Share

Terusir Dari Rumah

"Rangga, Mama datang jemput kamu," ucap Aluna dengan wajah lelahnya di depan sekolah Rangga.

Meskipun Angkasa melarang Aluna menemui anaknya, Aluna tetap mencari cara bertemu dengan Rangga. Angkasa biasanya tidak pernah sekasar ini dengan Aluna. Angkasa begitu mencintai istrinya, makanya dia tidak mendengarkan apa yang Ibu dan Kakaknya katakan. Angkasa tahu kalau Ibunya tidak pernah menyukai Aluna semenjak mereka menikah karena Aluna hanyalah anak yatim piatu yang miskin.

"Masuk Rangga!" Rose menarik tangan mungil Rangga agar masuk ke dalam mobil tanpa memperdulikan Aluna yang hidup terhina saat ini.

Rose senang akhirnya Aluna bisa pergi dari hidup anaknya. Angkasa anaknya itu hebat, dia punya bisnis restoran di tiga tempat. Malah menikah dengan pegawai cafe yang kerja di depan restoran besarnya. Tidak bisa memilih sekali. 

"Gak usah datang-datang lagi, kalau masih ada muka. Gak usah lihat anak kamu, gak usah ganggu Angkasa lagi. Dia itu sudah bagus pisah dengan wanita murahan kayak kamu," ucap Rose sambil menunjuk wajah Aluna. Aluna tidak peduli, saat ini dia hanya ingin melihat anaknya, bukan melihat wajah mertua yang sama sekali tidak pernah menganggapnya ada. Kapan Rose pernah melihat Aluna seperti manusia? Tidak pernah. 

"Rangga, Mama beli ini buat Rangga, Nak!" Aluna memberikan mainan mobil kecil yang dibelinya dari jendela mobil tanpa peduli perkataan mertuanya. Rangga membuka pintu mobil dan minta digendong oleh Aluna. 

"Jangan ambil, Rangga! Buang, mainan jelek begitu, Papa kamu bisa beli banyak mainan seperti itu." Rose mengambil mainan yang susah payah Aluna beli untuk anaknya, dibuang ke jalan dan dengan cepat Rose masuk ke dalam mobil. 

Aluna menahan sakit dihatinya, mertuanya ini memang tidak pernah punya hati atau bahkan merasakan apa yang Aluna rasakan. Padahal dia seorang ibu tapi kejam sekali. Bahkan menghasut Angkasa untuk bercerai secepat mungkin dan menikah lagi dengan wanita terpandang. 

"Mama pasti jemput Rangga kalau sudah ada uang cukup, Rangga sabar tunggu, Mama, ya!" Aluna menangis terduduk sambil memungut mainan yang dibelinya. Mungkin Rose menganggap itu mainan murahan tapi bagi Aluna, dia membelinya dengan memotong pengeluarannya sehari-hari. 

Aluna pulang, dia mulai berpikir untuk membuat sesuatu yang lebih menghasilkan uang. Dia harus mendapatkan anaknya kembali, Walaupun Angkasa ingin bercerai darinya. Aluna harus mendapatkan hak asuh Rangga. Kalau dia miskin seperti ini, pasti mudah sekali Angkasa mengalahkannya dan dia hanya akan mendapatkan hinaan terus menerus dalam hidupnya. 

"Aku masuk kerja jam delapan, jam sepuluh sudah selesai. Sebelum itu bisa jualan," ucap Aluna bicara sendiri sambil mengambil buku kecil untuk catatan pengeluarannya. 

Aluna berpikir sangat keras, usaha apa yang dia bisa kerjakan dan mengikuti pasar yang ada saat ini sedang uang yang dia miliki sedikit, Aluna tidak boleh menyerah. 

"Di dekat sini ada sekolah TK dan SD, mereka pasti membawa bekal," lanjut Aluna dan mulai perencanaanya. Tanpa menunggu waktu lama, Aluna pergi ke pasar membeli sedikit barang untuk dijualnya besok. Dia membeli bahan makanan yang mudah untuk bekal anak sekolah TK dan SD. 

Subuh dia sudah menggoreng nasi, masak mie goreng, menggoreng nugget dan sosis. Pagi sekali sebelum jam enam, Aluna sudah siap jualan di depan sekolah dengan meminjam meja di dekat sekolah. Dia tidak malu, karena dia butuh uang dan dia tidak punya modal untuk memulainya. 

Aluna duduk disana sambil menunggu pembeli, orang lalu lalang melihat sebentar lalu melengos. Belum ada yang membeli. Sampai ada yang berhenti dan mulai bertanya, Aluna tidak menyangka respon orang yang melihat jualannya langsung menyukai dan membeli untuk anaknya sekolah. Padahal Aluna hanya menyiapkan 10 kotak, semuanya habis terjual. Jam tujuh Aluna bersiap pergi ke rumah majikannya.

Seperti biasanya jam sepuluh lewat, Aluna pasti akan datang ke sekolah anaknya. Meski dalam keadaan lusuh, dia tidak pernah melupakan Rangga. Kali ini Angkasa yang menjemputnya, bukan mertuanya lagi. Angkasa melihat Aluna dari jauh dengan tatapannya yang murka. 

"Baru kali ini aku melihat wanita yang benar-benar gak ada malu." Sebelum Rangga keluar, Angkasa mendekati Aluna yang berdiri cukup jauh karena takut Rangga malu dengan tampilannya saat ini. Biasanya Angkasa selalu memuji kecantikannya, kini Aluna punya tampilan yang begitu menjijikan, mirip sekali dengan pembantu di rumahnya. 

"Kenapa aku harus malu, Mas. Aku gak melakukan apa pun yang kalian tuduh padaku, aku gak berzina, aku mencintai suamiku, aku mencintai keluargaku." Aluna menjawab dengan begitu tegas. 

"Padahal sudah ada bukti di depan mata, kamu masih gak mau ngaku?" 

"Aku gak melakukannya, kenapa aku mau ngaku? Aku punya suami, Mas. Mama yang bilang aku tidur dengan Anton, apa kamu melihatnya? Kamu lihat tidak? Yang kamu lihat hanya Anton di dalam kamar dan saat itu aku baru keluar dari kamar mandi, begitu piciknya kamu pikir aku bercinta dengannya," ucap Aluna dengan wajahnya yang lelah. Tidak apa dia lelah, dia akan buktikan kalau hidupnya bisa tanpa Angkasa. 

Dia akan buktikan pada mertua dan kakak iparnya. Dia akan sukses. Demi Rangga, dia rela memeras keringatnya pagi sampai malam. 

"Kalau maling mengaku, jelas penjara penuh." Angkasa sama sekali tidak percaya, padahal Aluna sudah mengatakan hal yang jujur. 

"Aku bukan maling, aku juga gak selingkuh. Terserah kamu mau percaya atau gak, kamu gak bisa larang aku buat ketemu sama anak aku, Mas!" Tunggulah berapa bulan, Aluna akan berjuang demi anaknya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status