Share

2-First Date

Author: Meila Woo
last update Last Updated: 2022-04-03 05:13:58

Embusan napas kasar dikeluarkan oleh seorang gadis yang mengenakan kaos putih oversize yang dipadukan dengan celana joger warna oranye. Dengan tatapan lurus ke cermin, ia melihat pantulan dirinya yang molek. Lantas, memoles bibirnya dengan lipstick berwarna pink.

“Kalau bukan karena ada Eric kemarin, aku nggak bakal menyetujui ajakan Lucas buat kencan.” 

Estelle meraih sling bag hitam di atas meja. Ketika ia mengecek ponsel, ternyata ada banyak panggilan tak terjawab dari nomor tak dikenal. 

“Nomor siapa ini?” gumam Estelle sambil menatap ponselnya nanar. 

Panggilan dari nomor tak dikenal kembali masuk. Estelle memutuskan untuk tak acuh. Namun, panggilan telepon dari nomor yang sama terus masuk. Akhirnya ia pun mengangkatnya.

“Halo?”

Estelle terdiam selama beberapa detik, memberi kesempatan si penelepon bicara. Namun, si penelepon tak kunjung berbicara.

“Maaf, ini siapa, ya?” tanya Estelle pelan.

Tut! Tut! Tut!

Kening Estelle mengerut. Panggilan itu diputuskan secara sepihak tanpa ada kejelasan tentang siapa sosok penelepon. 

“Aneh. Padahal dia yang meneleponku berkali-kali,” gumam Estelle.

Ponsel Estelle kembali bergetar. Tanpa membaca nama si penelepon, Estelle langsung menjawab, “Kalau tidak ada perlu, jangan telepon saya terus!”

“Estelle, ada apa?”

Mendengar suara baritone yang familiar, Estelle langsung menjauhkan ponsel dari telinganya dan menatap layar. “Eh, aku kira orang lain.”

“Kamu sudah siap buat kencan pertama kita, kan?” 

“Sebenarnya males. Tapi, karena aku lagi nggak ada kegiatan, ya ... aku siap,” balas Estelle jujur.

“Aku jamin ... habis kencan pertama ini, pasti kita bakal melakukan kencan selanjutnya.”

“Kepedean!” 

Estelle menutup panggilan telepon itu sepihak. Lantas, ia beranjak untuk menemui Lucas yang sudah menunggunya di halaman apartemen.

Mulut seorang pria berjas navy menganga melihat seorang gadis molek yang berjalan mendekat. Ia tak habis pikir mengapa Estelle selalu berhasil membuatnya terpesona, mulai dari fisik sampai intelektualnya.

“Kenapa?” tanya gadis itu datar.

“Kamu cantik banget, Estelle. Ke KUA saja, yuk!”

“Hah?”

“Iya, KUA. Kita nikah saja.”

Estelle menelan salivanya. “Kamu sudah gila, ya? Maaf, tiba-tiba aku ada urusan. Kita batalin saja kencan hari ini.”

Estelle membalikkan badannya dan langsung melangkah. Namun, langkah gadis itu berhenti ketika Lucas meraih tangan kanannya. 

“Aku bercanda, kali. Aku memang ingin menikahimu, tapi sebelum kita nikah ... aku ingin hubungan kita itu sedekat nadi di dalam tubuh.”

Estelle tak menjawab ucapan Lucas. Ia justru membuang wajah ke samping.

“Ayolah, Estelle! Aku sudah booking tempat yang bagus buat kencan pertama kita.”

“Di mana? Restoran?” tanya Estelle dingin.

Pertanyaan singkat Estelle dibalas dengan anggukan oleh Lucas.

Mendapat traktiran makanan merupakan hal yang Estelle sukai. Tentu ia menyukainya karena tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk menikmati makanan yang enak. Apalagi, sekarang yang mengajaknya makan bersama adalah Lucas. Pria itu pasti akan mengajaknya makan makanan enak yang mahal.

“Oke, ayo!” ucap Estelle.

Lucas sontak tersenyum lebar, lalu segera membuka pintu mobilnya dan mempersilakan Estelle masuk. Gadis yang selalu terlihat molek dan manis di mata Lucas itu pun masuk dan langsung memasang sabuk pengaman sebelum mobil itu melaju.

