Share

Penyesalan

"Kenapa jadi seperti ini, aku tahu kalau aku sudah melakukan kesalahan tapi menikahkan melati dengan kak Devan itu juga adalah kesalahan. Bagaimana bisa wanita yang tadinya akan menjadi istriku kini menjadi kakak iparku. Lalu kalau seperti ini aku tidak akan bisa menikahi Melati setelah bercerai dengan Sintia nanti!" ucap Rifaldi dalam hatinya.

"Sebaiknya kita mulai saja tradisiny, kasian mereka semua pasti ingin segera istirahat!" ujar Oma Laksmi.

"Iyah pah, mama sudah sangat lelah dengan drama yang sudah terjadi hari ini!" sahut Bu Ranti.

"Ya sudah kalau gitu kita mulai yah, Devan Melati ayoh kalian yang lebih dulu memulai tradisi ini!"

Melati dan Devan pun langsung maju ke depan dan mulai melakukan tradisi penerimaan menantu di rumah keluarga itu, begitu pun dengan Rifaldi dan Sintia yang mengikuti tradisi itu belakangan.

"Harusnya kamu melakukan tradisi ini bersama aku melati, bukan bersama kak Devan. Ini tidak benar, jujur aku tidak bisa menerima ini semua. Papa sudah melakukan kesalahan dengan menikahkan kalian berdua!" Rifaldi terus saja melihat ke arah Melati tanpa henti.

"Kenapa Rifaldi terus melihat melati dengan tatapan seperti itu, padahal dia sekarang sudah menjadi suamiku!" ucap Sintia yang tidak terima.

"Mas, kamu kenapa terus melihat melati seperti itu. Aku tahu kamu pasti masih mencintai dia tapi tolong kamu hargai aku disini karena saat ini aku adalah istri kamu terlebih lagi aku sekarang sedang mengandung anak kamu. Apa kamu tidak mendengar apa kata ibuku kalau kamu tidak boleh membuat aku sampai stress atau pun sedih!" bisik Sintia pada Rifaldi.

"Maafin aku Sintia, jujur hati aku merasa sakit saat melihat melati bersama dengan kak Devan!" sahut Rifaldi.

"Tolong demi aku mas, demi anak kita ini kamu sedikit hargai aku disini!" pinta Sintia dengan perasaan yang kecewa.

Rifaldi hanya bisa menarik nafasnya dalam-dalam karena saat ini perasaanya sedang tidak karuan.

"Sekarang tradisinya sudah selesai. Melati dan Sintia sudah resmi menjadi menantu di rumah ini. Oma harap dengan adanya kalian berdua di rumah kami ini akan bisa membawa kebahagiaan, selamat untuk pernikahan kalian yah!" ucap Oma Laksmi dengan sangat tulus.

"Baiklah sekarang kalian bisa pergi ke kamar kalian masing-masing dan mulai beristirahat!" ucap pak Hardi

"Tunggu dulu Hardi, Devan dan Rifaldi akan pergi ke kamar mereka dengan menggendong istri mereka masing-masing. Ingat, itu juga merupakan sebuah tradisi di dalam rumah ini!" sahut Oma Laksmi.

"Apa perlu seperti itu Oma, akurasa hal itu tidak usah di lakukan!" ujar Devan yang mencoba menolaknya.

"Tidak bisa Devan, ini sudah menjadi tradisi keluarga kita jadi kamu harus mengikuti semua nya. Sekarang kamu gendong istri kamu dan bawa dia masuk ke kamar kamu!" pinta Oma Laksmi.

"Baiklah, aku ingin sekali acara ini cepat selesai!" Gerutu Devan.

Devan pun langsung menggendong Melati, Melati pun hanya diam pasrah saja karena dia juga tidak bisa menolaknya. Rifaldi sendiri seperti tidak terima dengan apa yang sedang di lihatnya itu.

"Mas, ayoh kamu gendong aku juga!" tegur Sintia

Rifaldi juga langsung menggendong Sintia walaupun sesekali tatapannya terus saja mengarah pada Melati.

Oma Laksmi begitu bahagia melihat Devan dan Melati yang terlihat sangat serasi.

"Mungkin ini memang jalan terbaik dan takdir dari Tuhan, Tuhan telah menyatukan Devan dengan Melati lewat tangan Rifaldi. Mungkin saat ini tidak ada perasaan cinta di antara mereka berdua. Tapi aku yakin lambat laun rasa cinta itu akan tumbuh dan akhirnya mereka bisa saling jatuh cinta!" ucap Oma Laksmi sambil tersenyum

Setelah sampai kamar Devan langsung menurunkan Melati begitu saja tanpa bicara sepatah katapun.

