Beranda / Romansa / Istri Palsu Presdir / 2. Kehidupannya yang Harus Aku Tahu

Share

2. Kehidupannya yang Harus Aku Tahu

Penulis: Velmoria
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-27 17:17:06

Ivy tidak pernah lupa hari ketika keluarganya tercerai-berai.

Usianya baru sepuluh tahun saat berdiri di tengah ruang tamu keluarga Harrington di Norwick, menyaksikan ibunya menangis sambil menggenggam tangan Isla, saudari kembarnya yang identik.

Ibunya harus pergi meninggalkan keluarga Harrington, dan hanya boleh membawa satu anak. Itu keputusan yang dipaksakan oleh kakek mereka.

Ivy masih ingat bagaimana ibunya memohon, tapi kakeknya tidak mau mendengarkan. Akhirnya, ibunya pergi bersama Isla, meninggalkan Ivy di sana.

Sejak hari itu, mereka menjalani hidup terpisah. Ivy dibesarkan sebagai pewaris Harrington Company oleh kakek dan ayahnya, sementara Isla tumbuh dalam kesulitan ekonomi bersama ibunya.

Ivy merasa sangat bersalah. “Apa dia akan sembuh?” Suaranya serak dan bernada lirih saat bertanya.

Perawat menggeleng pelan. “Kondisinya kritis. Kami sedang berusaha, tapi butuh waktu.”

Ivy menarik napas dalam, cepat-cepat mengusap air mata. Dia tidak mau menangis lagi. Tidak sekarang. Dia harus kuat untuk Isla.

“Ayo, Nyonya Isla, sebaiknya kuantar Anda kembali ke ruang rawat. Anda masih butuh istirahat.”

Ivy memejam. Semua orang telah menganggapnya sebagai Isla.

Namun, jika dipikirkan kembali dari yang terjadi saat ini, semuanya masuk akal.

Saat kejadian, Ivy tidak membawa apa pun selain ponsel di saku jaketnya. Hari itu, dia sedang berjalan santai di sekitar hotel tempatnya menginap, setelah menyelesaikan pertemuan bisnis dengan seorang klien.

Secara tidak sengaja, dia melihat Isla di depan hotel, tampak terburu-buru masuk ke sebuah taksi. Ivy sempat tercenung tidak percaya bahwa ia bisa bertemu kembali dengan Isla di waktu yang tidak terduga.

Tidak ingin kehilangan Isla, Ivy spontan menyusul dan langsung naik ke dalam taksi ikut duduk di samping Isla.

Namun, sebelum sempat berkata apa-apa, taksi itu ditabrak truk di persimpangan.

“Nyonya, mari saya antar ke kamar rawat Anda.” Si perawat mengamit lengan Ivy dan menuntunnya, memaksa Ivy untuk kembali ke kamar rawatnya.

Namun, baru beberapa langkah yang diambilnya untuk kembali ke ruang rawat VIP, suara dari arah belakang menghentikan mereka.

“I-Isla?”

Spontan Ivy menoleh. Ada seorang perempuan muda berdiri beberapa meter di belakang mereka.

Seragam rumah sakit yang dikenakan menunjukkan bahwa wanita itu adalah salah satu staf di sana.

Raut wajah wanita itu tampak ragu, seolah tidak yakin dengan apa yang baru saja dia lihat.

Ivy memandang balik dengan tatapan kosong. Dia masih belum benar-benar menyadari situasi.

Sementara perempuan itu melangkah mendekat dengan hati-hati. Si perawat tadi langsung berujar, “Mara, kau kenal dengan pasien?”

Mara tersenyum kikuk, lalu dia berinisiatif berkata, “Ya, pasien temanku. Biar aku yang mengantarnya ke ruang rawat.”

Ivy tidak mengerti, dia hanya memandang si perawat yang menatapnya bergantian dengan wanita bernama Mara itu, lalu melepas genggamannya di lengan Ivy. “Aku serahkan padamu. Terima kasih, Mara,” kata si perawat sambil tersenyum sebelum meninggalkan mereka berdua.

Sedang wanita bernama Mara langsung mengamit lengan Ivy sambil menatap Ivy dengan mata berkaca-kaca.

Melihat sahabatnya yang terluka seperti ini, rasanya Mara ingin cepat-cepat memeluk Isla. Namun, Mara menahan diri, karena tatapan Isla padanya terlihat berbeda.

“Maaf, kau … siapa?” akhirnya Ivy bertanya.

Mara langsung menutup mulutnya. Tidak percaya dengan yang dia dengar. Kali ini, Mara langsung memeluk Isla. “Kau kehilangan ingatan?”

Ivy diam membiarkan Mara memeluknya, tetapi dia tidak membalas pelukan Mara.

