Melati pun menarik nafasnya dalam-dalam dan mulai terlihat senyuman di bibirnya.
"Kamu benar Linda, aku tidak bisa terus larut dalam kesedihan. Toh mas Rifaldi juga sekarang sudah menjadi milik orang lain, aku akan menjalani hidupku tanpa bayang-bayangnya mas Rifaldi. Aku akan melupakan dia dan mencoba untuk membuka hatiku untuk mas Devan yang akan menjadi suamiku!" ucap Melati sambil tersenyum."Nah gitu dong, ini baru Melati yang aku kenal!" sahut Linda sambil tersenyum juga."Ayoh kita keluar sekarang, calon suamimu sudah terlalu lama menunggu!" ajak Linda sambil mengulurkan tangannya kearah Melati.Melati dan Linda pun keluar dan menuju pelaminan, disana sudah ada Devan yang duduk diatas altar dengan wajah yang terlihat dingin. Bagaimana tidak, ini adalah sebuah petaka bagi Devan. Menikahi wanita yang sama sekali tidak dia kenal.Selama ini Devan memang tidak pernah terlihat dekat dengan wanita manapun setelah putus dari kekasihnya. Perpisahannya dengan kekasihnya itu membuat Devan menutup rapat-rapat hatinya untuk seorang wanita, Lalu hari ini tiba-tiba saja dia menikah.Melati pun duduk di samping Devan, tanpa melihat satu sama lain. Melati terus saja menunduk begitu pun juga dengan Devan."Apa bisa kita mulai sekarang?" tanya pak penghulu."Iyah pak silahkan, kita mulai saja acaranya sekarang!" sahut pak Hardi.Akad pun mulai diucapkan dan Devan dengan lancar mengucap ijab kabul itu."Saya terima nikah dan kawinnya Melati Adisty binti Rian Utomo dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!"SAH... Kini dua orang yang tidak saling kenal itu telah sah menjadi sepasang suami istri. Semua keluarga pun terlihat sangat bahagia dengan pernikahan ini.Melati pun mencium tangan Devan sebagaimana bakti seorang istri pada suaminya, dan Devan pun langsung mencium kening Melati walaupun dia lakukan dengan terpaksa.Setelah itu barulah Devan melihat wajah melati dengan lebih dekat lagi begitu pun juga Melati yang menatap Devan dengan kagum."Benar kata Oma, gadis yang aku nikahi ini sangat cantik. Tapi tetap saja dia bukan wanita yang aku cintai!" ucap Devan dalam hatinya."Mas Devan memang terlihat lebih tampan dari mas Rifaldi, tapi tetap saja apa aku bisa bahagia dengan pernikahan tanpa cinta ini. Lalu apa aku bisa melupakan mas Rifaldi jika nantinya sama saja aku akan tinggal satu atap dengan mas Rifaldi dan istrinya itu!" ujar Melati dalam hatinya.Semua keluarga dan para tamu undangan langsung mengucapkan selamat pada kedua pengantin dan berdoa yang terbaik buat pernikahan mereka. Tidak lupa mereka juga melakukan foto keluarga sebagai bentuk kenang-kenangan.Melati terlihat bahagia saat melihat ayah dan ibunya tersenyum lebar seperti itu, karena buat melati satu-satunya kebahagiaan di dunia ini adalah melihat kedua orangtuanya tersenyum.Sementara itu ditempat lain pernikahan Rifaldi dan juga Sintia sudah selesai dilangsungkan. Sintia dan keluarganya terlihat sangat bahagia karena akhirnya Rifaldi mau bertanggung jawab.Sementara itu Rifaldi masih terus memikirkan Melati dan keluarganya."Melati, maafin aku tapi aku janji akan menebus semua kesalahanku ini. Nanti setelah anak ini lahir aku akan kembali lagi untuk menemui kamu dan kita akan menikah seperti apa yang sudah kita rencanakan. Kita akan hidup bahagia, kita hanya butuh waktu lagi saja sampai anak ini lahir!" ucap Rifaldi dalam hatinya dengan wajah yang terlihat tertekan."Rifaldi, barusan papa telpon dan dia meminta kita segera pulang ke rumah setelah kamu selesai menikah. Dan papa juga meminta kamu untuk mengajak istri kamu pulang ke rumah hari ini juga!" ucap Bu Ranti."Iyah mah!" sahut Rifaldi dengan suara yang lemas."Nak Rifaldi, tolong jaga Sintia. Dia ini sedang mengandung anak kamu dan jangan membuat Sintia sampai stress!" pinta Bu Anis."Iyah, bapa sama ibu jangan khawatir karena saya akan menjaga Sintia dan calon bayinya!" sahut Rifaldi."Sintia, ayoh sekarang kamu bereskan