Sungguh, Lucas sangat senang telah berhasil mengajak Estelle untuk berkencan setelah berkali-kali mendapat tolakan. Meskipun hanya Lucas yang menganggapnya sebagai kencan, ia tak mengacuhkannya. Tak bisa menutupi rasa senangnya, Lucas pun terus tersenyum sambil sesekali melirik ke spion tengah bahkan ketika sedang mengemudi.

“Awas saja kalau ajakanmu malah bikin aku masuk rumah sakit,” celetuk Estelle.

“Salah siapa kamu jadi orang susah banget diajak kencan.”

“Soalnya aku bukan wanita murahan, Lucas. Dan—”

“Masih berharap balikan sama mantan?” sahut Lucas.

***

Lucas menyanggah dagunya dengan kedua tangan. Senyum lebar terus terlukis di wajah gagahnya. Lantas, matanya lurus menatap gadis yang duduk persis di depannya.

Mendapat tatapan super lama dari Lucas, Estelle mengembuskan napas kasar. Bola matanya diputar sebesar 360 derajat. “Tolong, jangan lebay!” celetuknya.

“Siapa yang lebay coba? Aku dari tadi juga diam saja.”

“Terserah kamu, deh.”

Beberapa menit kemudian, makanan pesanan mereka datang. Makanan berupa seafood Lucas pilih sebagai menu utama kencan pertamanya dengan Estelle. Sambil menikmati makanan, sejoli itu berbincang. 

“Estelle, gimana kalau kita melakukan itu lagi?” celetuk Lucas sambil senyam-senyum.

“Itu apa?” 

Lucas tak membalas. Namun, jari telunjuknya mengelus bibir dengan tatapan menggoda ke arah Estelle. 

“Jangan gila!”

“Tapi, kamu menikmatinya.”

“Kata siapa?”

Lucas tersenyum asimetris. “Kamu bilang it’s okay waktu itu.”

Estelle menunduk dan mempertahankannya selama beberapa detik. Lantas, ia kembali menatap lurus ke arah Lucas. “Aku bilang kayak gitu karena terkejut,” ucapnya cepat.

Sontak rasa canggung menyelimuti Estelle. Bayangan ciuman singkat pagi itu kembali melintas di pikirannya. Untuk menghilangkan rasa canggung yang mendadak muncul, Estelle pun langsung menyendok makanan dengan cepat.

“Estelle?”

Gadis bersurai legam itu berdeham sambil mengunyah makanan.

“Aku mau minta tolong.”

“Apa?”

Lucas tersenyum tipis sambil menatap Estelle hangat. 

Estelle menelan saliva kasar. Jantungnya sontak berdebar. Gadis yang sedari tadi membuat mulutnya sibuk melakukan gerakan peristaltik pun terdiam.  

“Tolong beri aku kesempatan buat lebih dekat sama kamu. Kamu bisa, kan?”

Estelle masih membisu. Entah mengapa lisannya mendadak kelu. Sosok Lucas yang biasanya terlihat berengsek, kini justru terlihat santun. Jarang sekali Lucas berucap dengan mengatakan kata tolong kepada orang lain.

“Estelle?” 

Kedua mata Estelle menutup. Ia menarik dan mengembuskan napas selama beberapa kali untuk menetralkan detak jantungnya. Ketika dirasa detak jantungnya mulai stabil, ia kembali membuka kedua mata.

Lagi, ia mengembuskan napas kasar satu kali. Lantas, kedua ujung bibir ditariknya ke samping. “I’ll try it.”

“Serius?”

Estelle menjawab pertanyaan singkat Lucas dengan anggukan pelan.

“Kalau begitu, berarti aku punya kesempatan buat menikahimu, dong?”

“Lucas ....”

Lucas terus menggoda Estelle. Meskipun Estelle selalu menjawabnya dengan dingin, Lucas tak menyerah untuk terus menggoda. Lelaki itu tak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas untuk berbincang lama dengan Estelle. 

Tak terasa, dua jam telah berlalu. Semua makanan yang mereka pesan pun sudah habis. Estelle meraih ponsel yang sedari tadi belum disentuhnya sejak makan bersama Lucas. Ia melihat ada sebuah pesan tak terbaca dari Isac—sang adik.

“Lucas, kayaknya aku harus pulang sekarang.”

“Lho, kenapa? Kencan kita belum selesai. Aku masih ingin ngajak kamu ke suatu tempat.”

