Share

Membatalkan pertunangan

last update Last Updated: 2023-03-09 04:58:45

Rihana memejamkan mata saat mendengar suara berat pria yang tidur bersamanya. Tubuhnya masih mematung di belakang pintu, hingga Rihana tidak mendengar lagi suara pria itu. Dia pun memberanikan diri menoleh untuk melihat apakah pria itu bangun. Saat kepala baru saja memutar beberapa derajat, Rihana baru menyadari jika pria itu masih tidur dan hanya berganti posisi.

Pria yang tidur dengan Rihana sekarang berbaring miring memunggungi pintu, hal itu membuat Rihana bisa bernapas lega. Terbesit sebuah ide dalam pikiran, Rihana membuka tasnya dan mengeluarkan buku catatan juga pulpen. Dia menulis sesuatu di selembar kertas, setelah selesai berjalan kembali ke ranjang, meletakkan selembar kertas itu di nakas, lantas buru-buru pergi.

“Dengan begini, dia tidak akan lagi mencariku,” gumam Rihana saat keluar dari kamar.

Rihana pulang ke rumah orangtuanya. Saat baru sampai di rumah, wanita itu langsung menemui ayahnya—Candra. Rihana hendak menyampaikan sesuatu yang penting kepada sang ayah.

“Jangan gila kamu!” Candra begitu murka mendengar apa yang diucapkan Rihana, saat mereka bicara di ruang keluarga.

“Aku tidak gila, Pa! Aku tidak mau menikah dengan pria tukang selingkuh!” Rihana mengatakan ingin membatalkan pertunangan dengan Adam—tunangannya.

“Kamu memang keterlaluan, Ri! Adam itu pria baik-baik dan dari keluarga terpandang, tapi kamu tidak memiliki rasa syukur dan malah ingin membatalkan pertunangan kalian! Apa kamu pikir papa tidak tahu dengan yang kamu lakukan? Kamu ingin membatalkan pertunangan karena kamu yang berselingkuh, ‘kan!” amuk Candra dengan bola mata membulat sempurna, menatap tajam Rihana yang duduk di hadapannya.

Rihana sangat terkejut dan syok, kenapa kini dia yang dituduh selingkuh.

“Apa Maksud Papa menuduhku? Adam yang berselingkuh, bukan aku!” Rihana mencoba membela diri.

Candra tersenyum miring mendengar putrinya berbohong, hingga dia kemudian mengambil ponsel di meja, lantas membuka sesuatu dan meletakkan kembali di meja tepat di hadapan Rihana.

“Lihat! Lihat kelakuanmu! Papa awalnya ingin diam karena wajar jika seseorang hanya ingin bermain-main. Tapi karena kamu sudah bersikap seolah kamulah korban, membuatku tidak terima. Kamu keterlaluan dengan memfitnah, untuk menutupi kesalahanmu! Kamu memang tidak tahu diri!” Candra dengan kejam mencaci dan menuduh Rihana, tidak percaya kepada putrinya sendiri hanya karena sebuah foto.

Rihana begitu terkejut mendengar semua ucapan ayahnya, hingga mengambil ponsel sang ayah dan melihat foto apa yang diperlihatkan oleh pria itu.

Bola mata Rihana membulat sempurna, di sana terdapat foto dirinya di klub dan sedang didekati oleh pria tidak dikenal. Rihana yakin jika ada yang membuntuti dirinya, kemudian memfitnahnya dengan mengirimkan foto itu ke Candra.

“Selama Adam tidak mengatakan untuk membatalkan pertunangan kalian, maka aku tidak akan pernah membatalkan pertunangan ini,” tandas Candra begitu tegas, memperlihatkan kekuasannya di rumah itu.

Rihana menggenggam erat ponsel yang dipegang, menatap tajam ke sang ayah yang tidak pernah membelanya, dan selalu saja menuduhnya tanpa bukti. Hingga Rihana pun berkata, “Aku tetap akan membatalkan pertunangan ini, tanpa atau dengan persetujuan Papa. Jika Papa masih bersikukuh agar aku menikah, maka Papa saja yang menikah dengannya.”

