Share

3-Dia Kembali

Author: Meila Woo
last update Last Updated: 2022-04-03 05:24:32

“Estelle?” panggil Eric sambil tersenyum tipis.

Estelle menyeringai, lalu membuang muka. 

Tak mendapat respons positif dari Estelle, Eric pun melangkah mendekati gadis itu. Tanpa permisi, lelaki yang tubuhnya basah terguyur air hujan itu langsung meraih kedua tangan Estelle. Tentu, Estelle langsung melepas genggaman tangan itu kasar.

“Anda pikir Anda bebas menyentuh saya, hah?” 

“Ma-maaf. Aku sungguh—”

“Estelle!” Lucas memanggil Estelle dari dalam mobil.

Gadis yang memakai kaos oversize itu tersenyum lebar ke arah Lucas. “Bentar!”

“Estelle, kamu—”

“Maaf, Pak Eric. Saya harus pergi.”

Estelle pun berlari dan masuk ke mobil Lucas, sedangkan Eric hanya bisa menatapnya sendu.

Di dalam mobil, Estelle tak banyak bicara. Sesekali Lucas melirik ke arah gadis yang duduk sejajar dengannya.

“Estelle?”

Estelle menoleh dan menjawab, “Apa?”

Melihat ekspresi Estelle yang kurang baik, Lucas mengurungkan niatnya untuk bertanya. Ia pun menggeleng pelan sambil tersenyum tipis. Karena tidak ada yang perlu diperbincangkan dengan Lucas, Estelle pun kembali menoleh ke luar jendela samping.

Sebenarnya apa yang dia bicarakan sama Eric? Kenapa dia jadi badmood gini?” tanya Lucas dalam hati. 

Sepanjang perjalanan pulang, tatapan Estelle kosong ke luar jendela samping. Berkali-kali Lucas mengajaknya bicara untuk memecah keheningan, tetapi Estelle mendadak tunarungu sehingga ia tak menanggapinya bahkan sekadar menoleh.

Tiba-tiba Lucas meminggirkan mobilnya. Ia mengerem mendadak agar bisa mendapat atensi Estelle.

“Lucas!” bentak Estelle sambil menatap garang ke arah Lucas.

Bukannya meminta maaf, Lucas justru tersenyum lebar. “Butuh sandaran?” tanya Lucas sambil menepuk pundak kirinya.

Gadis yang duduk di samping Lucas menatapnya nanar. 

“Aku selalu siap jadi tempatmu bersandar, Estelle. Sini!” Lucas kembali menepuk pundak kirinya.

“Lucas, jangan bercanda, deh! Kenapa kamu malah berhenti di sini? Kamu pengin nurunin aku di sini? Oke, aku turun,” sahut Estelle sambil melepaskan sabuk pengamannya.

Dengan sigap, tangan Lucas meraih tangan Estelle. “Siapa yang pengin nurunin kamu di sini, hm? Pakai lagi seatbelt-nya!”

***

Estelle terus mengumpat sejak bangun dari tidurnya. Hari ini, dewi fortuna tidak berada di pihaknya. Jam beker yang selalu berdering untuk membangunkannya tak berfungsi karena kehabisan baterai.

Dengan cepat, Estelle membersihkan tubuh dan berpakaian. Tanpa memoles wajah dengan make up, ia berlari menuju ke lift. Namun, lift tidak bisa digunakan karena ada pemadaman listrik mendadak sejak tiga menit lalu.

“Ah, sial!”

Dengan menggenggam stiletto, Estelle berlari menuruni anak tangga yang berjumlah lebih dari lima puluh. Ia melakukannya agar tidak ketinggalan bus yang mengarah ke perusahaan tempatnya bekerja.

Setibanya di halaman apartemen, Estelle langsung memakai stiletto miliknya. 

“Estelle!”

“Lucas? Kamu—”

“Aku sudah berdiri di sini sejak satu jam yang lalu. Ayo, berangkat!”

Anggapan Estelle perihal dewi fortuna yang tidak berada di pihaknya ternyata salah. Buktinya, Lucas menjemput gadis idamannya itu untuk berangkat ke tempat kerja bersama. Jika Estelle tidak terburu-buru, ia pasti tidak akan menerima ajakan Lucas untuk pergi ke tempat kerja bersama.

“Lap dulu keringatmu.”

