“Lo memang dari dulu ngajak ribut terus ya, Ton.”
Anton memohon ampun mereka pun kembali berpelukan melepas rindu. Entah sudah berapa tahun mereka tak pernah berjumpa lagi, mungkin cukup lama. Ayumie menatap temannya itu dari ujung kaki sampai ujung kepala.
Anton yang dulu ia kenal kini sangat berbeda jauh sekalipun pria itu seorang gay, tapi dulu pria itu masih maco dan sekarang… Ayumie mengusap dada ada kesedihan yang mendalam dengan perubahan Anton yang besar-besaran dan ada rasa insecure karena temannya itu tak lagi macho tapi semakin cantik sekalipun tubuhnya gempal.
“Jangan panggil gue, Anton terus dong, Yum. Angela. Ingat Miss Angela. Anton sudah mati, gue udah ganti apem nggak terong lagi.”
Mata Ayumie nyaris keluar mendengar kabar
“Kamu tidur?” tanya Batara serupa bisikan lembut di telinga Ayumie.Tangannya tak henti mengusap punggung kecil yang memeluknya, isak tangisnya sudah tak terdengar lagi sejak beberapa menit lalu. Mungkin Ayumie tertidur setelah menumpahkan air matanya yang membasahi setengah punggung kemejanya.Si janda yang biasanya selalu menantang, kebal cacian dan makian, bertingkah seenaknya kini terlihat rapuh menangis di pundaknya. Caranya yang menangis persisi seperti bocah lima tahun yang sedang merajuk, dia tidak menunjukan wajahnya.“Kepalamu pasti makin sakit—ya?” tanya Batara lagi ketika mendapatkan jawaban serupa gelengan kepala. Ayumie belum tidur.Batara menarik tubuh kurus yang duduk diatas pahanya, dia menolak dan tak melepaskan pelukannya
“Mbak Ayumie berkelahi sama aa Harry.” Jawaban Fani membuat Batara semakin dibuat bingung.Ayumie berkelahi? Batara diam dengan ketidak percayaan dibalik tatapannya pada wanita memejamkan matanya. Namun, dari cahaya minim yang menerangi mereka Batara bisa melihat pipi Ayumie yang memerah dan lebam. Kedua tangannya yang mulus pun terluka dan berdarah yang dibiarkan begitu saja tanpa diobati.“Tapi dua orang yang tadi sama Aa Hary masih ada di sana, Aa,” tunjuk Fanny pada satu wanita dan juga dua pria di tempat kejadian pemukulan tadi.“Bangun, Ay?” Batara mengguncang tubuh kurus Ayumie agar wanita itu sadar.Ayumie menaikan pandanganya lalu menatap pria di depannya dengan bibir yang bergetar dan air mata yang berjatuhan. Batara merapikan rambut Ayumie dan memegangi rambut panjangnya untuk melihat si janda ini yang terlihat bersedih.“Kenapa sakit, hm?”Ayumie manggut-manggut pelan, tapi luka-luka di sekujur tubuhnya tak sebanding dengan rasa sakit hatinya yang terus dipermainkan oleh p
“Gimana sudah ketemu, Fan?”Ayumie kembali bergabung dengan Anton dan Fani, Anton mendelik ketika melihat Ayumie yang melepaskan jaket hitamnya, kaos bergambar doraemon berlengan pendek itu menunjukkan lekuk tubuh Ayumie.“Ya ampun, Yet. Lo kurusan banget? Apa separah ini hidup lo sampai tubuhmu kurus kayak tengkorak hidup?”Ayumie mendesah lelah, ini temannya yang satu maunya apa sih. Apa tidak lelah sejak tadi ngajak berdebat terus dan sekarang body shaming dengan tubuhnya yang kurus kerontang?Ayumie memilih mengabaikan pertanyaan Anton dan menghentikan Fani yang mulai mengambil gelas berisi beer.“Jangan minum banyak-banyak, Fan.” Ayumie mengingatkan pada gadis kampung itu.