“Jangan mengada-ada kamu, Ri! Pernikahan kalian kurang satu minggu, beraninya kamu mengambil keputusan untuk membatalkannya!” Candra begitu murka saat mendengar Rihana bersikukuh ingin membatalkan pertunangan itu.

Rihana meletakkan ponsel sang papa di meja dengan sedikit kasar, hingga menatap Candra dengan ekspresi wajah benci dan kesal karena tidak pernah sekalipun Candra percaya dan membelanya.

“Sudah kubilang, jika Papa bersikeras ingin menikahkanku dengan pria sampah itu, maka silakan Papa saja yang menikah dengannya!”

Setelah mengucapkan itu, Rihana pergi meninggalkan sang papa, berjalan menuju tangga agar bisa naik ke kamarnya.

“Rihana! Rihana! Kamu memang anak kurang ajar!” amuk Candra yang sangat emosi.

Rihana berjalan menuju anak tangga, hingga berpapasan dengan Meghan—istri pertama Candra.

“Baru pulang. Dari mana kamu semalaman? Apa baik seorang wanita yang akan menikah, malah kelayaban dan baru pulang saat pagi hari?” Meghan bicara dengan nada sindiran, bahkan melirik sedikit menghina Rihana.

Rihana melirik tajam ibu tirinya, menebak kalau wanita itu pasti sudah mendengar perdebatannya dengan Candra, lalu kini pura-pura bertanya padahal tujuannya untuk menghinanya.

“Mau ke mana dan pulang jam berapa, itu urusanku! Tidak perlu menasihatiku, karena aku tahu apa yang kulakukan!” ketus Rihana, kemudian berjalan melewati Meghan dengan cepat.

Meghan sangat geram, Rihana terus membangkang dan sangat susah diatur. Wanita itu memang tidak pernah menyukai keberadaan Meghan di rumah itu, membuat keduanya tidak akur dan selalu terlibat percekcokan.

Meghan akhirnya menghampiri Candra, melihat suaminya memijat kening karena sedang emosi dengan kelakuan Rihana.

“Sayang, kamu baik-baik saja?” Meghan selalu bersikap lembut jika bersama Sandra. Sangat bertolakbelakang saat bicara dengan Rihana.

“Rihana selalu membuatku naik darah.” Candra terus memijat keningnya.

Meghan melihat kesempatan untuk mempengaruhi Candra. Kedua tangan memegang pundak sang suami, lantas memijat dengan lembut, sambil mengajak bicara Candra untuk melancarkan aksinya memprovokasi.

“Sayang, Rihana semakin dewasa, malah semakin tidak benar kelakuannya. Aku tadi dengar dia ingin membatalkan pernikahan yang akan berlangsung satu minggu lagi. Aku berpikir kalau Rihana kali ini sudah keterlaluan. Kamu seharusnya lebih tegas kepadanya, agar dia terus berbuat seenaknya. Lagi pula, jika membatalkan pernikahan ini, itu artinya akan mempermalukan keluarga kita juga. Apa kamu akan diam saja keluarga kita dipermalukan terus menerus oleh Rihana?” Meghan selalu saja memprovokasi Candra, jika itu menyangkut masalah Rihana.

Candra menoleh Meghan yang duduk di sampingnya, hingga kemudian bertanya, “Apa yang sebenarnya ingin kamu katakan?”

Meghan tersenyum kecil, lantas menjawab, “Beri efek jera ke Rihana, kita tidak bisa terus membiarkannya membuat keputusan sesuka hatinya. Katakan kepadanya, jika dia tidak mau melanjutkan pernikahan dengan Adam, maka cabut semua fasilitas yang dia miliki, serta kalau perlu ancam dia menggunakan jabatannya.”