“Lain kali saja. Adikku datang ke apartemenku. Jadi, aku harus pulang.”

“Okelah. Aku antar kamu.”

Setelah melakukan pembayaran, sejoli itu keluar dari restoran. 

“Ah, hujan. Padahal tadi cerah,” ucap Lucas. “Estelle, aku mau mengambil mobilku dulu. Kamu tunggu di sini, ya!”

“Iya,” balas Estelle singkat.

Lucas berlari ke tempat parkir mobil, sedangkan Estelle berdiri sambil menengadah dan membasahi telapak tangannya dengan air hujam. Senyum tipis terbit ketika hidungnya mencium pethrichor yang menenangkan.

“Ah, jadi pengin hujan-hujanan,” lirih Estelle.

Ketika Estelle masih terlena menikmati langit yang memuntahkan muatan, sebuah mobil berhenti tepat di depannya. Ia pun langsung menoleh dan menghentikan aksinya yang membasahi tangan dengan air hujan. Melihat mobil yang berhenti bukanlah milik Lucas, dahinya pun mengerut.

Pintu kemudi terbuka secara perlahan. Estelle bisa melihat bahwa si pengemudi mulai keluar dari mobil. Seorang pria jangkung berkemeja cokelat polos itu menampakkan diri dan menatap Estelle sambil membiarkan tubuhnya basah.

“Eric?” lirih Estelle.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pikat Cinta Mantan Pacar   30-Remember You

    Tampak indah sebuah gelang manik buatan tangan. Perpaduan warna pastel yang indah membuat gelang tersebut cukup unik. Ditambah ada inisial huruf E di gelang itu. Sepertinya, si pembuat memang secara sengaja membuat gelang yang hanya ada satu untuk perempuan berinisial E itu. Estelle terkejut. Di dalam batinnya bertanya-tanya, siapa si pengirim gelang itu. Gelang sederhana, tetapi begitu indah. Warnanya ia suka, bentuk payung yang bersanding dengan inisial huruf E pun disukainya. "Wah, gelangnya lucu. Sepertinya orangnya sengaja bikin just for you deh, Es," celetuk salah satu rekan kerja Estelle. "Dari siapa tuh? Sepertinya bukan dari Lucas.""Entahlah," balas perempuan berambut gelung yang menerima paket gelang unik itu.Gelang unik dimasukkan kembali ke wadahnya. Tidak ingin ambil pusing, Estelle hanya meletakkan kotak berisi gelang itu di meja dan ia pun mulai kembali melakukan pekerjaannya. Namun, kehadiran gelang itu cukup mengganggu. Estelle penasaran dengan pengirim hadiah it

  • Pikat Cinta Mantan Pacar   29 - Peringatan Hubungan

    Tok-tok-tok!"Masuk!"Suara khas high heels terdengar dengan langkah yang anggun. Perempuan yang rambutnya digelung rapi mulai mendekat ke arah meja milik pria berjas warna navy. Terlihat pria itu sedang memainkan bolpoin di tangan dengan tatapan yang tak fokus."Anak perusahaan Red Group sedang mengelola hotel. Dan, ini proposal pembangunan hotel. Silakan dipelajari dulu isi proposalnya," ucap perempuan molek itu sambil meletakkan proposal ke meja.Perempuan dengan rambut digelung itu mengerutkan dahi karena si pria tak meresponsnya. Lantas, ia pun memanggil nama pria itu sampai tiga kali. Akhirnya, di kali ketiga ia memanggil, pria bernama Lucas itu pun menoleh. "Eh, iya, gimana?"Perempuan itu mengulang kembali kalimat yang disampaikannya baru saja. "Oke. Aku akan coba mempelajarinya," balas Lucas pelan. "Kalau begitu, permisi."Perempuan yang memakai rok span selutut itu mulai berbalik, hendak meninggalkan kantor anak direktur perusahaan Red Group. Baru beberapa langkah, namany

