Setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh akhirnya Melati, Devan dan Cindy pun sudah sampai di rumah baru mereka. Melati terlihat senang sekali dengan rumah baru yang akan ditinggalinya itu. Rumah yang terlihat sangat megah, dan halaman yang luas beserta taman membuat rumah itu terkesan mewah. "Gimana menurut kamu? apa kamu suka sama rumahnya!" tanya Devan. "Aku suka banget mas sama rumahnya, rumahnya bagus, mewah dan terlihat sangat nyaman!" sahut gadis itu. "Waw keren banget kak, ternyata kak Devan pintar juga yah milih desain rumah yang bagus!" puji Cindy. "Aku kayaknya bakalan sering nginep disini deh, apalagi letaknya juga tidak terlalu jauh dari kampus aku!" "Tentu saja boleh dong, kalau kamu mau tinggal disini juga tidak masalah sama sekali kok!" sahut Devan. "Iyah, kakak malah seneng banget karena nanti ada temennya!" "Ya udah yuk kita masuk ke dalam, pasti kamu sudah penasaran kan dengan isi rumah kita yang baru ini!" ajak Devan. "Iyah mas, aku memang sudah penas
"Mas, Cindy.. ayoh kesini. aku sudah membuatkan minuman dan cemilan untuk kalian!" panggil Melati...Tak berselang lama Cindy dan Devan pun datang menghampiri Melati yang sudah berada di ruang makan. "Ya ampun kak, kenapa gak ngajak-ngajak aku sih. Aku kan bisa bantuin kakak!" ujar Cindy. "Engga apa-apa kok, ini kan bikinnya juga simple banget jadi kakak bisa sendiri!" sahut Melati.."Aku cobain yah, kelihatannya enak banget!" "Iyah boleh dong, ayoh di makan!" "Hmmm apapun yang dibuat oleh istri aku ini memang gak pernah gagal. Tangan kamu ini memang ajaib banget yah!" "Makasih yah mas, kamu itu selalu memuji aku!" "Kapan-kapan aku juga mau dong kak belajar masak, biar nanti tuh setelah aku punya suami aku bisa masakin suami aku makanan yang enak terus setiap hari. Terus dapet pujian deh dari dia, sama seperti kalian ini!" ungkap Cindy. "Boleh dong, kamu bisa datang kesini dan belajar kapan pun yang kamu mau. Kakak pasti akan selalu ngajarin kamu sampai kamu bisa!" sahut Melati
Serangkaian acara pun mulai di lakukan, semua orang tampak sangat bahagia sekali. Kini acara itu dilanjutkan dengan melakukan siraman. "Dimana ayah dari calon bayinya? Mama suami kamu!" tanya seorang wanita paruh baya yang memimpin acara tersebut...Sontak semua orang pun terdiam dan saling menatap satu sama lainnya. "Apa acaranya tidak bisa dilanjutkan kalau tidak ada suami saya mbok!" tanya Sintia. "Memangnya suami kamu kemana? bukankah ini juga acara yang penting untuk dia!" "Saya ada disini!" sahut seorang pria yang tiba-tiba saja datang. Semua orang pun langsung dialihkan pandangnya, dan merasa terkejut saat tahu bahwa pria tersebut adalah Rifaldi..."Rifaldi pah!" ujar Bu Ranti pada suaminya. Rifaldi pun langsung berjalan ke arah Sintia..."Apa sekarang acaranya sudah bisa di mulai?" tanya pria itu membuat semua orang membisu."Tentu saja, kita bisa mulai siramannya sekarang!" Acara siraman tujuh bulanan pun langsung di lakukan... Setelah serangkaian acara selesai dan b
"Bapa akan mencoba membantu kamu dan berbicara dengan Sintia mengenai ini, bapa akan memberikan pengertian pada dia. Jadi nak Rifaldi harus mau menunggu untuk itu!" ujar Pak Ridwan."Aku tidak masalah sama sekali pak jika harus menunggu Sintia begitu lama!" Baiklah, kalau begitu sebaiknya nak Rifaldi pulang dulu saja, besok pagi nak Rifaldi bisa datang kesini lagi dan kami akan memberikan keputusannya!" "Baik Pak, Terima kasih sebelumnya atas bantuannya Pak, Bu!" "Sama-sama nak Rifaldi, kalau untuk kebaikan pasti kami akan selalu mendukung. Iyah kan Pak!" ujar Bu Anis. "Iyah bu benar sekali!" sahut Pak Ridwan sambil tersenyum.."Kalau begitu saya pamit pulang dulu pak, besok pagi saya akan kesini lagi. Dan tolong sampaikan salam dari saya untuk Sintia!" "Assalamualaikum....!" ujar Rifaldi.."Waalaikumsalam...!" sahut Bu Anis dan Pak Ridwan..Setelah Rifaldi pulang, Bu Anis dan Pak Ridwan pun langsung mencoba untuk berbicara dengan Sintia. Tok tok tok"Sintia, buka dulu nak. Kami
