Share

Dilanda Gelisah

last update Last Updated: 2023-09-26 21:28:32

"Ayah, ibu. Aku pasti akan selalu merindukan kalian!" ucap Melati yang hendak pergi ke rumah suaminya.

"Melati sayang, walaupun kamu sudah menikah tapi kamu masih tetap bisa datang kesini untuk menemui ayah dan ibu. Itu pun kalau suamimu memberikan ijin!" sahut Bu Sukma sambil memeluk Melati.

"Melati, kamu bisa bebas untuk menemui kedua orangtuamu ini. Bahkan ayah dan ibumu bisa datang kapan saja ke rumah untuk menemui kamu!'' ucap Oma Laksmi.

"Nak Devan, tolong jaga Melati dan jangan sakiti Melati. Ayah tahu pernikahan kalian ini terjadi begitu cepat tapi ayah percayakan semuanya sama kamu, ayah percaya kamu bisa menjadi suami yang baik untuk melati!" ucap pak Rian sambil memeluk Devan.

Devan masih dengan sikapnya yang dingin, dia hanya mengangguk saja tanpa menjawab ucapan dari ayah mertuanya itu.

"Pak Bu, kami semua pamit yah. Saya juga mau minta maaf atas insiden yang sudah terjadi sebelumnya. Saya janji akan menjaga Melati dan membuat Melati bahagia selama tinggal di rumah kami!" ucap pak Hardi.

"Iyah pak, terima kasih sudah mau menerima Melati putri saya dengan sangat baik!" sahut pak Rian yang mulai berlinang air mata karena akan melepas kepergian putri kesayangannya.

Melati pun kembali memeluk ayah dan ibunya dengan sangat erat. Tak lupa juga Devan mencium tangan mertuanya itu untuk pamit pergi meski masih dalam keadaan kesal.

Devan dan Melati pun masuk kedalam mobil yang sama. Mobil pengantin yang sudah sengaja dihias sebelumnya.

"Pak,anak kita sekarang sudah menjadi milik orang lain. Rasanya baru kemarin ibu menggendong Melati!" ucap Bu Sukma sambil menangisi kepergian Melati.

"Iyah Bu, rasanya baru kemarin kita menimang melati anak kita dan sekarang dia sudah menjadi seorang istri!" sahut pak Rian sambil merangkul Bu Sukma.

"Tapi ibu tidak usah khawatir, ibu dengarkan tadi kalau kita bisa berkunjung kapan saja untuk menemui melati?"

"Iyah pak, ya sudah ayo kita masuk ke dalam dan istirahat. Bapa juga kan sedang sakit dan belum sepenuhnya pulih!" ajak Bu Sukma.

"Iyah Bu!" sahut pak Rian.

Di dalam mobil Devan dan Melati saling diam, tidak ada dari mereka yang berani memulai pembicaraan. Sesekali Melati melirik ke arah laki-laki yang baru saja menjadi suaminya itu.

"Kenapa suasananya menjadi tegang seperti ini, apa yang harus aku lakukan sekarang. Sepertinya mas Devan terlihat sangat marah, apa mungkin karena pernikahan kami ini!" ucap melati didalam hatinya sambil memainkan jari tangannya dan sesekali menggigit bibir bagian bawahnya.

Tiba-tiba saja mobil yang mereka kendarai mengerem secara mendadak yang membuat Melati spontan bergeser lebih dekat dengan Devan, dan tidak sengaja juga Melati memegang tangan Devan.

Devan yang mendapatkan tindakan itu pun langsung menatap Melati dengan tatapan yang sinis.

"Maaf mas, aku tidak sengaja!" ucap Melati dengan sedikit ketakutan

"Tidak apa-apa!" sahut Devan singkat.

"Maaf tuan, secara tiba-tiba saja tadi ada kucing yang melintas!'' ucap pak Mamat supir pribadi yang bekerja di keluarga Devan.

"Ya sudah tidak apa-apa, lain kali lebih hati-hati lagi. Kita bisa jalan sekarang!" sahut Devan.

"Baik tuan!"

Sementara itu Rifaldi sudah sampai di rumah lebih dulu, tapi dia dan yang lainnya belum bisa masuk ke dalam rumah karena menunggu semua orang sampai terlebih dulu untuk penyambutan seorang menantu. Ini merupakan tradisi di dalam keluarga mereka.

