Share

Poison (Racun untuk Maduku)
Poison (Racun untuk Maduku)
Author: Widanish

Kedatangan Madu

Author: Widanish
last update Last Updated: 2021-09-18 11:21:13

“Aku izinkan kamu menikah lagi. Asalkan istri mudamu nanti bersedia menuruti semua perintahku. Dia tak boleh menolak.”

 

 

Kuberikan jawaban pada suamiku yang tengah meminta izin untuk menikah lagi. 

 

 

“Baiklah. Tapi tolong, jangan beratkan urusannya. Jangan kau buat dia berada dalam kesulitan,” pinta suamiku. 

 

 

Bibirku terkatup rapat sebagai jawaban. 

 

 

“Hari ini, aku akan membawa calon madumu ke rumah kita. Dia sangat baik dan aku sangat mencintainya,” lanjut suamiku sebelum akhirnya dia berangkat kerja. 

 

 

*

 

 

Setengah jam lagi waktu yang kunantikan akan tiba. Mas Wira akan membawa calon istri barunya ke rumah ini. Dia hendak memperkenalkanku dengan wanita bernama Harum itu. 

 

 

Duduk di atas kursi istimewa, aku menghadap ke jendela kamar yang terbuka lebar. Kini terlihat hamparan tanah luas di hadapanku. Tiga hari lalu, kucabuti semua tanaman yang tumbuh di atasnya. Sengaja kukosongkan dan kupersiapkan lahan di pinggir kamarku ini untuk tempat tinggal Harum—calon maduku. 

 

 

“Manis, sepuluh tahun menjadi suamimu, aku telah dapat banyak harta. Sekarang aku sudah bisa berdiri di atas kaki sendiri. Aku tak membutuhkanmu lagi,” ucap suamiku pelan, saat aku menyambutnya pulang lembur di pagi hari—tiga hari yang lalu. 

 

 

“Lalu apa rencanamu?” Aku merespon dengan bertanya. Kugunakan bakat aktingku untuk menyembunyikan rasa terkejut dan sakit hati atas pernyataannya. 

 

 

Mas Wira menatapku malas, padahal kedua tanganku sudah terbentang  menantikan pelukannya. 

 

 

“Aku akan menikah lagi dengan pacarku. Harum namanya. Dia sangat cantik, dan lebih baik darimu dalam segala hal,” jawabnya. 

 

 

“Lalu bagaimana dengan aku?”

 

 

“Aku akan segera menceraikanmu.”

 

 

Hatiku telah mati saat itu juga. Lelaki yang sepuluh tahun lalu kupungut dari jalanan itu, berani berkata kasar dan bersikap kurang ajar. 

 

 

“Selain itu, apa alasanmu menceraikanku?” tanyaku tenang. 

 

 

“Kau lihat kondisimu. Kedua kakimu lumpuh, dan kau hanya bisa duduk di kursi roda. Apa yang bisa kuandalkan darimu? Bukannya melayaniku, kau malah akan merepotkanku nantinya.”

 

 

Aku tersenyum. Dia mengernyit keheranan, mungkin awalnya dia mengira aku akan menangis. 

 

 

“Tolong, jangan ceraikan aku,” kataku dalam senyuman. 

 

 

“Tapi aku sangat mencintainya. Dan aku tak membutuhkanmu lagi,” tolak suamiku. 

 

 

“Aku masih punya kekayaan yang belum kuberikan padamu. Kekayaan yang akan membuatmu tak perlu bekerja keras lagi seumur hidup,” tawarku. 

 

 

Senyum Mas Wira seketika merekah. Dia melempar tas-nya ke sembarang arah, lalu memelukku. “Aku tahu kau sangat-sangat kaya raya, sayang. Maafkan aku telah salah menilai, ternyata kau masih berguna untukku,” ucapnya. 

 

 

Mas Wira mencium keningku, aku membalasnya dengan senyuman.

 

 

“Sekarang, apa kau masih ingin menikahi Harum?” tanyaku. 

 

 

“Oh, ya. Kalau soal itu … aku sangat mencintainya. Tak mungkin aku meninggalkannya,” jawab suamiku. 