  • Pikat Cinta Mantan Pacar   28-Buket Mawar Merah

    Sinar mentari tampak cukup terik hari ini. Setelah selesai bekerja di sebuah kafe, Eric pergi ke toko bunga. Dulu, sewaktu belum memutuskan hal bodoh pergi dari rumah, Eric bisa membeli buket bunga mawar merah yang besar. Namun, sekarang ia harus berhemat. Jadi, ia hanya bisa membeli buket kecil.Hidup mandiri tanpa fasilitas apa pun dari orang tua rupanya melelahkan. Perbedaannya begitu kentara. Eric merasakannya. Ia cukup menderita. Akan tetapi, ia harus bertahan demi memperjuangkan sebuah hal yang konyol. Ya, memperjuangkan cintanya yang pernah sirna.Kedua ujung bibir pria berkemeja kotak-kotak itu tertarik. Ia mencium mawar merah yang sudah ada di genggaman. Aroma bunga tersebut begitu menenangkan jiwa. Setelah melakukan transaksi pembayaran, ia pun pergi meninggalkan toko bunga tersebut.“Dia pasti suka.”Dengan kaki jenjangnya, Eric mulai melangkah. Dulu, ia bisa mudah bepergian dengan mobil mewah warna silver miliknya. Namun, sekarang ia hanya bisa mengandalkan kakinya. Sebuah

  • Pikat Cinta Mantan Pacar   27-Masa Lalu

    Lampu kamar masih menyala terang. Seorang pria sedang menatap layar laptop dengan tatapan kosong. Di layar tersebut, tampak judul laporan hasil penjualan bulan ini. Ia perlu mengeceknya kembali. Namun, sepertinya pikiran pria itu sedang cukup kacau. Sudah lebih dari lima menit ia hanya menatap layar tanpa menggeser kursor ke bawah untuk melihat isi laporan dengan rinci.Ucapan seorang mahasiswa di rumah sakit membuat pria itu teringat akan masa lalunya. Masa lalu berupa kesalahpahaman yang berujung membuat retak hubungan. Mengingat masa itu, rasanya cukup kekanakan. Namun, ia sendiri juga masih belum mendapatkan cara untuk mengembalikan hubungan baik yang sudah retak ini.“Hhh ...” Ia mengembuskan napas berat.***Sembilan Tahun yang LaluDua lelaki tampan dan satu perempuan cantik sedang menikmati es krim bersama. Senyum mereka tampak begitu cerah, secerah mentari siang ini. Dilihat dari kejauhan pun, hubungan mereka tampak begitu dekat. Sepertinya, mereka sudah menjalin hubungan pe

  • Pikat Cinta Mantan Pacar   26-Dering Ponsel

    Di bawah langit senja yang begitu menawan, kedua sejoli yang terikat hubungan palsu itu masih mempertahankan posisi. Ya, wajah mereka masih saling bertatapan. Akan tetapi, mereka tidak langsung memuaskan nafsu yang sedang bergejolak di dalam hati.Bohong jika gadis yang mengenakan gaun motif bunga itu ingin menolak. Jauh di dalam lubuk hatinya, ia sangat menginginkan kejadian itu akan terjadi. Ini adalah kali pertama untuknya benar-benar menginginkan bibir Lucas mendarat lembut membasahi bibirnya.Secara pelan, kedua kelopak mata Estelle tertutup. Melihat hal itu, tentu Lucas yang sudah tidak kuat untuk segera memuaskan nafsunya langsung tersenyum. Dengan pelan, wajahnya makin didekatkannya menuju wajah Estelle. Ia akan melakukan hal yang romantis kali ini.Akhirnya aku bisa dapetin kamu, batin Lucas.Tring! Tring! Tring!Sial! Suara nada dering di ponsel Estelle langsung membuat gadis itu membuka mata. Ia juga langsung melepaskan tubuhnya dari tubuh Lucas. “Aku angkat telepon dulu,”

  • Pikat Cinta Mantan Pacar   25-Senja di Pantai

    Embusan angin di sore hari begitu lembut. Dengan pelan, angin berembus menyapu helai rambut Estelle yang berkilau. Sayang sekali, di tempat yang seindah ini digunakan gadis itu untuk melamun.Bakso iga yang melimpah ruang di mangkuk dengan kuah hangat, kini telah mendingin. Bukan, bukan karena si pembeli telah menyantapnya. Namun, justru semangkuk bakso iga yang menggiurkan itu hanya ditatap dengan sendok yang berputar tak jelas. Melihat Estelle terus melamun, Lucas merasa bersalah. Gadis yang dicintainya itu ternyata benar-benar bersedih atas kejadian tadi. Sudah jelas jika Estelle masih menyimpan nama lelaki sialan itu di hatinya, pikir Lucas.Estelle terperanjat ketika ada tangan yang hangat menggenggam tangannya. Lamunannya pun seketika buyar. Kini, kedua manik indah itu menatap manis Lucas dengan penuh tanda tanya.“Estelle ...,” panggil Lucas lembut.“Hm?” balas Estelle singkat.“Berapa peluangku buat gantiin lelaki sialan itu di hatimu?”Mendengar pertanyaan itu, Estelle refle