"Kenapa papa kamu ini belum sampai juga sih, mama sudah pegal menunggu dari tadi!" Gerutu bu Ranti yang tidak sabaran.

"Mungkin papa dan yang lainnya terkena macet mah, mama sabar dulu saja!" sahut Rifaldi.

"Akhirnya aku bisa menjadi menantu di rumah ini, aku juga bisa tinggal di rumah mewah ini yang merupakan rumah impianku!" ujar Sintia dalam hatinya sambil tersenyum.

Tak lama mobil yang di tumpangi pak Hardi dan Oma Laksmi pun tiba.

"Nah itu papa kamu!''

"Pah, kenapa lama sekali sih mama sudah pegal dari tadi nungguin?" tanyanya protes.

"Maaf mah, yang pentingkan sekarang papa sudah ada disini!"

"Ya sudah sekarang kita mulai saja acaranya karena mama sudah lelah dan ingin segera istirahat!" pinta Bu Ranti.

"Tunggu dulu mah, kita masih harus menunggu Devan!"sahut pak Hardi.

"Kita mulai saja dulu pah, nanti juga Devan akan datang sebelum acaranya selesai!"

"Tidak bisa Ranti, kita harus menunggu Devan. Karena Devan yang akan lebih dulu melakukan tradisi ini sebagai anak pertama!" ucap Oma Laksmi.

"Tapi ibu, yang menikah itu kan Rifaldi bukan Devan. Jadi untuk apa Devan mengikuti tradisi ini sementara dia saja belum menikah!" celetuk Bu Ranti.

Justru karena sekarang Devan sudah menikah, makanya Devan yang akan lebih dulu melakukan tradisi keluarga kita ini bersama dengan istrinya!" ujar Oma Laksmi.

"Benar sekali apa yang di katakan Oma, jadi kita harus menunggu Devan dan istrinya terlebih dulu!" sahut pak Hardi.

"Kak Devan menikah, tapi dengan siapa?" Karena setahu aku dia tidak pernah mau dekat dengan wanita manapun!" ucap Rifaldi yang mulai bertanya-tanya.

"Devan menikah? Dengan siapa dia menikah? Kenapa tidak ada yang memberi tahu aku soal ini?" tanya Bu Ranti yang tidak terima.

"Ini terjadi secara tiba-tiba, seperti pernikahan Rifaldi dan Sintia yang secara tiba-tiba juga. Kamu juga nanti akan tahu siapa istrinya Devan!" sahut Oma Laksmi.

Tak lama dari itu mobil yang di tumpangi Devan dan Melati pun sudah tiba di rumah itu, semua orang merasa penasaran siapa wanita yang di nikahi Devan.

Devan pun keluar dari dalam mobil dan langsung pergi ke pintu sebelahnya membukakan pintu untuk istrinya.

Melati pun keluar dari dalam mobil yang membuat semua orang terkejut, terlebih lagi Rifaldi yang terkejut bukan main. Dirinya seperti tersambar petir ketika tahu bahwa yang di nikahi kakaknya itu adalah Melati kekasihnya.

"Melati!" panggil Rifaldi sambil terus menatap melati.

"Apa-apaan ini, gadis itu tidak jadi menikah dengan Rifaldi tapi malah menikah dengan Devan. Kenapa aku harus memiliki menantu seperti mereka berdua. Yang satu sangat kampungan dan yang satu lagi sangat licik!" Gerutu Bu Ranti.

"Sekarang Melati juga menantu di rumah in, dia menantu paling tua di rumah kita ini dan sudah seharusnya melati yang lebih dulu melakukan tradisi di keluarga kita!" ucap pak Hardi.

"Kenapa melati bisa menikah dengan kakaknya Rifaldi?" kalau seperti ini Rifaldi pasti akan sulit untuk melupakan Melati dan dia tidak akan pernah bisa belajar mencintai aku, itu artinya akan sulit untuk aku membuat Rifaldi jatuh cinta padaku!" gerutu Sintia di dalam hatinya.

"Pah, apa-apaan ini. Kenapa papa tidak memberi tahu mama terlebih dulu kalau Devan menikahi Melati. Papa tahu kan kalau melati ini hampir menikahi dengan rifaldi, apa jadinya nanti kata orang-orang pah!" ucap Bu Ranti

"Justru karena ulahnya Rifaldi ini Devan harus menanggung semuanya. Tidak ada jalan lain lagi selain menikahkan Devan dan Melati demi kehormatan kedua keluarga, dan tidak boleh ada satu pun di antara kalian yang protes!"

