Share

Dilanda Gelisah

"Ayah, ibu. Aku pasti akan selalu merindukan kalian!" ucap Melati yang hendak pergi ke rumah suaminya.

"Melati sayang, walaupun kamu sudah menikah tapi kamu masih tetap bisa datang kesini untuk menemui ayah dan ibu. Itu pun kalau suamimu memberikan ijin!" sahut Bu Sukma sambil memeluk Melati.

"Melati, kamu bisa bebas untuk menemui kedua orangtuamu ini. Bahkan ayah dan ibumu bisa datang kapan saja ke rumah untuk menemui kamu!'' ucap Oma Laksmi.

"Nak Devan, tolong jaga Melati dan jangan sakiti Melati. Ayah tahu pernikahan kalian ini terjadi begitu cepat tapi ayah percayakan semuanya sama kamu, ayah percaya kamu bisa menjadi suami yang baik untuk melati!" ucap pak Rian sambil memeluk Devan.

Devan masih dengan sikapnya yang dingin, dia hanya mengangguk saja tanpa menjawab ucapan dari ayah mertuanya itu.

"Pak Bu, kami semua pamit yah. Saya juga mau minta maaf atas insiden yang sudah terjadi sebelumnya. Saya janji akan menjaga Melati dan membuat Melati bahagia selama tinggal di rumah kami!" ucap pak Hardi.

"Iyah pak, terima kasih sudah mau menerima Melati putri saya dengan sangat baik!" sahut pak Rian yang mulai berlinang air mata karena akan melepas kepergian putri kesayangannya.

Melati pun kembali memeluk ayah dan ibunya dengan sangat erat. Tak lupa juga Devan mencium tangan mertuanya itu untuk pamit pergi meski masih dalam keadaan kesal.

Devan dan Melati pun masuk kedalam mobil yang sama. Mobil pengantin yang sudah sengaja dihias sebelumnya.

"Pak,anak kita sekarang sudah menjadi milik orang lain. Rasanya baru kemarin ibu menggendong Melati!" ucap Bu Sukma sambil menangisi kepergian Melati.

"Iyah Bu, rasanya baru kemarin kita menimang melati anak kita dan sekarang dia sudah menjadi seorang istri!" sahut pak Rian sambil merangkul Bu Sukma.

"Tapi ibu tidak usah khawatir, ibu dengarkan tadi kalau kita bisa berkunjung kapan saja untuk menemui melati?"

"Iyah pak, ya sudah ayo kita masuk ke dalam dan istirahat. Bapa juga kan sedang sakit dan belum sepenuhnya pulih!" ajak Bu Sukma.

"Iyah Bu!" sahut pak Rian.

Di dalam mobil Devan dan Melati saling diam, tidak ada dari mereka yang berani memulai pembicaraan. Sesekali Melati melirik ke arah laki-laki yang baru saja menjadi suaminya itu.

"Kenapa suasananya menjadi tegang seperti ini, apa yang harus aku lakukan sekarang. Sepertinya mas Devan terlihat sangat marah, apa mungkin karena pernikahan kami ini!" ucap melati didalam hatinya sambil memainkan jari tangannya dan sesekali menggigit bibir bagian bawahnya.

Tiba-tiba saja mobil yang mereka kendarai mengerem secara mendadak yang membuat Melati spontan bergeser lebih dekat dengan Devan, dan tidak sengaja juga Melati memegang tangan Devan.

Devan yang mendapatkan tindakan itu pun langsung menatap Melati dengan tatapan yang sinis.

"Maaf mas, aku tidak sengaja!" ucap Melati dengan sedikit ketakutan

"Tidak apa-apa!" sahut Devan singkat.

"Maaf tuan, secara tiba-tiba saja tadi ada kucing yang melintas!'' ucap pak Mamat supir pribadi yang bekerja di keluarga Devan.

"Ya sudah tidak apa-apa, lain kali lebih hati-hati lagi. Kita bisa jalan sekarang!" sahut Devan.

"Baik tuan!"

Sementara itu Rifaldi sudah sampai di rumah lebih dulu, tapi dia dan yang lainnya belum bisa masuk ke dalam rumah karena menunggu semua orang sampai terlebih dulu untuk penyambutan seorang menantu. Ini merupakan tradisi di dalam keluarga mereka.

"Kenapa papa kamu ini belum sampai juga sih, mama sudah pegal menunggu dari tadi!" Gerutu bu Ranti yang tidak sabaran.

"Mungkin papa dan yang lainnya terkena macet mah, mama sabar dulu saja!" sahut Rifaldi.

"Akhirnya aku bisa menjadi menantu di rumah ini, aku juga bisa tinggal di rumah mewah ini yang merupakan rumah impianku!" ujar Sintia dalam hatinya sambil tersenyum.

