Share

bab 3

Author: amathiaston
last update Last Updated: 2021-05-05 00:52:07

Tadi adalah kegiatan penyambutan untuk para pimpinan aksi sosial dan ada beberapa anggota ketentaraan disana. Dimana para dokter dan para staff yang dipilih akan melakukan pidato tentang tema yang ditentukan. 

"Kak"

"Hm?" Aldo hanya bergumam, tapi fokusnya tetap di hp.

"Kak"

"Hmm"

"KAK"

"APAAN SIH NABILAH??!!"

Aku menyengir.

"Gimana?"

"Gimana apanya?" Dia menaikkan satu alisnya, pertanda bingung.

"Lo pasti udah pernah aksi sosial kan? Dinas. Kayak gue? Gimana? Disana ngapain aja, gue harus kaya apa?" Tanyaku menggebu nggebu.

"Gak, gue gak pernah. Beda rumah sakit gue koas nya, lagipula RS gue dulu gak ada tuh aksi sosial"

"Ck, dokter Ali gak ikut, cuma sama dia gue akrabnya, sama lo juga. Gue gak humble, gak pinter" Aku memberenggut bersender di sofa ruangan Aldo. Aldo merangkulku di pundak. 

"Tapi kalo dipikir-pikir nih ya, perkiraan lo lebih pintar dari gue itu gede banget"

Aku menatapnya sambil memasang wajah tidak percaya, dia mengangguk.

"Iya, lo hebat banget tau gak-

-Gue aja nih ya waktu dulu gak menarik perhatian orang. Gue liat lo tadi banyak banget yang suka, diantara banyaknya dokter koas, cuma lo doang yang dipilih. Gimana? Hebat kan?" 

Aldo melepas rangkulannya lalu duduk dikursinya sendiri, dirinya langsung fokus ke kertas-kertas dihadapannya. Dan aku sedang memikirkan perkataan Aldo tadi.

"Gausah dipikirin deh, lo itu multifemale. Beda dari yang lain, lebih menarik" Aldo berkata begitu sambil menatapku dalam, mata dibalik kaca mata itu beradu pandang dengan mataku meski jaraknya berjauhan. 

"Iy-ya gue percaya sama lo, makasih udah nyemangatin gue" 

Ini kenapa jadi salting gini sih?

"Yaudah lo keluar sana, kerja!". 

"Lah ngusir?". Aku berdiri dan bersedekap dada.

"Lo tadi dicariin dokter Mina. Mau dijadiin as-op, abis maghrib tapi. Lo masih lusa juga kan berangkatnya?" Tanya nya, sambil melihat jam tangan.

"Hooh, tapi kak, lo juga kan nanti ikut operasi. Tuh, masih aja santai-santai" 

"Yee beda dong, gue kan residen lo, udah deh sana pergi. Lo telat nanti gue yang malu" 

"Cih"

Aku keluar ruangan, melihat arloji. Ternyata masih jam 5, berarti 1 jam lamanya aku ada di ruangan Aldo.

...

"Ya kamu bayangin aja ya Bil, dokter bedah itu berat banget kerjaannya. Apalagi yang takut sama darah, saya heran sama mereka niat jadi dokter atau tidak?"

Aku tersenyum simpul, entahlah, dokter Mina terlihat kesal.

"Kemarin lusa saya ajak koas Niken untuk jadi as-op, eh dia malah takut darah. Akhirnya perawat Evan yang saya tunjuk dan Niken nggak jadi ikut operasi" 

Kami sedang berjalan menuju ruang operasi, kebetulan tadi bertemu di musholla. 

"Ya, gimana ya dok. Gak semua orang-orang mau jadi dokter, ada yang dipaksa sama orang tua. Mungkin Niken ada err.... problem?" Aku menjelaskan dengan tidak yakin.

"Yah, walaupun bukan kemauan juga harus profesional dong. Masa nyawa orang dijadiin mainan?" Dokter Mina geleng-geleng kepala, setuju juga sih. Wah parah si Niken itu.

Kami masuk ke OK. Operation Komer adalah ruangan yang kami jelajahi. Ruangan para tenaga medis profesional, tidak boleh sembarangan orang memasukinya. Dokter spesialis bedah yang selalu ada disini, dokter bedah, dokter anestesi, perawat anestesi, perawat operasi sebagai asisten, dan perawat lainnya sebagai penyedia keperluan perlengkapan.

