BERSAMBUNG
Melihat amukan Balang ini Kaliwang pun tak ragu ikut bergerak, tiba-tiba pasukan pegawal makin banyak saja berdatangan, hampir 100 an orang.Keributan ini tentu saja membuat semua pengawal ring 2 da 3 juga berdatangan dan kaget bukan kepalang melihat banyaknya korban tewas oleh amukan Balang.“Hmm…kalau aku terus mengamuk, Kaliwang yang akan jadi korban,” batin Balang, yang sebenarnya ini bukan dirinya, tapi Dato Hasim Zailani alias Dean Tanaka, seorang jagoan samurai yang sangat lihat dan di juluki Satria Samurai.Dato Hasim Zailani memang berpembawan dingin, kalem dan tak kenal ampun kalau sudah mengamuk. Persis seperti kakek buyutnya, Brandon Hasim Zailani.“Kaliwang, kau ikuti aku,” teriak Balang dan Kaliwang tanpa di suruh dua kali langsung mengiyakan ajakan Balang. Balang tiba-tiba melompat tinggi dan sekali melayangkan totokan melalui ujung pedang, Ki Batus langsung lunglai.Inilah hebatnya ilmu kanuragan generasi ke 7 yang memilih tinggal di alam masalalu ini dan kini merasu
Ki Uba lalu bawa Balang dan Kaliwang menemui komandan pengawal ring 1 yang bernama Ki Batus, Kaliwang sudah beritahu Balang, kalau Ki Batus ini kesaktiannya tak berselisih jauh dengan Raja Awin.Ini membuat Balang jadi bingung sendiri, sebab dia sendiri bukan orang ‘sakti’. “Moga saja kakek buyut rasuki jiwaku, agar aku juga sakti,” batin Balang dengan hati dag dig dug.Begitu bertemu Ki Batus, pria setengah tua ini menatap dengan mata tajamnya yang terlihat sinis ke wajah tampan Balang yang sering tebar senyum ini.“Hmm…jadi anak muda ini yang akan menjadi pengganti orang yang sudah di eksekusi itu?” tanya Ki Batus sambil terus menatap tajam wajah Balang.“Begitulah Ki Batus, aku jamin dia akan menjadi pengawal yang sangat di andalkan kelak,” Kaliwang langsung beri jaminan.“Aduhh kacau kalau begini, semoga tak ada tes kesaktian,” batin Balang mulai pusing sendiri.Tapi dia bersikap tenang dan tidak menunjukan gugup, ketenangan ini membuat Kaliwang dan diam-diam Ki Batus kagum juga.
Balang makin lebar senyumnya. “Berarti kita sehaluan…kita selesaikan makan dulu, setelah ini kita cari tempat untuk bicara,” sahut Balang sambil minta ketiganya makan sepuasnya.Setelah makan kini dengan menunggang kuda, ke empatnya menuju ke persembunyian ketiga orang tersebut.Yang tertua tadi mengenalkan diri dengan nama Kaliwang, sedangkan yang dua orang di panggil Antang dan Palonang.Kaliwang ternyata bukan orang sembarangan, dia menjabat sebagai komandan wilayah kota Saranjana Hulu dan selama ini bertugas jaga keamanan ibukota bersama pasukannya.“Aku terlihat di luaran mematuhi perintah Raja Awin yang lalim itu, tapi aslinya aku selalu cari orang sehaluan, untuk gulingkan kekuasannya yang tak sah itu dan bebaskan Ratu Diniura,” kata Kaliwang.“Siapakah kisanak ini sebenarnya,” kali ini Antang malah bertanya siapa Balang, sebab dari tadi merekalah yang mengenalkan diri.Akhirnya dengan blak-blakan sebut dirinya bukan warga Saranjaan Hulu, tapi dari alam manusia.Kaliwang, Antang
Bagaimana pun, Balang dalam usia puber-pubernya, sehingga normallah kalau dirinya jadi tak karuan rasa dengan ulah Lya, mana tubuh wanita cantik ini wangi yang khas dan membangkitkan kelaki-lakiannya.Apalagi saat melihat tubuh Balang yang kokoh dan tinggi tegap, dengan bulu-bulu halus di lengan dan dadanya, hingg Lya sampai memnelai pelan.Kini Lya makin terkagum - kagum melihat Balang dalam pakaian adat ‘bangsawan’. “Paduka ganteng pakai bingit,” puji Lya tanpa ragu.“Kamu bisa ajah,” sahut Balang sambil cubit pantat lentik Lya dan tak kuat juga tidak mencium bibir si cantik ini, hingga si budak jelita ini senyum malu-malu, persis Mikha dahulu.“Tunggu yaa…setelah tugasku selesai, kita akan selesaikan…?” bisk Balang nakal. Tuh ini budak aku juga, artinya…sah di gauli! Batin Balang hibur diri sendiri, karena sepintas wajah jelita Lya mengingatkannya dengan Mikha.Lya tertawa sambil menutup mulutnya dan kini berjalan menuju ke pintu dan persilahkan si Pangeran tampan ini keluar dari ka
“Karena paduka memang keturunan raja sebelumnya, melalui orang tua Raja Dongkoh, ayahanda mendiang raja kami itu paman kakek dari Pangeran Balang, yakni Paduka Dato Hasim Zailani, apalagi paduka adik dari ratu kami, Ratu Diniura,” kata Temanggung Lihan, Pangeran Alpa yang ada di sampingnya juga mengangguk membenarkan ucapan sang Temanggung ini.Pusing juga sesaat Balang mendengar ini, tapi dia tidak mau bertanya lebih jauh, kini dia menatap keduanya soal silsialah itu.Dia memang sudah tahu latar belakang Dato Hasim Zailani atau Dean Tanaka di alam masalalu, juga pernah punya anak laki-laki dengan seorang putri dari kerajaan ghoib.“Apa yang akan kita lakukan sekarang? Untuk bebaskan Ratu Diniura..!” tanya Balang langsung saja ke pokok masalah.“Kita harus menyusup ke sebuah penjara khusus, tempat di mana sang ratu di tahan dan yang bisa melakukan itu hanya paduka pangeran!” sahut Temanggung Lihan lagi.“Aku..??!!” Balang tentu saja kaget.“Iya, kami sudah berkali-kali berusaha, namun
Kahar kini sudah segar, mereka pun lanjutkan perjalanan lagi menuju ke Batupecah. Balang yang sudah tidur lama jadi teman ngobrol si sopir supel ini.Sehingga perjalanan tak garing, ada saja topik yang mereka obrolkan. Walaupun kini sudah malam hari dan mereka melewati hutan-hutan, juga jarang berselisihan dengan kendaraan lain.“Mas Balang, kita sekarang melewati Hutan Dudur, yang di katakan warga sangat angker,” ujar Kahar sambil berhati-hati bawa mobilnya, sebab jalan agak menanjak, lalu turunan yang lumayan curam, jalanan juga tak begitu mulus lagi, ada lubang-lubang kecil.“Berarti ini sudah masuk wilayah Kabupaten Batupecah?” tanya Balang mulai penasaran.“Betul mas, nah liat itu tugu perbatasannya,” kata Kahar dan pasang dim lampu jauh dan terlihat tulisan ‘Selamat Datang di Kabupaten Batupecah, Kalimantan Selatan’.Tiba-tiba mobil Kahar jalannya merambat dan seakan mau mogok, mirip kehabisan BBM, padahal BBM tadi di isi full dan baru satu garis berkurang.Dan persis tak jauh da