 

 

“Jadi, kau lebih memilih Harum daripada hartaku?” 

 

 

Tampak Mas Wira kebingungan memilih. “Manis, keduanya sangat berharga untukku,” jawabnya. “Bagaimana jika aku menikahinya, tanpa menceraikanmu? Dengan kata lain, kau jadi istri pertama, dan Harum jadi istri ke dua.”

 

 

Aku menunduk. Menunjukkan keberatanku padanya. 

 

 

“Ayolah, izinkan aku menikah lagi,” pinta Mas Wira. 

 

 

“Biarkan aku berpikir dulu. Tiga hari lagi aku akan memberikan jawaban,” ucapku lalu memutar kursi roda menuju kamarku. Tak lupa kupersembahkan senyumanku pada Mas Wira, sebelum aku berlalu dari hadapannya pada hari itu. 

 

 

Hari ini pun aku masih tersenyum, apalagi setelah tadi pagi aku memberikan jawaban. Tak sabar aku menunggu kedatangan calon maduku. 

 

 

“Manis, aku pulang.” Kudengar suara Mas Wira dari arah pintu depan. Segera kulajukan kursi rodaku ke sana, menuruni tangga yang dibuat khusus agar kursi rodaku bisa melaju di atasnya. Tangga ini seperti eskalator. 

 

 

“Akhirnya kau pulang, Mas. Di mana calon istrimu?” tanyaku setelah membuka pintu. 

 

 

Sesosok perempuan berparas ayu muncul dari belakang Mas Wira, rupanya wanita itu sembunyi di balik punggung suamiku. 

 

 

Wanita jalang itu, tersenyum kepadaku. 

 

 

“Selamat sore, Kak. Akulah calon istri suamimu,” ucapnya. 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Poison (Racun untuk Maduku)   Kemenangan

    Entah siasat apalagi yang dilakukannya. Harum begitu mudah mengecohku. Tapi aku yakin, yang berada dalam dirinya itu bukanlah sosok Bilqis—temanku—yang sesungguhnya. Wanita itu pasti memiliki ilmu untuk merubah dirinya menjadi orang lain dan bahkan makhluk lain. Dia benar-benar nenek sihir!“Tolong!”Kudengar suara teriakan minta tolong lagi dari dalam diri Harum, kali ini suara itu juga diiringi raungan kesakitan. Jelas bukan Harum yang berteriak, karena mulutnya tertutup rapat. Apalagi suara itu terdengar seperti suara Bilqis, tapi mungkinkah yang berada dalam diri Harum itu adalah Bilqis?Pikiranku kembali bimbang untuk memutuskan apa yang akan kulakukan. Bisa saja Bilqis memang berada dalam diri Harum, tetapi bisa saja itu adalah tipuan.Kutarik kembali pedang yang tadinya kuarahkan ke Harum, lebih baik kuulur waktu untuk menemukan jawaban

  • Poison (Racun untuk Maduku)   Melenyapkan Harum

    “Tolong temanmu itu!” seru Harum bernada mengejek. “Kau pasti mengira, temanmu itu yang sejak tadi berteriak minta tolong, bukan?” lanjutnya diiringi tawa jahat.“Katakan di mana dia!” cecarku.Harum malah tertawa semakin keras, menunjukkan gigi putihnya yang derderet rapi, hingga rongga mulutnya terbuka lebar. Ingin rasanya kuhunuskan pedang pusaka ke mulutnya itu, namun dia belum memberitahuku di mana keberadaan Bilqis sekarang. Temanku itu pasti sedang dalam bahaya!“Aku tidak akan memberitahumu,” jawabnya. “Silakan kau ancam aku, aku tak merasa takut sedikit pun, karena ternyata kemampuanmu tidak ada apa-apanya dibanding aku. Rumor yang beredar di luar sana rupanya hanya omong kosong belaka, mereka bilang kamu jahat dan pandai bermain ilmu hitam tapi kenyataannya kau tak bisa apa-apa selain minta tolong leluhurmu itu. Dan lebih parahnya l

