Share

Satu Kantor

Tak ada kesempatan bagi Saras untuk kabur atau sekedar berbalik arah lalu pergi dari hadapan Kavindra yang tengah menatapnya lima meter di depan sana.

"Siapa sebenarnya laki-laki ini? Kenapa bisa secepat ini dia tau semua hal tentangku? Bahkan alamat apartemen ini .... Kavindra bisa dengan cepat berada di sini. Berbahaya sekali!!"

Kurang lebih begitu isi pikiran Saras ketika lututnya yang masih lemas karena begitu syok, kini harus dipaksa melangkah menuju Kavindra yang masih setia berdiri di depan pintu apartemennya.

Ada perasaan gugup juga takut yang sedang Saras coba tutup-tutupi saat ia terus berjalan mendekat dan berniat langsung menjelaskan semuanya pada laki-laki itu bahwa .... posisinya di sini ia hanya disuruh dan bukan karena keinginannya sendiri.

"Ka-kamu .... kenapa sampai tau apartemen saya?"

Saras mencoba menekan ketakutannya dengan berpura-pura berani memunculkan wajah tak suka dan marah karena Kavindra mencari tau secara diam-diam di mana tempat tinggalnya. 

Padahal itu sesuatu yang privasi dan Saras tidak terima seseorang membuntuti dirinya.

Tapi sebelum mulut laki-laki itu terbuka dan menjawab pertanyaan Saras tadi, perempuan itu kembali bersuara dengan nada tegas dan berani.

"Dengar ya!! Jangan salah paham tentang pertemuan kita malam ini karena saya hanya berniat menggantikan Alita untuk datang di kencan buta bersama kamu. Tentu saja ini sama sekali bukan kemauan saya!!"

Ada senyum miring dengan satu alisnya yang terangkat pada wajah tampan Kavindra, yang itu terlihat menyebalkan sekali bagi Saras yang melihatnya karena merasa diremehkan.

"Begitu? Tapi ... saya sungguh akan berterima kasih pada Alita karena telah memberi tau saya kalah sahabatnya ternyata secantik ini. Saya suka, kamu tipe saya sekali, Saras."

Saat satu tangan laki-laki itu hendak menyentuh sisi wajah Saras, langsung saja Saras menepisnya kasar dan mengeluarkan pelototan tajamnya untuk Kavindra.

"Jangan macam-macam!!" geram Saras dengan nada marah.

"Santai, Baby. Jangan banyak mengeluarkan tenaga untuk marah-marah malam ini. Karena besok ... kita akan bertemu lagi."

Kemudian esoknya, Saras mendapati paginya yang buruk.

Perempuan umur dua puluh empat tahun itu berlarian mengejar lift yang pintunya hampir menutup sepenuhnya.

Beruntung seseorang di dalam lift sana menahan pintu agar tetap bisa terbuka dan Saras akhirnya bisa bernafas lega setelah berhasil ada di dalam lift bersama karyawan lainnya.

"Terimakasih," kata Saras sembari menoleh ke arah samping dan menemukan Dion berdiri di sana dengan senyum lebar andalannya, seperti biasa.

"You're welcome, Baby."

Tolong jangan langsung baper bagi kaum Hawa yang dipanggil dengan sebutan Baby atau Sayang oleh Dion yang terkenal di kantor sebagai playboy kelas kakap!!

Karena jelas Dion mengucapkan kalimat manis lainnya tidak hanya pada satu perempuan, tapi hampir seluruh karyawan perempuan di kantor ini, tapi yang masih belum menikah tentunya.

"Pasti bangun kesiangan?" tebak Dion yang ternyata masih ingin mengobrol dengan Saras selama lift membawa mereka menuju lantai lima belas.

Kembali lagi pada pertanyaan Dion tadi, Saras meng-iyakan tebakan tadi karena penampilannya yang tak begitu rapih pagi ini tentu bisa dengan mudah ditebak oleh orang yang melihatnya kalau Saras memulai paginya dengan tidak terlalu mulus.

"Hmm begitu lah."

"Besok aku jemput kamu deh. Mau ya?"

Tawaran tersebut tidak langsung Saras jawab karena bertepatan dengan pintu lift yang terbuka dan ia lebih dulu keluar dari sana. 

Tapi tidak dengan Dion yang pekerjaannya ada di lantai enam belas.