"Terlebih lagi kamu Rifaldi, kamu yang memulai semua ini dan membuat kekacauan ini!" ucap tegas pak Hardi.

Rifaldi hanya diam dan menundukan kepalanya karena dia sama sekali tidak bisa protes atau pun marah. Walaupun dia sangat ingin, terlebih lagi saat melihat kakaknya dengan tatapan yang seperti itu membuat Rifaldi tidak bisa melakukan apapun. Dia sadar bahwa kakaknya saat ini sangat marah dan kesal padanya.

"Sial. Harusnya, itu tempatku," batin pria itu menahan kesal.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Presdir Dingin itu Suami Penggantiku    Bab 120 The End

    Keesokan harinya Rifaldi sudah berada di depan rumah Sintia, dia terlihat membawakan Sintia bunga dan juga buah-buahan untuk keluarganya. "Assalamualaikum Pak...!" sapa dia pada mertuanya yang kebetulan berada di depan. "Waalaikumsalam... nak Rifaldi pasti kesini untuk menemui Sintia bukan!" sahut pria paruh baya itu.."Iyah Pak, apa Sintia ada!" "Ada, ayoh kita masuk ke dalam!" "Mas Rifaldi, kamu kesini lagi? ada apa mas?" tanya Sintia. "Aku datang kesini untuk meminta kamu agar ikut pulang dengan aku ke rumah kita!" sahut pria itu. Sintia pun langsung memandangi wajah kedua orang tuanya. "Apa mas Rifaldi sudah yakin dengan keputusan ini, aku tidak mau kalau nantinya mas Rifaldi akan menyesal!" "Tentu saja aku sudah yakin, aku tidak akan menyesal sama sekali karena ini murni keinginan aku. Aku ingin kita bisa sama-sama seperti dulu lagi sintia, tolong berikan aku satu kesempatan untuk bisa menjaga dan mencintai kamu dan ikut membesarkan anak kita sama-sama!" ungkap Rifaldi de

  • Presdir Dingin itu Suami Penggantiku    Bab 119

    "Bapa akan mencoba membantu kamu dan berbicara dengan Sintia mengenai ini, bapa akan memberikan pengertian pada dia. Jadi nak Rifaldi harus mau menunggu untuk itu!" ujar Pak Ridwan."Aku tidak masalah sama sekali pak jika harus menunggu Sintia begitu lama!" Baiklah, kalau begitu sebaiknya nak Rifaldi pulang dulu saja, besok pagi nak Rifaldi bisa datang kesini lagi dan kami akan memberikan keputusannya!" "Baik Pak, Terima kasih sebelumnya atas bantuannya Pak, Bu!" "Sama-sama nak Rifaldi, kalau untuk kebaikan pasti kami akan selalu mendukung. Iyah kan Pak!" ujar Bu Anis. "Iyah bu benar sekali!" sahut Pak Ridwan sambil tersenyum.."Kalau begitu saya pamit pulang dulu pak, besok pagi saya akan kesini lagi. Dan tolong sampaikan salam dari saya untuk Sintia!" "Assalamualaikum....!" ujar Rifaldi.."Waalaikumsalam...!" sahut Bu Anis dan Pak Ridwan..Setelah Rifaldi pulang, Bu Anis dan Pak Ridwan pun langsung mencoba untuk berbicara dengan Sintia. Tok tok tok"Sintia, buka dulu nak. Kami

  • Presdir Dingin itu Suami Penggantiku    Bab 117

    Serangkaian acara pun mulai di lakukan, semua orang tampak sangat bahagia sekali. Kini acara itu dilanjutkan dengan melakukan siraman. "Dimana ayah dari calon bayinya? Mama suami kamu!" tanya seorang wanita paruh baya yang memimpin acara tersebut...Sontak semua orang pun terdiam dan saling menatap satu sama lainnya. "Apa acaranya tidak bisa dilanjutkan kalau tidak ada suami saya mbok!" tanya Sintia. "Memangnya suami kamu kemana? bukankah ini juga acara yang penting untuk dia!" "Saya ada disini!" sahut seorang pria yang tiba-tiba saja datang. Semua orang pun langsung dialihkan pandangnya, dan merasa terkejut saat tahu bahwa pria tersebut adalah Rifaldi..."Rifaldi pah!" ujar Bu Ranti pada suaminya. Rifaldi pun langsung berjalan ke arah Sintia..."Apa sekarang acaranya sudah bisa di mulai?" tanya pria itu membuat semua orang membisu."Tentu saja, kita bisa mulai siramannya sekarang!" Acara siraman tujuh bulanan pun langsung di lakukan... Setelah serangkaian acara selesai dan b