"Bagaimana ini, sepertinya mas Devan tidak mau bicara sama sekali dengan aku. Dia sepertinya tidak suka dengan keberadaan ku di kamar miliknya ini!"

"Permisi non, ini barang-barangnya saya simpan dimana yah!" tanya seorang asisten rumah tangga di rumah itu

"Oh Iyah bi, biar saya saja yang menyimpannya. Terima kasih yah bi!" sahut Melati dengan sangat ramah.

"Sama-sama non Melati " jawab asisten rumah tangga yang bernama Mariam itu.

Sementara itu Devan langsung mengambil baju di dalam lemarinya dan masuk ke kamar mandi untuk bersih-bersih.

"Baru saja aku akan bicara dan menanyakan barangku ini harus di simpan dimana!" keluh Melati

Karena bingung melati pun menyimpan kopernya di samping lemari baju milik Devan, lalu dia pergi melihat-lihat sekeliling isi kamar Devan.

"Ibu sama ayah lagi ngapain yah sekarang, belum sehari saja aku sudah merasa kangen sama mereka!" Melati terlihat sedih mengingat kenangan saat masih tinggal bersama kedua orangtuanya.

"Awwww!" teriak Devan yang terlihat kesakitan.

"Mas Devan, kamu kenapa mas? mas Devan tidak apa-apakan?" Tanya Melati.

"Siapa yang menyuruh kamu menyimpan koper ini disini? "teriak Devan.

"Tidak ada mas, itu inisiatif aku sendiri!" jawab Melati dengan polosnya.

"Tolong singkirkan koper milikmu ini!"

"Iyah maaf mas, tapi aku ini bingung sekali harus menyimpan barang-barangku dimna?"

"Aku tidak peduli soal itu, tapi tolong jangan simpan kopermu ini di dekat lemari bajuku. Aku juga tidak ingin berbagi apapun di kamar ini dengan kamu termasuk tempat tidur itu!"

"Iyah mas, aku minta maaf. Tapi apa aku masih bisa menggunakan kamar mandi yang ada di kamar ini?"

Devan hanya diam saja sambil menatap Melati tanpa menjawab ucapan melati.

"Baiklah mas, terima kasih!" sahut melati yang mengerti dengan gerak gerik Devan.

Melati pun langsung mengambil handuk dan barangnya yang lain lalu pergi ke kamar mandi dan mulai bergererutu disana.

"Aku pikir mas Devan itu orangnya sangat pendiam, tapi ternyata aku salah. Dia terlihat tenang namun sangat berbahaya. Aku harus hati-hati saat bicara dengannya jangan sampai aku membuat sebuah kesalahan!"

Setelah beberapa lama Melati pun sudah selesai mandi dan disana nampak Devan yang sedang sibuk dengan laptopnya.

"Aku harus menyimpan barang-barangku yang ada di dalam koper ini dimana?" Sementara mas Devan tidak ingin berbagi lemari pakaiannya denganku!" Melati terlihat kebingungan sekali.

"Sepertinya meja ini kosong, tidak ada foto ataupun hiasan kamar yang di simpan di atasnya, jadi aku bisa menaruh koper ku di atas meja ini saja. Dan lacinya akan aku manfaatkan untuk menyimpan barang-barangku yang lain!" Melati langsung membenahi barang-barangnya disana.

Devan yang melihat hal itu pun tidak melarang atau mengatakan apapun pada Melati. Dia membiarkan Melati melakukan pekerjaannya itu.

Sesekali Melati melihat ke arah Devan yang sedang memperhatikannya sambil tersenyum, walaupun Devan masih saja terlihat sangat jutek.

Sementara itu Rifaldi dan juga Sintia sudah ada di dalam kamar mereka. Sintia juga meminta bantuan bi Mariam untuk memasukan barang-barangnya ke dalam lemari.

"Tolong yang rapih yah Bi, saya tidak mau kalau baju saya nantinya malah jadi kusut!" pinta Sintia.

"Baik non, semuanya akan beres dan aman!" sahut Bi Mariam.

"Kenapa kamu tidak melakukannya sendiri saja, itu juga barang-barang milik kamu bukan?" tegur Rifaldi.

"Aku bukannya gak bisa mas tapi kamu tahu sendirikan kalau aku ini sedang hamil dan tidak boleh terlalu kecapean!"

"Baiklah terserah kamu saja!" ujar Rifaldi yang langsung pergi ke kamar mandi. Ia sangat kesal. 

Seandainya saja, istrinya Melati dan bukan wanita ini!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status