Meghan bukan sekadar memprovokasi, itu adalah cara agar dia bisa menyingkirkan Rihana dari rumah itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (10)
goodnovel comment avatar
Ratna Nurhamidin
pasti si ibu tirinya yg merencanakan semuanya betul kan
goodnovel comment avatar
Supriyonosusanto
ibu tukang hasut perlu kasih pelajaran
goodnovel comment avatar
Sari 💚
itu ayahnya ga ada niat nyari tau gitu, demi kebahagiaan putrinya harusnya cari tau dulu benar atau ga
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Presdir Dingin itu, Ayah dari Putraku    Akhir

    Melvin menunggu di depan ruang operasi dengan perasaan yang sangat cemas. Kandungan Rihana sangat baik saat pemeriksaan sebelumnya, hingga membuat Melvin tidak menyangka jika akan ada masalah seperti sekarang. “Dia pasti baik-baik saja. Mungkin Rihana hanya kelelahan sehingga bayinya sungsang dan ada pendarahan,” kata Mario mencoba menenangkan Melvin. Melvin mengusap kasar wajah. Apa pun alasannya, dia tetap saja mencemaskan kondisi Rihana, terlebih sebelumnya Rihana selalu berkata jika perasaannya sangat damai. “Berdoa agar semua berjalan lancar,” ucap Mario kemudian. Mario masih di sana menemani Melvin. Simbok juga masih di sana untuk berjaga-jaga siapa tahu Melvin membutuhkan bantuannya. Setelah menunggu lama, akhirnya seorang perawat keluar dari ruang operasi. Melvin langsung berdiri dan mendekat bersama Mario juga simbok. “Bagaimana operasinya, Sus?” tanya Melvin dengan ekspresi wajah panik. “Operasinya berjalan lancar. Ibu dan bayinya selamat. Mereka akan dipindah ke ruang

  • Presdir Dingin itu, Ayah dari Putraku    Mau Melahirkan

    “Tolong bawa masuk dan taruh di sini.”Rihana mengintruksi kurir yang mengantar foto keluarga dari studio. Setelah satu minggu menunggu, akhirnya foto mereka datang. Ada beberapa yang dipasang di bingkai, tapi ada pula yang dibuat album.Setelah memastikan jumlah bingakai foto yang dipesan sesuai, Rihana berterima kasih ke kurir. Dia meminta orang di rumah untuk membantu mamasang bingkai foto di kamarnya, anak-anak, juga di ruang keluarga.“Yang tiga itu nanti di kamar anak-anak,” perintah Rihana untuk memasang foto Bas, Nana, dan Nanda di kamar ketiganya.Rihana terlihat senang karena bisa memandang foto keluarga terpasang di dinding rumah.“Apa sudah pas, Nyonya? Ada yang mau disesuaikan?” tanya tukang kebun yang membantu memasang foto di ruang keluarga.“Sudah, itu sangat bagus.” Rihana tersenyum lebar, menatap bingkai foto itu. Ditatapnya foto dirinya, Melvin, Bastian, Nana, dan Nanda. Senyum mereka menunjukkan kebahagiaan.Rihana pergi ke kamar anak-anak, memastikan foto anak-ana

  • Presdir Dingin itu, Ayah dari Putraku    Pesan Melvin

    Weekend itu, Rihana sudah sibuk di dapur mengemas makanan yang akan mereka bawa. Simbok meminta agar dia dan pembantu lain yang menyiapkan.“Nyonya kalau capek berdiri, duduk saja,” kata simbok.“Ga papa, aku mau mastiin makanan kesukaan anak-anak tidak ada yang lupa dibawa. Simbok siap-siap sana, kita berangkat bersama,” balas Rihana.Rihana berinisiatif mengajak semua pekerja ikut, termasuk satpam dan juga pembantu. Mereka tidak pernah diajak liburan, meski dekat tapi setidaknya mereka merasakan libur kerja.“Mama, Nana boleh bawa topi ini?” tanya Nana memperlihatkan topi bulat besar, dengan pita yang melingkar di bagian atasnya.“Boleh, bawa saja,” jawab Rihana.Nana terlihat senang, dia kembali berlari untuk bersiap-siap karena akan pergi piknik.Semua orang sudah siap. Mobil yang akan membawa mereka juga siap. Makanan dan minuman untuk disantap saat piknik pun sudah masuk mobil.Setelah memastikan semua orang berkumpul dan masuk mobil, mereka pun pergi berlibur bersama.“Aku piki