Langkah kakinya belum bisa santai karena setelah keluar dari lift, Saras kembali berlarian demi mengejar waktu meeting yang akan dimulai lima menit lagi.

Karena yang dipikirkannya hanya tentang waktu yang terus bergerak maju, Saras berusaha untuk tidak telat masuk ke ruang meeting sampai ia terus berlari tanpa memperhatikan sekitar.

Lalu tanpa bisa dicegah, larinya yang ceroboh itu berhasil membuat tubuhnya bertabrakan dengan tubuh seseorang.

"Aduuhh!!"

Yang berakhir mengenaskan dengan tubuh lemah Saras jatuh terduduk di lantai, sedangkan orang yang ditabraknya masih kuat untuk berdiri seolah tabrakan Saras tidak berefek apa-apa pada keadaanya kini.

Dari posisi terduduknya kini, kedua mata Saras mendapati ada tiga pasang kaki milik seorang pria yang ada di hadapannya kini.

"Hai Babe, are you okay?"

Pandangan mata Saras seketika terangkat begitu mendengar suara orang yang sepertinya ia pernah dengar.

Lalu saat akhirnya ia bisa melihat siapa yang sedang menekuk lutut di hadapannya kini, raut wajah Saras langsung speechless dengan kedua bola matanya yang membulat sempurna.

Sosok laki-laki yang datang ke apartemennya semalam, kini nyata ada di hadapannya.

"See? Kita akan bertemu lagi hari ini kan?"

Satu jam setelah jiwanya terguncang hebat karena bertemu Kavindra di kantornya, kini Saras duduk di kubikel tempat kerjanya dengan pandangan kosong tertuju pada layar komputer yang baru saja dinyalakan.

Meeting yang tadi ia hadiri juga ternyata membahas tentang pengangkatan CEO baru di kantornya yang gak lain adalah Kavindra Bagas.

"Kok bisa?!"

"Kenapa harus Kavindra?!"

"Apa lebih baik aku resign aja ya?"

"Duh, tapi nanti jadi pengangguran dong?"

Seperti itulah bayangan tentang berisiknya isi kepala Saras di jam kerjanya sekarang.

Hal yang paling disesali oleh Saras adalah menuruti permintaan Alita untuk menggantikannya datang di kencan buta malam tadi.

Laki-laki yang dicemaskan Saras itu bisa-bisanya dengan enteng menyatakan rasa tertariknya pada Saras di saat yang seharusnya Kavindra sukai adalah Alita, pasangan kencan buta yang sesungguhnya.

Ini kalau Alita sampai tau tentang apa yang terjadi, Saras jadi mengkhawatirkan hubungan pertemanannya dengan Alita akan bagaimana ke depannya nanti.

"Gak!! Gak boleh pokoknya!! Lagian aku gak suka juga sama cowok playboy kaya dia," batin Saras yang terus menghalau segala kemungkinan buruk karena telah berurusan dengan Kavindra.

"Lagi mikirin apa sampai geleng-geleng kepala, hmm?"

"Astaga!!!"

Saras berjingkrak kaget saking syoknya ia menemukan seseorang yang entah sejak kapan sudah berdiri di depan kubikelnya kini.

Lebih terkejut lagi saat tau bahwa yang berdiri di hadapannya adalah sang CEO!!

Buru-buru Saras berdiri dari posisi duduknya dan baru menyadari orang-orang di sekitar kubikelnya sedang mencuri-curi lihat dan dengar ke arahnya yang kini sedang didatangi oleh Kavindra.

Sebuah kejadian langka ketika petinggi perusahaan mau meninjau langsung karyawannya di ruang kerja.

"A-ada yang bisa .... saya bantu, Pak?"

Saras bertanya sembari menundukkan pandangan dan jelas ia menyadari perbedaan sikapnya tadi malam dengan saat di kantor, ketika tau kalau sekarang Kavindra menjadi atasannya.

"Banyak! Datang ke ruangan saya sekarang!!"

Kesepuluh jari Saras bergerak gelisah saat langkahnya mulai mendekati ruang CEO yang sebelum ini jarang sekali Saras masuk ke ruangan bosnya dulu.

Setelah memenangkan diri di depan pintu ruangan yang tertutup, tangan Saras mulai mendorong gagang pintu dan pintu tersebut langsung terbuka.

Tapi detik berikutnya, mulut Saras langsung terbuka lebar karena terkejut melihat apa yang sedang terjadi di meja kerja bosnya tersebut.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status