  • Pikat Cinta Mantan Pacar   24-I'll Protect You

    Tubuh Eric membatu ketika kedua bola matanya menangkap sepasang raga yang pergi dari hadapannya. Rasa sesak begitu membuatnya sulit bernapas. Sungguh, ia begitu menyesali masa lalu yang telah menghancurkan kepercayaan Estelle padanya.Estelle memang bukanlah cinta pertama Eric. Namun, rasa cinta Eric kepada Estelle tidak pernah berubah sejak mereka mengenal, berpisah, dan bertemu kembali seperti sekarang. Hanya nama Estelle yang terukir di dalam hati Eric.Eric pikir, banyaknya waktu yang ia habiskan bersama Estelle di masa lalu akan menjadi pondasi hubungan mereka di masa selanjutnya. Namun, tak disangka jika Estelle sering memendam kesedihannya di masa lalu. Dan, itu membuat Eric merasa begitu menyesal—ingin memutar waktu dan mengubahnya.“Estelle, aku benar-benar menyesal,” lirih Eric setelah bayangan raga Estelle dan Lucas telah lenyap dari pandangan.Di sisi lain, Estelle dan Lucas sudah berada di dalam mobil. “Kita mau pergi kencan ke mana?” tanya Lucas cengingisan, seperti bia

  • Pikat Cinta Mantan Pacar   23-Tolong Berhenti!

    “Aku mau ambil kue di sana, ya,” ucap Estelle.Angela mengangguk. “Tolong ambilkan aku satu potong brownies, ya.”“Aku juga,” sahut teman Estelle yang lain.Estelle mengangguk. Lantas, kaki yang beralaskan sepatu hak tinggi itu mulai melangkah. Sesekali mata Estelle menangkap pasangan yang sedang bermesraan, saling menyuapi.“Sungguh manis,” lirih Estelle.Kue brownies merupakan salah satu kue kesukaan Estelle. Maka dari itu, setiap mengikuti acara, jika ada kue brownies Estelle pasti akan mencicipinya. Sekarang, kue itu sudah diletakannya di piring dan siap untuk disantap bersama teman-teman.Ketika Estelle berbalik badan, ia begitu terkejut. Bola mata membulat seketika dan napasnya menjadi pendek. Kenapa ada orang itu? batin Estelle.Seorang pria berkemeja kotak-kotak berdiri tepat di hadapan Estelle. Berbeda dari yang lain, jadi pria itu begitu menonjol karena sama sekali tidak mengenakan jas. Pria itu berpakaian begitu santai layaknya sedang berada di taman bermain.“Akhirnya aku

  • Pikat Cinta Mantan Pacar   22-Penawar Rindu

    Gaun selutut tanpa lengan melekat indah di tubuh Estelle. Corak bunga berwarna pastel menambah kesan manis gadis itu. Ditambah dengan rambut tergerai yang dipasang jepit rambut berwarna perak, Estelle makin tampak memesona.Setelah melihat keelokan diri dari pantulan cermin, kini Estelle siap untuk pergi menghadiri acara reuni SMA. Karena acara reuni ini dikhususkan hanya untuk alumni jurusan IPA, Estelle pun mengikutinya. Ia yakin tidak akan bertemu dengan Eric karena Eric dulu mengambil jurusan IPS.“Kak Estelle mau reunian apa mau kencan, sih?” tanya Isac yang menyusun makalah di ruang tamu. “Tumben, kelihatan cantik banget.”Estelle hanya menoleh sesaat ke arah sang adik. Lantas, ia memakai high heels yang berada di rak sepatu. Setelah sepatu berhak tinggi itu sudah terpasang indah di kakinya, ia pun melangkah keluar rumah.“Jangan lupa belikan aku bakso iga sapi sesuai perjanjian kemarin!” teriak Isac. “Iya,” balas Estelle sambil menutup pintu apartemen.Tepat waktu. Taksi onlin

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status