  • Presdir Dingin itu, Ayah dari Putraku    Foto Bersama

    “Kita mau ke mana?” tanya Nana.Rihana duduk di belakang Nana, meminta gadis kecil itu berdiri, sedangkan dia sibuk menyisir rambut panjang Nana karena akan diikat.“Kita akan pergi foto bersama. Mama, papa, kamu, Bas, dan Nanda,” jawab Rihana sambil tersenyum.“Benarkah?” Nana terlihat sangat senang. “Kita akan punya foto keluarga?” tanya Nana kemudian.“Tentu saja, Nana dan Nanda adalah keluarga, jadi harus ada foto keluarga,” jawab Rihana ikut bersemangat karena Nana.Nana terlihat sangat bahagia. Dia memakai gaun berwarna merah muda dengan renda di tepian rok. Kini Rihana sedang mengikat rambut Nana, lantas memakaikan pita berwarna merah muda yang sedikit terang dari warna gaun gadis kecil itu.“Sudah selesai, coba hadap sini. Mama mau lihat secantik apa Nana.” Rihana meminta Nana berputar menghadap ke arahnya.Nana berputar, kemudian tersenyum manis ke Rihana.Rihana menatap Nana, gadis kecil cantik itu benar-benar sudah masuk ke dalam hatinya.“Nana sudah sangat cantik,” kata Ri

  • Presdir Dingin itu, Ayah dari Putraku    Cincin Hilang

    “Aku memiliki beberapa daftar keinginan.”Melvin menoleh Rihana, melihat sang istri yang duduk sambil mengulas senyum.“Daftar apa saja?” tanya Melvin penasaran.“Ada beberapa. Di antaranya, piknik keluarga dan foto bersama. Bagaimana menurutmu?” tanya Rihana sambil menatap Melvin.“Jika kamu ingin seperti itu, mari kita lakukan,” jawab Melvin.“Setelah Monika menikah, bagaimana?” tanya Rihana lagi.“Baiklah, nanti aku siapkan segala hal yang kamu inginkan.”“Aku ingin foto keluarga dua kali. Satu saat bayi kita dikandungan lalu kedua setelah bayi kita lahir,” ucap Rihana sambil mengusap perutnya.Melvin ikut mengusap perut Rihana, bahkan ikut membungkuk lantas mencium perut istrinya itu.“Setuju, aku akan menyiapkan studio agar kita bisa foto keluarga bersama,” ucap Melvin mengiakan apa pun permintaan Rihana.Setelah masalah Mark dan Cantika selesai, Rihana terlihat bernapas lega karena bisa melihat orang-orang baik yang menolongnya, kini bisa hidup senang dan bahagia.Asri diajak Ga

  • Presdir Dingin itu, Ayah dari Putraku    Hasil Tes DNA

    Setelah 3 hari menunggu, akhirnya hasil tes lab DNA keluar. Gabriella memang meminta agar hasil tes bisa dipercepat karena mereka mencoba meminimkan hal-hal yang mungkin akan terjadi.Hari itu di rumah sakit. Mark, Cantika, dan keluarga termasuk Rihana juga Melvin, ada di sana untuk mendengar hasil tes DNA. Margaretha duduk tenang di sana, seolah begitu yakin jika dia akan menang dari Cantika untuk mendapatkan Mark.Hingga perawat meminta agar Mark dan Margaretha masuk untuk mendengar dokter membacakan hasil lab, tentu saja semua orang yang masuk, bukan hanya dua orang itu saja.Margaretha masuk terlebih dahulu, memandang dokter yang sudah menunggu, lantas dia duduk di kursi yang terdapat di depan meja dokter.Mark masuk bersama Cantika dan yang lain. Dia pun duduk di samping Margaretha, siap mendengarkan hasil lab karena sangat yakin jika bukan dia ayah dari bayi itu.“Bisa saya bacakan sekarang?” tanya dokter itu.Semua orang mengangguk setuju. Dokter itu membuka amplop yang tertutu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status