“Kenapa lo ada disini, hmm?”Suara barrington milik Batara membuat wanita itu tersentak kaget. Sebelum berbalik badan, dia buru-buru menghapus air matanya.“Astaga, kenapa lo ngagetin gue sih, Bata!” Wanita itu mengatur degupan jantungnya. “Ngapain juga lo ada disini? Lo lagi razia café?” katanya diiringi tawa.Batara berdecak lidah seraya melepaskan jaketnya untuk menutupi tubuh wanita itu yang tengah duduk seorang diri di tengah malam Kota Bandung yang cukup dingin.“Ini sudah malam. Kenapa ibu hamil kayak lo ada di tempat terbuka? Apa lo nggak kasihan sama calon keponakan gue itu, Put!”Wanita itu—Putri Ayuma istri Joshua. Putri tersenyum lebar pada Batara sekali
“Lo memang dari dulu ngajak ribut terus ya, Ton.”Anton memohon ampun mereka pun kembali berpelukan melepas rindu. Entah sudah berapa tahun mereka tak pernah berjumpa lagi, mungkin cukup lama. Ayumie menatap temannya itu dari ujung kaki sampai ujung kepala.Anton yang dulu ia kenal kini sangat berbeda jauh sekalipun pria itu seorang gay, tapi dulu pria itu masih maco dan sekarang… Ayumie mengusap dada ada kesedihan yang mendalam dengan perubahan Anton yang besar-besaran dan ada rasa insecure karena temannya itu tak lagi macho tapi semakin cantik sekalipun tubuhnya gempal.“Jangan panggil gue, Anton terus dong, Yum. Angela. Ingat Miss Angela. Anton sudah mati, gue udah ganti apem nggak terong lagi.”Mata Ayumie nyaris keluar mendengar kabar
“Astaga,” Ayumie mendesah berat, rasa kantuknya begitu hebat menyerangnya saat Ayumie membaca satu persatu dari ratusan ribu komentar penggemarnya.Ayumie memiliki banyak referensi untuk menulis novel baru untuk para penggemarnya yang sudah merindukan karyanya. Namun, baru beberapa ribu kata ia tulis, matanya sulit diajak kompromi padahal ia sudah menghabiskan dua cangkir kopi malam ini.Mungkin tubuhnya sangat lelah dengan aktivitas seharian yang padat. Memasak, mengantarkan makanan bahkan Ayumie sampai mendatangi dua korban penipuan yang serupa bersama Batara. Ayumie menutup layar laptopnya setelah menyimpan file penting itu, ia berjalan melewati pintu mengunci pintu-pintu rumahnya sebelum tidur.Ayumie terdiam sesaat ketika membuka pintu kamarnya, seragam coklat yang tergantung di samping lemari
“Kamu mau pesan hidangan utama apa?” Bibirnya terus mengulum senyum bahagia, hatinya tak kalah berbunga karena satu impian terbesarnya kini jadi nyata.Sebelum ini dia tak pernah membayangkan hal ini akan terjadi, si tampan dingin dan cuek itu tiba-tiba menghubunginya lebih dulu mengajaknya—memintanya untuk memilih tempat untuk dinner bersama.Restoran X ternama di kota Bandung menjadi tempat paling romantis untuknya sekalipun tidak ada mawar merah, tidak ada jas mahal atau kemeja branded yang dikenakan calon suaminya itu meski outfitnya makan malam di restoran mewah ini sedikit terganggu wanita tak lain Cantika tetap senang karena ajakan Batara.“Aku sudah lebih dulu memesan hidangan pembuka untuk kita,” nada suaranya terdengar antusias.Cantika ingin malam ini sempurna, tidak hanya restorannya makanannya pun harus special apalagi dia memesan menu pembuka paling best seller di restoran ini.“Char Grilled Sirloin Steak and red wine.” Batara memberikan buku menu itu pada pelayan dan ta
“Kita sudah sampai, Ndan.” Perkataan Ayumie menarik Batara dari lamunan, dia masih memikirkan tentang ponsel yang mengenaskan ini.“Tunggu disini seben—““Bukannya waktu itu kamu pergi bersama Gumilar membeli ponsel baru?”Ayumie menatapnya Batara masih membahas tentang ponselnya. “Tidak jadi. Saya pulang ke rumah karena anak saya menangis terlalu lama saya tinggal di rumah.”Akira menghubunginya ketika sampai di pusat elektronik memberitahukan putrinya yang terus menangis karena Ayumie terlalu lama pergi. Padahal bocah gembul itu sudah bersama ibu kandungnya tapi kebiasaan Via yang selalu bersama Ayumie sejak bayi merah membuat Akira tak bisa menangani rengekan putrinya.
“Syaratnya apa, sih?”Bukannya Ayumie tak sabar menunggu apa yang ingin disampaikan pria itu tapi ini sudah 10 menit Ayumie menunggu dan Batara masih belum kunjung memberitahukan syarat yang diminta. Batara hanya duduk diam dan menatapnya.“Haish, anda terlalu kelamaan mikirnya, Ndan.”Ayumie kembali menghampiri Batara dengan wajah yang kesal. Diraihnya tangan kekar pria itu untuk bangun dari duduknya lalu perlahan jemarinya turun kebawah pada telapak tangan besar Batara lalu menggenggamnya.“Saya nggak ada waktu lagi buat nunggu syarat yang anda inginkan, Ndan.”Bisakah Ayumie mengartikan ekspresi Batara yang menatapnya ketika jari-jarinya bersatu dengan jari kecil Ayumie apalagi saat Ayum