai bengong dan berkali-kali istigfhar, saat Mahyudin sebutkan mahar jumbonya tersebut.Dengan meletakan kartu premiumnya di depan sang ustaz dan dua saksi dari pesantren ini, yang nantinya akan jadi milik Fatimah Isabella Gohang.“Ingat…kalau berani poligami, syarat utama adalah…harus berlaku adil,” kata si Datuk Hasim Zailani, saat sebut Mahyudin bakalan beristri lebih dari satu dahulu.Dan setelah ijab kabul, namanya pun resmi jadi Fatimah Isabella Hasim Zailani, nama ortunya dia ganti dengan nama suam
Mahyudin senyum kecil saat Bripda Isabel keluar hanya pakai handukan dari toilet hotel sederhana ini. Dadanya yang membusung dan putih bak tepung sudah bikin kalamenjing si komandan ini makin naik saja.Agar tak di anggap kurang ajar, Mahyudin pun buru-buru gantian masuk ke toilet ini dan menyegarkan badan dengan menyiram tubuhnya dengan air dingin, karena di hotel ini tak ada air panas dingin.Namun sambil sabuni tubuhnya, Mahyudin ingat sekali dengan bentuk tubuh Bripda Isabel. "Duhh...agaknya ucapan kakek buyut tak bisa lagi aku hindari, Selvi ngilang, nikahin Putri Ako masih lama, mana tahaaannnn..!" batin si bangor ini senyum sendiri.Mahyudin pun keluar dari toilet dengan rambut masih basah dan bau harum sabun.“Ini aku bikinin kopi jahe Ndan, tadi pas kita singgah di warung aku belikan, enak buat bikin tubuh hangat,” Isabel letakan gelas yang berisi kopi jahe panas, setelah memanaskan air melalui teko listrik.“Tak apa kan satu ranjang malam ini tidur…! Eemm pistolnya amanin dul
Mahyudin menatap ke 3 perwira ini, si Iptu Simon, Aiptu Zirof dan Aipda Ukas. Inilah trio yang bikin korps baju coklat di sini jatuh ke titik nadir.Akibat ulahnya suka mainin kasus dan suka peras siapa saja tahanan yang mereka tangkap.Saking panasnya Mahyudin yang kini hanya kenakan baju kaos, pakaiannya kini basah oleh keringat, 3 orang yang pake seragam ini apalagi, keringat mereka bercucuran karena sudah hampir 1 jam di jemur.Pandangan mereka sampai ngabur saking panasnya cuaca yang berdurasi 34 derajat celcius ini, padahal baru pukul 11.30.Mahyudin makin kheki melihat perut ketiganya membuncit. “Ke enakan makan duit haram kalian ini, sampai perut buncit begitu,” dengus Mahyudin kesal bukan main.Ketiganya hanya diam membisu, habis keangkeran mereka selama ini dan di sebut ke 8 anak buahnya suka main tangan dan kasar dengan para tahanan.“Mulai kini, kalian semua aku pindahkan ke Polda Sulut, eneg aku melihat wajah kalian. Kalian juga akan hadapi provos, kalau sampai ada di temu
Dan gegerlah semuanya, 15 tahanan semuanya di bebaskan setelah mengakui dan janji tobat, lalu dapat duit pula masing-masing 20 juta.Tapi tentu saja semuanya di ingatkan Mahyudin, agar jangan mengulang kelakuan jahat lagi.Sampai ada tahanan 8 tahanan termasuk Apoi tadi menangis berjamaah dan menyembah kaki Mahyudin ucapkan terima kasihnya.9 anak buah Mahyudin terbelalak, hanya Bripda Isabel yang tak heran dengan aksi sang Kapolres ini.Kini Mapolsek tersebut kontan sepi, setelah semua tahanan pulang ke rumah masing-masing dengan wajah sumringah. Mahyudin kini menatap 9 anak buahnya, yang terlihat jerih dengannya.“Brigadir Jonson, kenapa wajahmu pucat dan saat berdiri gemetaran begitu?” tanya Mahyudin pada personel polisi yang tadi datang pertama dan di suruhnya memanggil rekan-rekannya.“Siap….s-saya sakit Ndan…sakit ginjal, gara-gara batu ginjal Ndan!” sahut Brigadir Jonson dengan suara perlahan.“Hah…kenapa nggak ngomong dari tadi, duduk di sofa, minum air hangat,” perintah Mahyud