Meet Gab Ibañez, an engineering student, who constantly experience heart break. She thought that no man would stay and love her until the end. Not until she met Knight Jordan in online. Is he the one who would stay or he will be just another guy who will leave her in the midst of it all?
View MoreAngin malam berembus lembut di antara bangunan pesantren, membawa serta suara adzan Isya' yang bergema dari masjid di halaman depan. Ustadz Faris berdiri di teras asramanya, memperhatikan para santri yang bergegas menuju tempat wudhu. Matanya tajam, tapi dalam sorotnya tersimpan kelelahan yang tak bisa disembunyikan.
Di usianya yang baru menginjak empat puluhan, ia terlihat lebih tua dari yang seharusnya. Garis-garis di wajahnya bukan hanya karena usia, tapi juga beban yang ia pikul sejak lama, beban yang selalu ia coba kubur bersama masa lalunya.
Namun, malam ini terasa berbeda.
Dari sudut pesantren, bayangan seseorang bergerak cepat di antara pohon-pohon jati. Ustadz Faris tak bergeming, tapi jari-jarinya mengepal. Ia mengenali gerakan itu, gerakan yang hanya dimiliki seseorang yang terlatih.
“Mungkinkah…?” bisiknya.
Belum sempat ia merenung lebih jauh, seorang santri berlari tergopoh-gopoh mendekatinya. Nafasnya tersengal.
“Ustadz… ada yang aneh di kamar Fadhil.”
Ustadz Faris mengerutkan dahi. Fadhil, salah satu santri terbaiknya, selalu menonjol dalam pelajaran dan dikenal sebagai anak yang patuh. Apa yang bisa terjadi pada anak itu?
Tanpa bertanya lebih lanjut, ia melangkah cepat ke asrama. Di dalam kamar Fadhil, beberapa santri sudah berkumpul, wajah mereka dipenuhi ketakutan. Ustadz Faris mendekati ranjang, lalu melihat sebuah buku terbuka di atasnya. Bukan kitab biasa, bukan pula buku pelajaran.
Di halaman yang terbuka, ada tulisan dengan tinta merah yang tampak baru.
"Jejak itu tak pernah hilang. Kau bisa melupakan, tapi kami tidak."
Dada Ustadz Faris terasa sesak. Ia mengenali tulisan itu. Tangannya gemetar saat menutup buku tersebut, berusaha menyembunyikan kegelisahannya.
“Sampai kapan mereka akan mengejarku…?”
Dari luar, suara langkah berat terdengar. Lalu, sebuah suara tegas memecah keheningan.
*“Ustadz Faris… sudah lama kita tak bertemu.”*
Ustaz Faris menoleh. Di ambang pintu berdiri seorang pria berseragam militer, Kapten Arya.
Malam itu, ketenangan pesantren runtuh. Masa lalu yang selama ini disembunyikan, akhirnya menemukan jalannya kembali.
Cahaya lampu kamar santri berpendar samar, menerangi wajah Kapten Arya yang berdiri tegap di ambang pintu. Tatapannya tajam, penuh pengamatan. Seorang perwira yang terbiasa dengan ketegangan, ia tidak menunjukkan ekspresi berlebihan.