Tak lama mobil yang di tumpangi pak Hardi dan Oma Laksmi pun tiba.

"Nah itu papa kamu!''

"Pah, kenapa lama sekali sih mama sudah pegal dari tadi nungguin?" tanyanya protes.

"Maaf mah, yang pentingkan sekarang papa sudah ada disini!"

"Ya sudah sekarang kita mulai saja acaranya karena mama sudah lelah dan ingin segera istirahat!" pinta Bu Ranti.

"Tunggu dulu mah, kita masih harus menunggu Devan!"sahut pak Hardi.

"Kita mulai saja dulu pah, nanti juga Devan akan datang sebelum acaranya selesai!"

"Tidak bisa Ranti, kita harus menunggu Devan. Karena Devan yang akan lebih dulu melakukan tradisi ini sebagai anak pertama!" ucap Oma Laksmi.

"Tapi ibu, yang menikah itu kan Rifaldi bukan Devan. Jadi untuk apa Devan mengikuti tradisi ini sementara dia saja belum menikah!" celetuk Bu Ranti.

Justru karena sekarang Devan sudah menikah, makanya Devan yang akan lebih dulu melakukan tradisi keluarga kita ini bersama dengan istrinya!" ujar Oma Laksmi.

"Benar sekali apa yang di katakan Oma, jadi kita harus menunggu Devan dan istrinya terlebih dulu!" sahut pak Hardi.

"Kak Devan menikah, tapi dengan siapa?" Karena setahu aku dia tidak pernah mau dekat dengan wanita manapun!" ucap Rifaldi yang mulai bertanya-tanya.

"Devan menikah? Dengan siapa dia menikah? Kenapa tidak ada yang memberi tahu aku soal ini?" tanya Bu Ranti yang tidak terima.

"Ini terjadi secara tiba-tiba, seperti pernikahan Rifaldi dan Sintia yang secara tiba-tiba juga. Kamu juga nanti akan tahu siapa istrinya Devan!" sahut Oma Laksmi.

Tak lama dari itu mobil yang di tumpangi Devan dan Melati pun sudah tiba di rumah itu, semua orang merasa penasaran siapa wanita yang di nikahi Devan.

Devan pun keluar dari dalam mobil dan langsung pergi ke pintu sebelahnya membukakan pintu untuk istrinya.

Melati pun keluar dari dalam mobil yang membuat semua orang terkejut, terlebih lagi Rifaldi yang terkejut bukan main. Dirinya seperti tersambar petir ketika tahu bahwa yang di nikahi kakaknya itu adalah Melati kekasihnya.

"Melati!" panggil Rifaldi sambil terus menatap melati.

"Apa-apaan ini, gadis itu tidak jadi menikah dengan Rifaldi tapi malah menikah dengan Devan. Kenapa aku harus memiliki menantu seperti mereka berdua. Yang satu sangat kampungan dan yang satu lagi sangat licik!" Gerutu Bu Ranti.

"Sekarang Melati juga menantu di rumah in, dia menantu paling tua di rumah kita ini dan sudah seharusnya melati yang lebih dulu melakukan tradisi di keluarga kita!" ucap pak Hardi.

"Kenapa melati bisa menikah dengan kakaknya Rifaldi?" kalau seperti ini Rifaldi pasti akan sulit untuk melupakan Melati dan dia tidak akan pernah bisa belajar mencintai aku, itu artinya akan sulit untuk aku membuat Rifaldi jatuh cinta padaku!" gerutu Sintia di dalam hatinya.

"Pah, apa-apaan ini. Kenapa papa tidak memberi tahu mama terlebih dulu kalau Devan menikahi Melati. Papa tahu kan kalau melati ini hampir menikahi dengan rifaldi, apa jadinya nanti kata orang-orang pah!" ucap Bu Ranti

"Justru karena ulahnya Rifaldi ini Devan harus menanggung semuanya. Tidak ada jalan lain lagi selain menikahkan Devan dan Melati demi kehormatan kedua keluarga, dan tidak boleh ada satu pun di antara kalian yang protes!"

"Terlebih lagi kamu Rifaldi, kamu yang memulai semua ini dan membuat kekacauan ini!" ucap tegas pak Hardi.

Rifaldi hanya diam dan menundukan kepalanya karena dia sama sekali tidak bisa protes atau pun marah. Walaupun dia sangat ingin, terlebih lagi saat melihat kakaknya dengan tatapan yang seperti itu membuat Rifaldi tidak bisa melakukan apapun. Dia sadar bahwa kakaknya saat ini sangat marah dan kesal padanya.

"Sial. Harusnya, itu tempatku," batin pria itu menahan kesal.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status