Area operasi steril, semi steril dan area free. Sejak pertama kali datang kesini, aku dikenalkan dengan area-area tersebut.

Ruangan semi steril di ruangan operasi adalah ruang RR (Recovery Room) dan ruang free adalah ruang yang tidak steril, ruang steril adalah ruang yang memiliki pintu, dengan cat yang berbeda, mewajibkan menggunakan baju operasi, menggunakan sandal tertutup ruangan, memakai masker dan memakai topi operasi bagi orang yang tak mengenakan jilbab, sedangkan yang berjilbab, setelah mengganti baju dengan baju operasi, jilbab pun harus diganti dengan jilbab yang berbeda. Intinya, ketika memasuki ruangan atas ini, ada garis merah yang memiliki tulisan “Lepas Alas Kaki disini” artinya alas kaki tak boleh dipakai.

Untuk tata ruang pada OK (Operation Komer) yang mengatur adalah perawat kamar operasi, management pengaturan udara, peralatan, dan lainnya yang mengurus perawat, sedangkan dokter bertindak pada saat pembedahan di meja operasi.

Ada pula ruangan sterilisasi, yakni Central Sterilisasi Sampling Departemen (CSSD), diruangan inilah semua peralatan operasi di bersihkan, segala kuman di hilangkan, di dalam ruangan ini ada beberapa lemari besi seperti oven raksasa yang dibawahnya terdapat mesin disana terdapat berbagai tombol pengaturan dalam mensterilisasi alat, untuk membuka dan menutup lemari besi ini hati-hati, apalagi jika tanpa sarung tangan tebal, karena oven besi ini sangat panas, yap sterilisasi dengan merebus atau memanaskan alat, agar kuman mati seketika. Sedangkan jubah khusus ruangan operasi yang akan digunakan oleh dokter bedah dan perawat asisten operasi pun di cuci secara khusus tentu dengan steriltas yang tinggi.

"Halo dok, ini Nabilah. Koas bedah onkolog. Dia pintar dijamin tidak seperti Niken kemarin" Ucap dokter Mina berlebihan, membuatku deg deg ser di depan dokter bedah Reihan.

"Perkenalkan, saya Nabilah, koas bedah onkolog" 

"Sudah pernah ikut stase bedah?"

Aku mengangguk, "sudah dok"

"Ya sudah silahkan pakai baju steril kamu, sambil menunggu dokter Aldo datang" Dia menunjuk ke lemari bening disamping pintu. Aku langsung memakai baju steril itu. Lalu berjalan ke arah operator bedah. Tak lama, Aldo datang dan langsung memakai baju steril juga.

"Baik semua lengkap, kita mulai operasi sekarang"

Aku sudah pernah ikut operasi sebanyak 3 kali. Tapi tetap saja aku takut membuat kesalahan barang sedikitpun. Takut ditanya aneh-aneh oleh sang operator. 

"Ini kanker rahimnya masih belum menyebar, dan ukurannya juga belum terlalu besar-

-Nabilah kan? Kita perlu melakukan operasi apa?"

Aku menelan ludah, sudah kuduga.

"Operasi kuratif dok, karena kanker belum sampai parah dan insyaalloh jaringan kanker dapat kita angkat semua" Jawabku yakin, terlihat dokter Reihan mengangguk. Yes!

"Ovarium sebelah mana?" Tanyanya lagi.

"Di sisi kanan dan kiri rongga panggul, tepatnya bersebelahan dengan bagian rahim atas"

Dokter Reihan terlihat puas dengan jawabanku, matanya sampai mengerut karena tersenyum lebar dibalik maskernya.

"Oke Nabilah kamu memang dapat diandalkan, saya senang"

"Terima kasih dok"

...

Operasi itu selesai saat tepat pukul 9 malam, ketika tenagaku terkuras habis. Sehabis operasi tadi, aku mandi sejenak dan sholat isya' lalu sekarang, sedang menulis data-data pasien yang tadi di operasi.

"Hai capek ya? Sama kok aku juga"

Aku menatap Aldo sinis, dih apaan itu tadi sok gaul banget.

