Share

Predator Kota
Predator Kota
Author: Andi_At98

Bab 1 : Berangkat ke kota

Amat adalah seorang ahli beladiri silat banjar atau yang biasa disebut kuntaw. Selain ahli beladiri dia juga merupakan ahli ilmu tenaga dalam. Namanya tersohor kemana-mana, orang-orang biasanya memanggilnya dengan nama Abah Amat. Walaupun, umurnya sekarang baru 28 tahun. Selain dia seorang ahli beladiri dan tenaga dalam, dia juga merupakan orang yang lemah lembut dan santun kepada semua orang. Dia selalu berkata lawan satu sudah terlalu banyak, teman seribu tidaklah cukup. Dan dia selalu mengajarkan tentang ilmu padi dan ilmu pohon kepada anak-anaknya. Pepatah mengatakan padi yang semakin berisi, semakin merunduk dan pohon yang semakin tinggi, semakin kuat tiupan angin. Tak lupa juga dia mengajarkan tentang ilmu-ilmu kebatinan dan agama. Hal tersebut dia lakukan karena dia tidak ingin anak-anaknya salah arah dan hidup seperti dia waktu muda. Karena dulu dia adalah mantan seorang pimpinan preman yang menguasai sebuah wilayah dan bertanggung jawab atas beberapa kasus pembunuhan dan teror.

Pada saat itu dia masih muda kira-kira masih berumur delapan belas tahun dan waktu itu ibunya sudah meninggal dunia. Pagi itu seperti biasa dia pergi ke sawah untuk membantu ayahnya bertani. Tiba-tiba sahabatnya yang bernama kamal datang dan memberi tahu bahwa dia akan pergi ke kota untuk mencari kerja.

Dia sempat kaget dan bertanya kepada kamal, "Dimana kamu akan bekerja?".

"Ya cari aja dulu," kata Kamal.

"Kalo ga nyari, ya ga akan ketemu." sambung Kamal sambil tersenyum.

"Memangnya, sudah kamu pikirin masak-masak keputusan kamu ini?" jawab Amat.

Kamal berkata, "iya sudah aku pikirin masak-masak kok! ... lagi pula aku merantau ingin merubah nasibku, aku tak ingin terus hidup bagaikan katak dalam tempurung," pungkasnya sambil memandang langit yang tampak biru itu.

Amat sangat mengerti keinginan sahabatnya ini. Sebagai seorang yatim piatu yang miskin, Kamal selalu mempunyai keinginan yang tinggi.

Dia hanya sanggup berkata, "Jaga dirimu di sana sobat dan jangan lupa kembali!." jawab Amat sambil memeluk sahabatnya itu.

Kamal berpamitan dan berjanji akan mengajak Amat bersamanya dikemudian hari. Kemudian, Kamal pun pergi meninggalkan Amat yang kembali bekerja. 

Hari demi hari berlalu, tak terasa sudah setahun sejak kepergian Kamal ke kota. Hari itu, seperti biasanya Amat pergi ke sawah untuk membantu Ayahnya di sana. Namun, setelah pulang dari sawah dia menemukan sepucuk surat yang dikirim oleh Kamal dari kota. Isi surat tersebut Kamal mengajak beliau untuk bekerja di kota. Kamal mengatakan bahwa kerja di kota itu enak, bebas, gajinya lumayan, dan sebagainya. Karena tergiur oleh rayuan Kamal dan keinginan untuk hidup lebih baik membuat dia memutuskan untuk berangkat ke kota.

Dia meminta izin kepada ayahnya agar diizinkan berangkat ke kota. Dengan berat hati akhirnya ayahnya mengizinkannya untuk bekerja ke kota.

Ayahnya berkata "Lain ladang lain belalang lain kolam lain ikannya, lain orang lain kepala lain pula hatinya!".

Disini ayahnya mengajarkan kepada Amat agar selalu berhati-hati di kampung orang. Amat hanya mengangguk mendengar kata-kata itu.

Kemudian ayahnya menambahkan, "Dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung, artinya dimana kita berada kita harus bisa menyesuaiakan diri."

Amat membalas dengan berkata "Semua pesan dari Ayah akan aku jadikan pedoman hidupku di kota ... restu Ayah adalah kunci kesuksesanku!".

Setelah mengatakan itu dia pun sujud di kaki Ayahnya kemudian, dia bangkit dan segera pergi menyusul Kamal ke kota.

Perjalan panjangnya telah dimulai. Dari dalam taksi dia terus memperhatikan sekeliling yang tampak asing baginya. Apalagi, saat taksi itu memasuki kota matanya seakan-akan terbelalak melihat pemandangan gedung-gedung mewah yang menjulang tinggi. Hilir mudik manusia di sekelilingnya, membuat dia merasa seperti bukan dirinya. Karena memang ini adalah pertama kalinya dia pergi ke kota. Tak lama kemudian taksi itu berhenti di sebuah terminal dan dia turun disana. Sesuai dengan arahan sahabatnya, dia harus pergi ke pelabuhan dan nanti akan bertemu Kamal di sana.

Waktu itu, Amat hanya membawa bekal pakaian dan uang untuk beberapa hari saja. Karena menurut kamal di tempat kerja nanti semua kebutuhan seperti makan dan tempat tinggal sudah disiapkan. Setelah perjalan dengan ojek selama sepuluh menit, Amat harus menunggu beberapa menit lagi sampai Kamal tiba. Setelah menunggu kira-kira 15 menit, kamal tiba-tiba datang dari belakang untuk mengagetkannya.

Di sana mereka berpelukan layaknya sahabat yang sudah lama tidak bertemu.

Kamal memulai obrolan dengan berkata, "Bagaimana kabarmu sobat?".

"Aku baik! seperti yang kau lihat sekarang," jawab Amat.

"Bagaimana kabar sahabat-sahabat kita di kampung?," tanya kamal kembali.

Amat menjawab, "Mereka juga baik dan masih sama seperti dulu."

Mendengar itu Kamal kemudian berkata, "Itulah mereka yang tidak punya kemauan yang kuat untuk sukses dan akhirnya begitu-begitu saja!".

"Ya begitulah kehidupan di kampung, hal itulah yang membuat aku kesini" Amat membalasnya.

Mereka terus mengobrol sambil berjalan menuju tempat kerja kamal. Ternyata kamal bekerja sebagai buruh di pabrik flywood. Kemudian, ayahku diajak bertemu bosnya untuk wawancara. Setelah bertemu dan melakukan wawancara, akhirnya Amat diterima bekerja di sana da besok sudah bisa bekerja. Kemudian, kamal mengajak Amat untuk ke mes tempat mereka tinggal.

Mes tersebut terlihat sangat berantakan dan tak terurus. Hal itu terjadi karena para penghuni mes sangat sibuk bekerja dan jarang memperhatikan tempat tinggalnya. Bayangkan saja, mereka harus bekerja dua belas jam sehari. Itupun belum termasuk lembur. Memang gajih di sini cukup besar tetapi juga melelahkan. Ditambah lagi banyak dari mereka merupakan para pencandu miras dan narkoba jenis lainnya.

Kamal membawa Amat untuk masuk ke kamarnya. Di sini lah nanti Amat akan tidur dan istirahat. Memang kamarnya tidak terlalu besar tetapi, cukup untuk mereka berdua. Amat mengeluarkan beberapa pakaiannya dan menarohnya pada lemari pakaian di sana.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status