  • Poison (Racun untuk Maduku)   Permainan Harum

    "Apa yang terjadi?" tanyaku"Katanya, Harum tiba-tiba gusar dan mengajak Mas Wira pulang. Dia menutup perusahaan selama beberapa hari.""Berani sekali dia!" Kupukul dinding tempatku bersandar."Aku langsung mendatangi rumah penjaga keamanan untuk meminta kunci kantor, dan pabrik. Setelah kembali ke kantor, kuperiksa semua dokumen di ruangan Wira. Dan aku menemukan beberapa berkas penjualan kebun dan pabrik. Berkas itu tinggal menunggu tanda tangan darimu," lanjut Bilqis."Itu semua tidak akan terjadi. Aku tak akan pernah menandatangani berkas itu," kataku."Tentu saja, karena aku pun sudah merobeknya!"Aku mendekat, duduk di samping Bilqis. "Lagipula Mas Wira sudah mati dibunuh Harum," kataku.

  • Poison (Racun untuk Maduku)   Malam Mencekam

    “Kau sudah tahu siapa diriku sebenarnya, bukan?” lanjutnya menebak dengan benar. “Bagaimana perjalananmu ke Jurang Cilaka? Aku cukup terkejut melihatmu pulang dengan selamat. Tapi sayang sekali kau datang terlambat, jadi aku harus mengganti tumbal ajianku dengan mengorbankan Mas Wira. Padahal, aku berniat menumbalkan nyawamu, Manis! Dan kau malah terlambat datang, sementara waktu persembahan sudah sangat mendesak. Dan sayangnya lagi … suamimu ini harus mati percuma, karena kau telah membunuh Tengkorak sialan itu. Baguslah, aku jadi tak perlu berurusan dengannya lagi.”Harum menatap dengan tatapan merendahkanku. Dia melihatku yang terduduk di kursi roda, dari ujung kaki hingga ujung kepala. Rupanya dia sudah tahu apa saja yang kulakukan di Jurang Cilaka. Tapi bagaimana dia bisa mengetahuinya?“Sekarang giliranmu yang dikubur di sini, Manis,” tambah Harum dengan tawa jahatnya. &ldquo

  • Poison (Racun untuk Maduku)   Kuburan Siapa?

    "Bagaimana kalau aku tak mau membantumu?""Aku tak akan membiarkanmu keluar dari tempat ini. Matilah kau perlahan di dasar jurang sana!" Ancam Kakek Tengkorak, dari lubang bola matanya memancarkan api kuning kemerahan."Aku juga sangat membutuhkan wanita bernama Harum. Tak mungkin kuserahkan dia padamu," balasku jujur.Api itu masih belum padam, kini kobarannya keluat dari lubang dan hampir menyambar wajahku. Beruntung aku dapat menghindar."Akulah yang pertama kali mengikat jiwanya. Tak ada yang bisa merebutnya!" ujar Kakek Tengkorak.Aku berpikir sejenak. Mencari jalan terbaik untuk memecahkan permasalahan ini. Wanita yang dimaksud itu pasti Harum maduku, tak ada lagi wanita licik penganut ilmu hitam selain dirinya.

  • Poison (Racun untuk Maduku)   Permintaan yang Sulit

    “Bastian, aku tahu tempat ini sangat mematikan. Tapi percayalah, aku bisa keluar dari tempat ini dengan selamat. Kumohon, jangan persulit situas. Kau tak butuh pedangmu lagi, lebih baik berikan padaku. Aku membutuhkan pedang itu untuk menyelamatkan orang-orang terdekat kita!” balasku setengah berteriak dan menekankan nada pembicaraan.Aku mulai kesal dengan arwah Bastian yang sangat keras kepala.“Tidak mungkin kau bisa selamat, Manis!” bantahnya.Kesabaranku mulai habis. Saat masih hidup maupun sudah mati, Bastian selalu menyebalkan. Dia selalu berpikiran buruk tentangku. Tak hanya dia, bahkan semua orang selalu menilaiku dengan buruk. Hanya karena aku memiliki kelebihan spiritual, mereka kira aku penyihir. Kenapa tidak ada satu orang pun yang percaya bahwa aku ini manusia biasa seperti mereka? Aku hanya memiliki sedikit ‘kelebihan’ yang berbeda dari me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status