Estelle meraih sapu tangan yang diberikan Lucas setelah mengenakan sabuk pengaman. 

“Tumben siang,” celetuk Lucas.

Alarm-nya nggak bunyi.”

“Baguslah.”

“Kok malah bagus?”

“Karena alarm-mu nggak bunyi, aku bisa ngerasain gimana rasanya menunggu jodoh yang lama muncul.”

“Cih! Dasar gila!” Estelle membuang muka. Bisa-bisanya Lucas selalu mengajaknya bercanda seperti itu!

“Aku memang selalu tergila-gila padamu,” balas Lucas sambil tersenyum.

Lucas mulai menyalakan mobil dan mengemudikannya. Karena rasa penasarannya masih bergelut di pikiran, ia pun mencoba menanyai Estelle perihal kejadian kemarin.

“Estelle, aku mau tanya,” celetuk Lucas.

“Apa?” balas Estelle tanpa menoleh karena sedang memeriksa beberapa dokumen.

“Kemarin ... kamu ngobrol apa sama Eric? Kenapa kamu tiba-tiba badmood? Kamu benar-benar bukan pacar dia, kan?” 

 “Lucas, tolong biarin aku fokus. Aku ada rapat di departemen, jadi aku harus periksa data-datanya,” balas Estelle.

Eric bilang kalau Estelle pacarnya. Apa mereka pernah pacaran sebelumnya?” tanya Lucas dalam hati.

Dengan kecepatan standar, Lucas mengemudikan mobilnya menuju kantor. Setelah mereka sampai di tempat parkir kantor, Estelle segera keluar mobil. Tak lupa ia mengucapkan terima kasih karena sudah diberi tumpangan gratis.

Tanpa menunggu Lucas keluar mobil, Estelle langsung berlari menuju departemen tempatnya bekerja. Hal itu dilakukannya karena ia tak ingin Lucas kembali menanyakan perihal Eric.

***

Ketika jam istirahat kerja sudah dimulai, Estelle bergegas untuk pergi ke kantin perusahaan. Ia langsung memesan makanan porsi super. Gadis itu merasa kelaparan sebab bangun telat dan tak sempat memakan apa pun.

“Makanan ini mau kamu habiskan?” tanya Lucas sambil mendaratkan pantat di kursi depan Estelle.

“Lucas, silakan pergi ke meja lain!” pinta Estelle santun.

“Nggak bisa. Aku nggak selera kalau nggak makan semeja denganmu.”

Estelle memutar bola matanya malas. Tanpa membalas ucapan pria yang duduk di depannya, gadis itu tetap menikmati makanan.

“Saya boleh makan di sini?” tanya seseorang bersuara berat.

Estelle dan Lucas sontak mendongak. 

“Maaf, silakan Anda pergi ke tempat lainnya,” balas Lucas santun, tidak seperti sosoknya yang biasa.

“Tapi, tempat lain penuh. Jadi, saya boleh, kan, makan di sini?”

“Duduk saja dan makan,” sahut Estelle dingin.

Pria itu tersenyum, lalu mendaratkan pantatnya di kursi.

Seketika, suasana canggung menyelimuti mereka. Lucas yang biasanya aktif menggoda Estelle berubah menjadi tak banyak bicara. Ia merasa tak nyaman dengan Eric yang harus sering berada di Red Group karena kerja sama.

“Makanan di kantin ini enak.” Eric berusaha mencairkan suasana.

“Tentu saja. Buat jadi koki di perusahaan ini juga nggak mudah,” sahut Lucas dingin.

Eric memberikan udang goreng kepada Estelle. Gadis itu menoleh dan menatapnya nanar.

“Kamu suka ini, kan?” tanya Eric ramah.

Estelle tak menjawab.

“Dia nggak suka udang goreng,” sahut Lucas sambil mengambil udang goreng tersebut dan memasukkan ke mulutnya. “Tapi, aku yang suka,” sambungnya.

Eric menyeringai. Matanya terus menatap Estelle yang terus menyendok makanan ke mulut.

“Oh iya, Pak Eric ... menurut kabar yang beredar, bukannya Anda memimpin anak cabang perusahaan Anda di Amerika dan perusahaan utama dikelola kakak Anda?” tanya Lucas tiba-tiba.

“Iya, saya memang sempat memimpin anak cabang di Amerika. Tapi, saya bertukar tempat dengan kakak saya.”