barang-barang yang akan kamu bawa ke rumah kami karena hari ini juga kamu harus ikut pulang bersama Rifaldi!" pinta Bu Ranti."Iyah mah!" sahut Sintia sambil tersenyumSintia pun di bantu oleh ibunya untuk mengemas barang-barang miliknya yang akan dia bawa."Maafin aku Rifaldi, aku terpaksa melakukan ini dan menjebak kamu malam itu. Hanya dengan cara ini kamu bisa menjadi milik aku seutuhnya, aku sudah lama memendam perasaan ini untuk kamu tapi kamu malah lebih memilih wanita lain dari pada aku, sementara kamu hanya menganggap aku hanya sebatas teman saja. Sekarang kita sudah bersatu selamanya karena anak kita ini, jujur aku sangat bahagia sekali dengan pernikahan kita ini!" ucap Sintia dalam hatinya sambil tersenyum licik."Mah, bagaimana dengan melati dan keluarganya?" Apa papa memberi tahu mama tentang keadaan disana?" Tanya Rifaldi pada ibunya."Mama tidak tahu karena papa tidak mengatakan apapun, semoga saja papa kamu bisa mengurus semua masalah yang kamu ciptakan ini!" ujar Bu Ranti."Aku benar-benar minta maaf mah, aku terjebak dengan situasi ini!""Makanya kamu itu kalau melakukan sesuatu itu harus dipikir dulu, sudahlah semua ini sudah terjadi dan mama minta sama kamu untuk tidak melakukan kesalahan yang fatal seperti ini lagi!" ucap Bu Ranti yang masih terlihat kesal."Mas, aku sudah siap!" Ucap Sintia."Oh Iyah, sini barang-barang nya akan aku masukan ke dalam bagasi mobil." pinta Rifaldi."Iyah mas, makasih yah mas!""Bu, pak. Aku pamit dulu yah nanti aku akan sering main kesini buat ngunjungin ibu sama bapa!" ucap Sintia sambil memeluk kedua orangtuanya."Iyah nak, jaga diri kamu baik-baik yah!" sahut Bu Anis."Nak Rifaldi, bapa titip Sintia yah nak. jangan kecewakan kami?" pinta pak Ridwan."Iyah pak!" sahut Rifaldi singkat.Setelah semuanya siap, mereka pun pamit dan pergi meninggalkan kedua orang tua Sintia yang tampak tersenyum puas.Keesokan harinya Rifaldi sudah berada di depan rumah Sintia, dia terlihat membawakan Sintia bunga dan juga buah-buahan untuk keluarganya. "Assalamualaikum Pak...!" sapa dia pada mertuanya yang kebetulan berada di depan. "Waalaikumsalam... nak Rifaldi pasti kesini untuk menemui Sintia bukan!" sahut pria paruh baya itu.."Iyah Pak, apa Sintia ada!" "Ada, ayoh kita masuk ke dalam!" "Mas Rifaldi, kamu kesini lagi? ada apa mas?" tanya Sintia. "Aku datang kesini untuk meminta kamu agar ikut pulang dengan aku ke rumah kita!" sahut pria itu. Sintia pun langsung memandangi wajah kedua orang tuanya. "Apa mas Rifaldi sudah yakin dengan keputusan ini, aku tidak mau kalau nantinya mas Rifaldi akan menyesal!" "Tentu saja aku sudah yakin, aku tidak akan menyesal sama sekali karena ini murni keinginan aku. Aku ingin kita bisa sama-sama seperti dulu lagi sintia, tolong berikan aku satu kesempatan untuk bisa menjaga dan mencintai kamu dan ikut membesarkan anak kita sama-sama!" ungkap Rifaldi de
"Bapa akan mencoba membantu kamu dan berbicara dengan Sintia mengenai ini, bapa akan memberikan pengertian pada dia. Jadi nak Rifaldi harus mau menunggu untuk itu!" ujar Pak Ridwan."Aku tidak masalah sama sekali pak jika harus menunggu Sintia begitu lama!" Baiklah, kalau begitu sebaiknya nak Rifaldi pulang dulu saja, besok pagi nak Rifaldi bisa datang kesini lagi dan kami akan memberikan keputusannya!" "Baik Pak, Terima kasih sebelumnya atas bantuannya Pak, Bu!" "Sama-sama nak Rifaldi, kalau untuk kebaikan pasti kami akan selalu mendukung. Iyah kan Pak!" ujar Bu Anis. "Iyah bu benar sekali!" sahut Pak Ridwan sambil tersenyum.."Kalau begitu saya pamit pulang dulu pak, besok pagi saya akan kesini lagi. Dan tolong sampaikan salam dari saya untuk Sintia!" "Assalamualaikum....!" ujar Rifaldi.."Waalaikumsalam...!" sahut Bu Anis dan Pak Ridwan..Setelah Rifaldi pulang, Bu Anis dan Pak Ridwan pun langsung mencoba untuk berbicara dengan Sintia. Tok tok tok"Sintia, buka dulu nak. Kami