"Inget umur gak cocok main tiktok- Aw!"

"Rasain, adek nistain abang. Sakit hatiku" 

Wow, aku tertawa keras. Aldo benar-benar random. Usia boleh 29 tahun, tapi selera humornya receh banget!

"Kak, lo gak pulang? Nebeng dong, mobil gue mogok dibengkel"

Aldo menumpu kepalanya di kedua tangan, seperti berpikir keras. Halah cuma bilang mau apa nggak aja susah amat.

"Ada syaratnya" Ucapnya sok misterius.

"Apaan?"

"Besok fix dinner sama gue mumpung libur" Jawabnya sambil melepas jas dokternya. 

"Kok gitu? Kalo gue gak mau gimana?"

"Yaudah lo pulang aja send- "

"Gue mau!"

...

Mamaku, dia tahu aku diantar oleh Aldo tadi. Dan berfikiran aneh-aneh. Yang ditanya inilah, itulah.

"Kak, itu pacar kamu?"

"Ganteng banget"

"Kapan kapan kenalin ke mama papa dong"

"Dia dokter juga?"

Dan sekarang aku berada dikamar, setelah menjawab pertanyaan nyeleneh dari mamaku tadi, aku lelah. Ingin beristirahat, sudah sekitar 1 minggu ini aku kurang tidur.

Good night world.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pick You!   bab 41

    Rumah terakhir, dan hari terakhir menjalankan aksi penunjangan. Jumlah rumah adalah 100 rumah di satu Kelurahan Kaliwuhan. Tak banyak tapi kami harus menghabiskan waktu selama 4 hari lamanya.Ada saja gangguan yang menghambat, jika tidak ada badai hujan kemarin lusa mungkin akan selesai dalam waktu dua hari saja.Butiran air hujan masih menggelayut manja di dedaunan. Jam 2 siang ini akan berakhir di rumah Wak Dolah. Mantan kepala RT periode kemarin.Masalahnya kali ini lebih kompleks, karena kami harus turun tangan langsung untuk mengatasinya."Masalahnya kau sudah beberapa tahun tak bayar hutang! Lihat kebunmu itu, kau sudah panen kan? Oi, bunga nya akan berkali-kali lipat naiknya!."Disini dia disebut Juragan Jerigen. Karena dia punya pabrik minyak kelapa sawit yang diisi di banyak tabung jerigen. Kebun kelapa yang berhektar-hektar, dan kekayaan yang tentu saja melimpah ruah.Tapi sifatnya yang sombong dan suk

  • Pick You!   bab 40

    Rasi-rasi bintang membentuk bentuk yang sangat indah. Walau aku tidak percaya akan maknanya, yang aku tahu bintang diatas sana sedang sangat cantik-cantiknya.Berkilap indah dan berwarna warni. Terkadang ungu, merah, lalu biru. Melihat dari atas bukit adalah kegiatan yang menyenangkan. Ditemani sebotol teh hangat, dan musik pengiring tidur.Aku menggelar matras, lalu berbaring diatasnya. Rumput-rumpur bergoyang karena angin. Suara jangkrik dan hewan sawah saling bersahutan. Bulan sedang berada di puncaknya, bersinar terang bundar sempurna.Sambil memejamkan mata sambil mengingat wajah ayah dan ibu. Mengingat wajah Noah dan Reno. Mengingat wajah Aldo dan Pak Roy.Ah aku sangat merindukan mereka. Jika aku bermimpi bertemu mereka malam ini, aku pasti akan berdoa dalam mimpiku :"Ya Tuhan. Jangan lah Engkau hentikan apa yang Kau berikan padaku malam ini."Bukit ini tak jauh dari pemukiman, dan tidak menyeramkan seperti di dalam hutan