Di seberang ruangan, Ustadz Faris tetap diam. Sekian tahun berlalu, tetapi sosok di depannya ini masih sama, seseorang dari masa lalu yang seharusnya tidak pernah kembali. Santri-santri yang berkumpul di kamar Fadhil mulai saling berpandangan. Mereka tidak mengenal pria itu, tetapi aura kehadirannya begitu berbeda. Otoritatif, Misterius, dan Berbahaya. Ustadz Faris menarik napas dalam, menenangkan pikirannya. “Arya…” akhirnya ia bersuara, suaranya berat. “Kenapa kau ada di sini?” Kapten Arya melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya. “Aku sedang dalam misi.” “Misi apa yang membawamu ke pesantren?” Kapten Arya melirik ke arah santri-santri yang masih berdiri di sudut ruangan. “Bisa kita bicara berdua?” Ustadz Faris mengerti isyarat itu. Dengan anggukan pelan, ia menoleh ke santri-santrinya. “Kalian kembali ke kamar masing-masing. Jangan khawatir. Tidak ada yang perlu ditakutkan.” Mereka tampak ragu, tapi akhirnya patuh. Dalam hitungan detik, kamar menjadi sunyi. Kapten Arya melangkah lebih dekat, tatapannya tak beranjak dari Ustadz Faris. Ia lalu mengambil sesuatu dari sakunya, sebuah foto lusuh yang disodorkannya begitu saja. Ustadz Faris mengambilnya dengan enggan. Begitu matanya menangkap gambar itu, jantungnya seakan berhenti berdetak.Fadhil. Santri yang menghilang. Tapi bukan itu yang membuatnya tercekat. Di belakang Fadhil, terukir simbol yang ia kenal. Simbol yang seharusnya terkubur bersama masa lalu mereka. “Apa maksudnya ini?” Ustadz Faris bertanya, suaranya lebih dingin dari sebelumnya. “Kau yang seharusnya menjawab,” balas Kapten Arya. “Dia menghilang tiga hari lalu. Dan ini ditemukan di tempat terakhir dia terlihat.” Ustadz Faris menggenggam foto itu lebih erat. Simbol itu… Simbol dari operasi rahasia mereka dulu. Sebuah misi yang tak pernah selesai. Sebuah misi yang membuatnya meninggalkan dunia militer dan memilih jalan sebagai seorang guru pesantren. Namun, ternyata masa lalu tidak pernah benar-benar berakhir. “Aku butuh jawaban, Faris.” Kapten Arya menatapnya tajam. “Apa yang sebenarnya terjadi di pesantren ini?” Di luar, angin malam bertiup lebih dingin dari biasanya.Nagising ako na sobrang sakit ng ulo ko. Hindi naman siguro ako uminom kagabi? Bumangon ako sa kama at pagtayo na pagtayo ko ay bote ng Pink Gin ang nasipa ko. Mukhang wasted na wasted na talaga ako at nakuha kong ubusin itong laman ng isang bote mag isa. Chineck ko ang phone ko pero di ito mabuhay kaya ichinarge ko muna. Naligo ako at napag isip isip ko na kailangan ko magluto ng almusal at maglinis ng konti. Saglit akong kumain pagkatapos magluto at nag ayos ng dorm. Inempake ko na ang aking mga gamit na iuuwi sa bahay. Halos dalawang linggo din ang bakasyon namin bago magsummer class. Siguro naman sapat na yon para makapag isip isip ako. Matapos ang kaunting linis at kaunting drama ay naghanda na ako sa pagpasok. Nafull na ang charge ng phone ko kaya agad ko itong binuhay. Sunod sunod ang tawag sa isang unknown na number at may iniwan din s’yang message. 375 missed calls??????!From: +6394546***** Gab Ibañez I'm coming to your campus tom
I've been the archer~ I've been the prey~ Who could ever leave me, darling?~ But who could stay?~ Kasalukuyan akong nagtotoothbrush ng marinig ko na may tumatawag dahilan para maagang mag-ingay si Mareng Taylor. Me: Hey there. This is Gab Ibañez Yanna: I know. That's why I'm calling duh. Sakit talaga sa tenga ng boses netong si Yanna. Me: What do you need? You are interrupting my toothbrush session.Ang anghang na ng toothpaste sa bibig ko kaya nagmumog na ako habang dumadada si Yanna sa kabilang linya. Yanna: I'm hungry. Nasa byahe na ako. Tara kumain sa canteen bago magklase.I looked at the clock. It's 9am. Eleven pa ang klase ko an
Maligayang pagdating sa aming mundo ng katha - Goodnovel. Kung gusto mo ang nobelang ito o ikaw ay isang idealista,nais tuklasin ang isang perpektong mundo, at gusto mo ring maging isang manunulat ng nobela online upang kumita, maaari kang sumali sa aming pamilya upang magbasa o lumikha ng iba't ibang uri ng mga libro, tulad ng romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel at iba pa. Kung ikaw ay isang mambabasa, ang mga magandang nobela ay maaaring mapili dito. Kung ikaw ay isang may-akda, maaari kang makakuha ng higit na inspirasyon mula sa iba para makalikha ng mas makikinang na mga gawa, at higit pa, ang iyong mga gawa sa aming platform ay mas maraming pansin at makakakuha ng higit na paghanga mula sa mga mambabasa.
Comments