“Kenapa? Bukannya lebih baik tinggal di sana? Menikmati suasana dan orang-orang baru tentunya.” Lucas kembali melempar pertanyaan.

Eric tersenyum tipis. Matanya menatap lurus ke arah Estelle. “Karena saya merindukan seseorang di sini. Meskipun orang itu adalah mantan pacar saya, saya tak menganggap bahwa kami sudah benar-benar putus.”

Estelle memelankan proses mengunyah makanan. Meskipun ia tak ikut mengobrol, telinganya tidak tuli. Tentu ia menyimak perbincangan dua lelaki yang satu meja dengannya.

“Jadi, Anda kembali karena merindukan seorang mantan? Yang benar saja! Bukannya dari kabar yang beredar, katanya Anda sudah punya tunangan?” tanya Lucas sambil menyeringai.

Eric langsung menatap nanar ke arah Lucas.  

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pikat Cinta Mantan Pacar   30-Remember You

    Tampak indah sebuah gelang manik buatan tangan. Perpaduan warna pastel yang indah membuat gelang tersebut cukup unik. Ditambah ada inisial huruf E di gelang itu. Sepertinya, si pembuat memang secara sengaja membuat gelang yang hanya ada satu untuk perempuan berinisial E itu. Estelle terkejut. Di dalam batinnya bertanya-tanya, siapa si pengirim gelang itu. Gelang sederhana, tetapi begitu indah. Warnanya ia suka, bentuk payung yang bersanding dengan inisial huruf E pun disukainya. "Wah, gelangnya lucu. Sepertinya orangnya sengaja bikin just for you deh, Es," celetuk salah satu rekan kerja Estelle. "Dari siapa tuh? Sepertinya bukan dari Lucas.""Entahlah," balas perempuan berambut gelung yang menerima paket gelang unik itu.Gelang unik dimasukkan kembali ke wadahnya. Tidak ingin ambil pusing, Estelle hanya meletakkan kotak berisi gelang itu di meja dan ia pun mulai kembali melakukan pekerjaannya. Namun, kehadiran gelang itu cukup mengganggu. Estelle penasaran dengan pengirim hadiah it

  • Pikat Cinta Mantan Pacar   29 - Peringatan Hubungan

    Tok-tok-tok!"Masuk!"Suara khas high heels terdengar dengan langkah yang anggun. Perempuan yang rambutnya digelung rapi mulai mendekat ke arah meja milik pria berjas warna navy. Terlihat pria itu sedang memainkan bolpoin di tangan dengan tatapan yang tak fokus."Anak perusahaan Red Group sedang mengelola hotel. Dan, ini proposal pembangunan hotel. Silakan dipelajari dulu isi proposalnya," ucap perempuan molek itu sambil meletakkan proposal ke meja.Perempuan dengan rambut digelung itu mengerutkan dahi karena si pria tak meresponsnya. Lantas, ia pun memanggil nama pria itu sampai tiga kali. Akhirnya, di kali ketiga ia memanggil, pria bernama Lucas itu pun menoleh. "Eh, iya, gimana?"Perempuan itu mengulang kembali kalimat yang disampaikannya baru saja. "Oke. Aku akan coba mempelajarinya," balas Lucas pelan. "Kalau begitu, permisi."Perempuan yang memakai rok span selutut itu mulai berbalik, hendak meninggalkan kantor anak direktur perusahaan Red Group. Baru beberapa langkah, namany

  • Pikat Cinta Mantan Pacar   28-Buket Mawar Merah

    Sinar mentari tampak cukup terik hari ini. Setelah selesai bekerja di sebuah kafe, Eric pergi ke toko bunga. Dulu, sewaktu belum memutuskan hal bodoh pergi dari rumah, Eric bisa membeli buket bunga mawar merah yang besar. Namun, sekarang ia harus berhemat. Jadi, ia hanya bisa membeli buket kecil.Hidup mandiri tanpa fasilitas apa pun dari orang tua rupanya melelahkan. Perbedaannya begitu kentara. Eric merasakannya. Ia cukup menderita. Akan tetapi, ia harus bertahan demi memperjuangkan sebuah hal yang konyol. Ya, memperjuangkan cintanya yang pernah sirna.Kedua ujung bibir pria berkemeja kotak-kotak itu tertarik. Ia mencium mawar merah yang sudah ada di genggaman. Aroma bunga tersebut begitu menenangkan jiwa. Setelah melakukan transaksi pembayaran, ia pun pergi meninggalkan toko bunga tersebut.“Dia pasti suka.”Dengan kaki jenjangnya, Eric mulai melangkah. Dulu, ia bisa mudah bepergian dengan mobil mewah warna silver miliknya. Namun, sekarang ia hanya bisa mengandalkan kakinya. Sebuah