  • Pick You!   bab 39

    Kapten dan aku berpapasan di depan ruang Komite Puskesmas. Dia bersama Letkol Gerald dan Sersan Jessica. Kedua orang itu setelah menyapaku langsung pergi ke kamar Adam. Menyisakan aku dan Kapten yang sedang canggung-canggung nya.Aku menyambutnya dengan dingin. Dia terlihat tenang dan tidak berekspresi.Kukira tidak akan percakapan diantara kami, tapi saat hendak beranjak, Kapten memanggil namaku dengan tegas."Dokter Nabilah!."Aku menoleh sekilas. "Apa?.""Kau marah padaku ya?.""Atas dasar apa opinimu itu?." Sarkastik aku keluarkan.Berbalik badan, dengan tampang rileks aku melanjutkan kalimat. "Dengar Kapten terhormat! Sekarang waktuku dituntut oleh pekerjaan. Aku jarang bersantai karena tugasku juga melimpah ruah. Dan asal kau tau saja, saat kau pulang ke Jakarta aku akan tetap disini selama sebulan lagi. Jadi jangan beranggapan kalau aku sedang marah atau merajuk. Itu konyol sekali!."

  • Pick You!   bab 38

    "Sudah kubilang bodoh! Jangan banyak bergerak dulu. Lukamu akan lama sembuhnya nanti!." Adam menghela nafas lelah. Dia seperti anak kecil saja kalian tau. Susah sekali dibilangin.'Aku hanya ingin ke toilet''Aku ingin keluar sebentar''Ini loh punggungku gatal!'Halah alesan!Pagi ini gerimis melanda. Aku datang ke Puskesmas pagi-pagi sekali saat semua orang mulai memasak. Karena ada Adam yang notabene sedang sakit hampir sekarat, hihi. Dan pekerjaanku mulai menumpuk dari lusa kemarin."Nabilah! Apa ini tak bisa dilepas sebentaaaar... aja? Gatal sekali gila!."Aku mengabaikan Adam. Tanganku sibuk meyisir rambut nya. Karena lama tak keramas jadilah lepek. "Ini rambut apa sabut kelapa? Kusut amat!." Ejekku.Adam menepis tanganku dari kepalanya. Melarang diriku untuk menyisir rambutnya lagi."Ih apaan sih? Orang dibantu juga malah sok banget.""Ini loh lepasin bentar aja. Ak

  • Pick You!   bab 37

    "Mulai hari ini kau ditugaskan ke Puskesmas saja. Untuk mengajar anak-anak akan digantikan oleh Sersan Andin."Aku menutup buku. Sudah kuduga, pasti jadwalku akan terganti. "Oke."Dokter Alice menyerahkan selembar kertas, disitu tertulis tentang data-data milikku. "Coba periksa lagi apa ada kesalahan."Aku mengambil kertas itu. Membacanya hingga akhir, "Ini sudah benar. Tapi buat apa?."Dokter Alice mengambil kembali kertas itu, menaruhnya di dalam map berwarna biru. "Bukan apa-apa. Sekarang berangkatlah kesana, aku nanti menyusul."Hari ini suhu diatas 27° Celcius. Panas sekali. Bahkan pernah sehari bisa berganti 2 musim sekaligus. Pukul 7 pagi sampai 12 siang panasnya tak terkira. Dan jam 1 sampai malam hujannya seperti mau ada tsunami saja.Para petani membungkuk menanam padi yang masih berwarna hijau segar. Gembala hewan ternak membawa sapi-sapi mereka dan kambing-kambing yang besar nan gemuk.Laz

  • Pick You!   bab 36

    DUK! Kepalaku terbentur sesuatu.Aku mengaduh pelan. Jidatku terasa sakit. Pasti terkena penyangga tenda. Tanganku meraba-raba, berusaha duduk. Astaga! Karena terkejut bermimpi menabrak tong sampah sampai-sampai jidatku kejedot tiang tenda. Rasanya sakit, dan sedikit memar.Diluar sana hujan lebat disertai petir yang menggelegar. Aku menyibak jendela kecil, gelap, hanya lampu dapur yang tetap menyala.Sekali lagi aku meraba lantai, mencari arlojiku yang pasti terlempar saat aku menjatuhkan botol tadi.Benda panjang itu menunjukkan angka 01.23 artinya hampir setengah dua dini hari. Terbangun di tengah malam seperti ini bukanlah hal yang nyaman. Dijamin setelah ini mataku akan mustahil terlelap lagi.Luna meringkuk di lantai bawah, dengan mengenakan selimut bercorak 'Keroppi' warna hijau mentah. Udaranya dingin, tak heran Luna tidur dilapisi jaket juga.Aku ikut mengeluarkan selimut ku sendiri dari dalam kop

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status