Serangkaian acara pun mulai di lakukan, semua orang tampak sangat bahagia sekali. Kini acara itu dilanjutkan dengan melakukan siraman. "Dimana ayah dari calon bayinya? Mama suami kamu!" tanya seorang wanita paruh baya yang memimpin acara tersebut...Sontak semua orang pun terdiam dan saling menatap satu sama lainnya. "Apa acaranya tidak bisa dilanjutkan kalau tidak ada suami saya mbok!" tanya Sintia. "Memangnya suami kamu kemana? bukankah ini juga acara yang penting untuk dia!" "Saya ada disini!" sahut seorang pria yang tiba-tiba saja datang. Semua orang pun langsung dialihkan pandangnya, dan merasa terkejut saat tahu bahwa pria tersebut adalah Rifaldi..."Rifaldi pah!" ujar Bu Ranti pada suaminya. Rifaldi pun langsung berjalan ke arah Sintia..."Apa sekarang acaranya sudah bisa di mulai?" tanya pria itu membuat semua orang membisu."Tentu saja, kita bisa mulai siramannya sekarang!" Acara siraman tujuh bulanan pun langsung di lakukan... Setelah serangkaian acara selesai dan b
"Mas, Cindy.. ayoh kesini. aku sudah membuatkan minuman dan cemilan untuk kalian!" panggil Melati...Tak berselang lama Cindy dan Devan pun datang menghampiri Melati yang sudah berada di ruang makan. "Ya ampun kak, kenapa gak ngajak-ngajak aku sih. Aku kan bisa bantuin kakak!" ujar Cindy. "Engga apa-apa kok, ini kan bikinnya juga simple banget jadi kakak bisa sendiri!" sahut Melati.."Aku cobain yah, kelihatannya enak banget!" "Iyah boleh dong, ayoh di makan!" "Hmmm apapun yang dibuat oleh istri aku ini memang gak pernah gagal. Tangan kamu ini memang ajaib banget yah!" "Makasih yah mas, kamu itu selalu memuji aku!" "Kapan-kapan aku juga mau dong kak belajar masak, biar nanti tuh setelah aku punya suami aku bisa masakin suami aku makanan yang enak terus setiap hari. Terus dapet pujian deh dari dia, sama seperti kalian ini!" ungkap Cindy. "Boleh dong, kamu bisa datang kesini dan belajar kapan pun yang kamu mau. Kakak pasti akan selalu ngajarin kamu sampai kamu bisa!" sahut Melati
Setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh akhirnya Melati, Devan dan Cindy pun sudah sampai di rumah baru mereka. Melati terlihat senang sekali dengan rumah baru yang akan ditinggalinya itu. Rumah yang terlihat sangat megah, dan halaman yang luas beserta taman membuat rumah itu terkesan mewah. "Gimana menurut kamu? apa kamu suka sama rumahnya!" tanya Devan. "Aku suka banget mas sama rumahnya, rumahnya bagus, mewah dan terlihat sangat nyaman!" sahut gadis itu. "Waw keren banget kak, ternyata kak Devan pintar juga yah milih desain rumah yang bagus!" puji Cindy. "Aku kayaknya bakalan sering nginep disini deh, apalagi letaknya juga tidak terlalu jauh dari kampus aku!" "Tentu saja boleh dong, kalau kamu mau tinggal disini juga tidak masalah sama sekali kok!" sahut Devan. "Iyah, kakak malah seneng banget karena nanti ada temennya!" "Ya udah yuk kita masuk ke dalam, pasti kamu sudah penasaran kan dengan isi rumah kita yang baru ini!" ajak Devan. "Iyah mas, aku memang sudah penas
Keesokan paginya terlihat Devan dan Melati sudah bersiap-siap untuk pindah rumah, semua orang pun merasa sedih akan kepindahan mereka berdua. "kenapa kalian berdua mendadak pindah pagi ini, bukankah akan pindahnya sore nanti!" Ujar Oma Laksmi.."Sebelumnya aku mau minta maaf Oma, karena secara mendadak aku dan Melati memutuskan untuk pindah pagi ini. Aku juga sudah bicara dengan papa dan meminta ijin untuk tidak masuk kantor dulu!" "Loh kak Devan sama kak Melati mau pindahan sekarang?" Tanya Cindy."Iyah Cindy!" Sahut singkat Melati.."Tapi kenapa? Bukannya kemarin bilangnya nanti sore yah!" "Tadinya memang begitu tapi kita jugakan harus beresin barang-barang kita nanti disana. Jadi pasti akan membutuhkan waktu yang cukup lama!" "Ya udah kalau gitu aku ikut kalian yah, aku bantuin kalian beres-beres disana gimana? Bolehkan?" "Boleh dong, malah kita senang banget karena ada yang bantuin. Iyah kan mas!" Devan pun menganggukkan sambil tersenyum ke arah Cindy. "Yess!" Ucap gadis it