  • Presdir Dingin itu Suami Penggantiku    Bab 116

    "Mas, Cindy.. ayoh kesini. aku sudah membuatkan minuman dan cemilan untuk kalian!" panggil Melati...Tak berselang lama Cindy dan Devan pun datang menghampiri Melati yang sudah berada di ruang makan. "Ya ampun kak, kenapa gak ngajak-ngajak aku sih. Aku kan bisa bantuin kakak!" ujar Cindy. "Engga apa-apa kok, ini kan bikinnya juga simple banget jadi kakak bisa sendiri!" sahut Melati.."Aku cobain yah, kelihatannya enak banget!" "Iyah boleh dong, ayoh di makan!" "Hmmm apapun yang dibuat oleh istri aku ini memang gak pernah gagal. Tangan kamu ini memang ajaib banget yah!" "Makasih yah mas, kamu itu selalu memuji aku!" "Kapan-kapan aku juga mau dong kak belajar masak, biar nanti tuh setelah aku punya suami aku bisa masakin suami aku makanan yang enak terus setiap hari. Terus dapet pujian deh dari dia, sama seperti kalian ini!" ungkap Cindy. "Boleh dong, kamu bisa datang kesini dan belajar kapan pun yang kamu mau. Kakak pasti akan selalu ngajarin kamu sampai kamu bisa!" sahut Melati

  • Presdir Dingin itu Suami Penggantiku    Bab 115

    Setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh akhirnya Melati, Devan dan Cindy pun sudah sampai di rumah baru mereka. Melati terlihat senang sekali dengan rumah baru yang akan ditinggalinya itu. Rumah yang terlihat sangat megah, dan halaman yang luas beserta taman membuat rumah itu terkesan mewah. "Gimana menurut kamu? apa kamu suka sama rumahnya!" tanya Devan. "Aku suka banget mas sama rumahnya, rumahnya bagus, mewah dan terlihat sangat nyaman!" sahut gadis itu. "Waw keren banget kak, ternyata kak Devan pintar juga yah milih desain rumah yang bagus!" puji Cindy. "Aku kayaknya bakalan sering nginep disini deh, apalagi letaknya juga tidak terlalu jauh dari kampus aku!" "Tentu saja boleh dong, kalau kamu mau tinggal disini juga tidak masalah sama sekali kok!" sahut Devan. "Iyah, kakak malah seneng banget karena nanti ada temennya!" "Ya udah yuk kita masuk ke dalam, pasti kamu sudah penasaran kan dengan isi rumah kita yang baru ini!" ajak Devan. "Iyah mas, aku memang sudah penas

  • Presdir Dingin itu Suami Penggantiku    Bab 114

    Keesokan paginya terlihat Devan dan Melati sudah bersiap-siap untuk pindah rumah, semua orang pun merasa sedih akan kepindahan mereka berdua. "kenapa kalian berdua mendadak pindah pagi ini, bukankah akan pindahnya sore nanti!" Ujar Oma Laksmi.."Sebelumnya aku mau minta maaf Oma, karena secara mendadak aku dan Melati memutuskan untuk pindah pagi ini. Aku juga sudah bicara dengan papa dan meminta ijin untuk tidak masuk kantor dulu!" "Loh kak Devan sama kak Melati mau pindahan sekarang?" Tanya Cindy."Iyah Cindy!" Sahut singkat Melati.."Tapi kenapa? Bukannya kemarin bilangnya nanti sore yah!" "Tadinya memang begitu tapi kita jugakan harus beresin barang-barang kita nanti disana. Jadi pasti akan membutuhkan waktu yang cukup lama!" "Ya udah kalau gitu aku ikut kalian yah, aku bantuin kalian beres-beres disana gimana? Bolehkan?" "Boleh dong, malah kita senang banget karena ada yang bantuin. Iyah kan mas!" Devan pun menganggukkan sambil tersenyum ke arah Cindy. "Yess!" Ucap gadis it

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status