Keesokan harinya Rifaldi sudah berada di depan rumah Sintia, dia terlihat membawakan Sintia bunga dan juga buah-buahan untuk keluarganya. "Assalamualaikum Pak...!" sapa dia pada mertuanya yang kebetulan berada di depan. "Waalaikumsalam... nak Rifaldi pasti kesini untuk menemui Sintia bukan!" sahut pria paruh baya itu.."Iyah Pak, apa Sintia ada!" "Ada, ayoh kita masuk ke dalam!" "Mas Rifaldi, kamu kesini lagi? ada apa mas?" tanya Sintia. "Aku datang kesini untuk meminta kamu agar ikut pulang dengan aku ke rumah kita!" sahut pria itu. Sintia pun langsung memandangi wajah kedua orang tuanya. "Apa mas Rifaldi sudah yakin dengan keputusan ini, aku tidak mau kalau nantinya mas Rifaldi akan menyesal!" "Tentu saja aku sudah yakin, aku tidak akan menyesal sama sekali karena ini murni keinginan aku. Aku ingin kita bisa sama-sama seperti dulu lagi sintia, tolong berikan aku satu kesempatan untuk bisa menjaga dan mencintai kamu dan ikut membesarkan anak kita sama-sama!" ungkap Rifaldi de
Kebahagiaan terlihat terpancar di mata Melati yang hari ini akan melangsungkan pernikahan. Semua tamu undangan sudah datang, bahkan rombongan calon mempelai pria pun sudah tiba dirumahnya."Kamu terlihat sangat cantik sekali Melati, pasti calon suamimu akan terpesona melihat kamu," ungkap sang ibu."Terima kasih Bu, tapi jujur aku merasa gugup sekali!" sahut Melati dengan sedikit gelisah."Itu hal yang wajar sayang, semua wanita yang akan menikah pasti akan merasakan hal yang sama. Kamu harus tetap terlihat tenang!" Sukma berusaha menenangkan putrinya itu.Tok tok tok!Bersamaan dengan itu, sahabat Melati datang. "Permisi Tante, apa Melati sudah siap? Soalnya tamu undangan dan mempelai pria sudah datang." "Sudah, kalau begitu kamu bantu Melati ke depan, yah!" pinta Bu Sukma."Siap, Tante!" sahut Linda cepat"Sepertinya, ada yang sudah tidak sabar ingin segera bertemu!" bisik Linda menggoda Melati, "Atau sudah tidak sabar ingin segera sah?" "Husssttt diem kamu, nanti kamu juga akan
"Aku akan bertanggung jawab atas kehamilan Sintia. Maafin aku Melati, aku sama sekali tidak bermaksud untuk mengkhianati kamu tapi malam kejadian itu membuat aku tidak sadarkan diri!" jujur Rifaldi yang membuat ayah melati mengalami sesak nafas secara tiba-tiba"Ayah!" teriak Melati yang merasa panik."Pak, bapa kenapa jadi begini?" Pak bangun pak!" pinta Bu Sukma sambil menangis.Pak Rian pun segera dibawa ke kamarnya untuk dibaringkan."Bu, apa yang terjadi dengan ayah?" tanya Melati pada ibunya."Kita berdoa saja agar ayah kamu baik-baik saja yah, Sayang!" sahut Bu sukma menenangkan putrinya meski dirinya pun panik.Sementara itu, ayah Rifaldi yang merasa bersalah, segera menelpon seorang dokter--meninggalkan Melati dan keluarganya berada di dalam kamar.Sidang Rifaldi masih berlanjut.Kedua orang tuanya tampak kecewa padanya."Rifaldi, kamu lihat karena ulah kamu ini pak Rian sampai jatuh sakit seperti itu!" marah sang ayah, "sekarang, siapa yang harus disalahkan atas kejadian in
"Pak Rian tidak usah khawatir karena Melati akan tetap menikah hari ini dan akan menjadi menantu saya!""Tapi pak, bagaimana bisa? Bukan kah Rifaldi harus bertanggung jawab dan menikahi wanita lain!" sahut Pak Rian."Benar pak, tapi saya akan menikahkan Melati dengan anak tertua saya Devan sebagai pengganti Rifaldi. Saya tahu ini tidak masuk akal tapi mungkin saja ini adalah permainan Tuhan pak. Demi kehormatan keluarga bapa dan yang lainnya, saya harap pak Rian bisa mempertimbangkan semua ini!" ucap pak Hardi dengan tegas."Mungkin ini jalan satu-satunya untuk menyelamatkan masa depan putriku, aku tidak mau Melati menanggung malu karena telah gagal menikah, aku takut tidak akan ada pria manapun yang mau menikahi Melati nantinya!" ucap pak Rian dalam hatinya."Saya setuju dengan pernikahan ini pak!" jawab pak Rian tanpa ragu."Syukurlah pak, saya senang mendengar keputusan pak Rian!""Tapi Ayah!" bantah Melati."Nak, tolong kamu setuju dengan pernikahan ini. Ayah tidak punya pilihan