  • Pikat Cinta Mantan Pacar   27-Masa Lalu

    Lampu kamar masih menyala terang. Seorang pria sedang menatap layar laptop dengan tatapan kosong. Di layar tersebut, tampak judul laporan hasil penjualan bulan ini. Ia perlu mengeceknya kembali. Namun, sepertinya pikiran pria itu sedang cukup kacau. Sudah lebih dari lima menit ia hanya menatap layar tanpa menggeser kursor ke bawah untuk melihat isi laporan dengan rinci.Ucapan seorang mahasiswa di rumah sakit membuat pria itu teringat akan masa lalunya. Masa lalu berupa kesalahpahaman yang berujung membuat retak hubungan. Mengingat masa itu, rasanya cukup kekanakan. Namun, ia sendiri juga masih belum mendapatkan cara untuk mengembalikan hubungan baik yang sudah retak ini.“Hhh ...” Ia mengembuskan napas berat.***Sembilan Tahun yang LaluDua lelaki tampan dan satu perempuan cantik sedang menikmati es krim bersama. Senyum mereka tampak begitu cerah, secerah mentari siang ini. Dilihat dari kejauhan pun, hubungan mereka tampak begitu dekat. Sepertinya, mereka sudah menjalin hubungan pe

  • Pikat Cinta Mantan Pacar   26-Dering Ponsel

    Di bawah langit senja yang begitu menawan, kedua sejoli yang terikat hubungan palsu itu masih mempertahankan posisi. Ya, wajah mereka masih saling bertatapan. Akan tetapi, mereka tidak langsung memuaskan nafsu yang sedang bergejolak di dalam hati.Bohong jika gadis yang mengenakan gaun motif bunga itu ingin menolak. Jauh di dalam lubuk hatinya, ia sangat menginginkan kejadian itu akan terjadi. Ini adalah kali pertama untuknya benar-benar menginginkan bibir Lucas mendarat lembut membasahi bibirnya.Secara pelan, kedua kelopak mata Estelle tertutup. Melihat hal itu, tentu Lucas yang sudah tidak kuat untuk segera memuaskan nafsunya langsung tersenyum. Dengan pelan, wajahnya makin didekatkannya menuju wajah Estelle. Ia akan melakukan hal yang romantis kali ini.Akhirnya aku bisa dapetin kamu, batin Lucas.Tring! Tring! Tring!Sial! Suara nada dering di ponsel Estelle langsung membuat gadis itu membuka mata. Ia juga langsung melepaskan tubuhnya dari tubuh Lucas. “Aku angkat telepon dulu,”

  • Pikat Cinta Mantan Pacar   25-Senja di Pantai

    Embusan angin di sore hari begitu lembut. Dengan pelan, angin berembus menyapu helai rambut Estelle yang berkilau. Sayang sekali, di tempat yang seindah ini digunakan gadis itu untuk melamun.Bakso iga yang melimpah ruang di mangkuk dengan kuah hangat, kini telah mendingin. Bukan, bukan karena si pembeli telah menyantapnya. Namun, justru semangkuk bakso iga yang menggiurkan itu hanya ditatap dengan sendok yang berputar tak jelas. Melihat Estelle terus melamun, Lucas merasa bersalah. Gadis yang dicintainya itu ternyata benar-benar bersedih atas kejadian tadi. Sudah jelas jika Estelle masih menyimpan nama lelaki sialan itu di hatinya, pikir Lucas.Estelle terperanjat ketika ada tangan yang hangat menggenggam tangannya. Lamunannya pun seketika buyar. Kini, kedua manik indah itu menatap manis Lucas dengan penuh tanda tanya.“Estelle ...,” panggil Lucas lembut.“Hm?” balas Estelle singkat.“Berapa peluangku buat gantiin lelaki sialan itu di hatimu?”Mendengar pertanyaan itu, Estelle refle

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status