Mara mengurai pelukannya, namun tatapannya berkilat cepat saat menyadari sesuatu. “Kau kehilangan ingatan atau kau adalah … Ivy?”

Ivy tersentak. Mara mengenali dirinya. “Bagaimana kau …”

“Oh, Tuhan.” Mara mendesah lega bercampur frustasi. “Ayo kita kembali ke ruang rawatmu. Aku akan jelaskan di sana.”

Mara menuntun Ivy cepat namun dengan hati-hati menuju ruang rawatnya. Mara dengan telaten dan penuh kelembutan membaringkan Ivy di ranjangnya, tetapi kini matanya sudah memerah menahan tangi

“Aku minta maaf,” kata Ivy disela-sela Mara membaringkannya. “Tapi, bisakah kau jelaskan padaku semua yang kau tahu?”

Setelah selesai membaringkan Ivy dan memastikan wanita itu nyaman, Mara menatap Ivy sendu, air mata yang berusaha dia tahan akhirnya mengalir di pipinya. Mara mengusapnya, sambil menarik salah satu kursi tunggal dan duduk di samping ranjang Ivy. “Aku dan Isla berteman sejak kuliah.”

Lalu, Mara mulai bercerita banyak hal tentang bagaimana dia mengetahui bahwa Isla memiliki kembaran, lalu kehidupan Isla yang sulit selama masa kuliah, hingga setelah kuliah di mana mimpi Isla harus terkubur karena secara tiba-tiba menjadi pelayan di kediaman Winchester.

“Sekarang bagaimana kondisi Isla? Aku tidak tahu kalau dia mengalami kecelakaan seperti ini sampai aku melihatmu di lorong tadi, makanya kupikir kau adalah Isla.”

“Sekarang dia ada di ICU. Wajahnya hancur,” kata Ivy lirih.

Mara menutup mulutnya. “Oh, tidak. Isla yang malang. Mengapa wanita baik sepertinya harus mengalami penderitaan yang tidak berujung.” Dia mengusap sudut matanya yang basah, lalu menatap Ivy dengan ekspresi sedih. “Dia tidak pantas mengalami semua ini.”

Ivy mengerutkan kening, jantungnya masih berdebar. “Apa maksudmu? Apa yang tidak pantas dia alami?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Palsu Presdir   65. Apa Kau Keberatan Sekamar Malam Ini?

    Leonard meletakkan sendoknya perlahan di sela makan malamnya. Wajahnya menegang sesaat sebelum akhirnya ia berkata, “Aku baru sadar ... aku belum menanyakan keadaanmu, Isla.”Nada suaranya tak lagi setegas tadi. Lebih pelan. “Maafkan aku. Seharusnya itu jadi pertanyaan pertama saat kita bertemu tadi.”Ivy langsung menoleh, sedikit terkejut. “Tidak apa-apa, Kakek,” jawabnya lembut.Leonard tersenyum tipis, “Kuharap kau memaklumiku. Ingatanku tidak terlalu bagus di usiaku sekarang ini.”Ivy menggeleng dengan senyum hangat. “Tidak masalah, Kakek. Lagipula, aku baik-baik saja.”Leonard menatap Ivy dengan raut serius. “Ya, kau memang terlihat baik-baik saja sekarang, tapi yang kudengar, dua kali kau mengalami insiden yang hampir membuatmu kehilangan nyawa.”Ivy tidak terkejut Leonard mengetahui dua kecelakaan yang menimpanya.Wajar saja. Apa pun yang terjadi pada keluarga nomor satu di Alden pasti jadi sorotan.“Begitulah, Kek, tapi aku beruntung masih di sini sekarang.” Ia tersenyum lagi,

  • Istri Palsu Presdir   64. Penyesuaian Diri

    Beberapa menit diam, tatapan Ethan yang lurus ke depan, kini menatap Ivy. Menyadari sedang ditatap, Ivy menoleh sekilas. Pelan-pelan rasanya tidak secanggung sebelumnya. “Kau tidak dingin?” Sambil bertanya, ia menggosok lengannya ringan, menahan dingin yang mulai terasa.Tanpa menjawab pertanyaan Ivy, Ethan langsung berdiri dan berkata, “Ayo masuk.”Posisinya tepat di samping Ivy. Menunggu sampai wanita itu berdiri, barulah ia melangkah menuju tangga.Satu anak tangga baru dipijak Ivy, tangannya langsung ditarik pelan, digenggam oleh Ethan.Meski sempat terkejut, tapi Ivy mulai terbiasa. Ia sudah menyesuaikan diri. Namun, walau tangannya digenggam, ia tidak membalas. Cuma membiarkan.Mereka terus berjalan menuruni tangga batu kecil yang menghubungkan balkon ke sisi dalam mansion.Tapi tidak bersisian. Ethan di depan, memimpin jalan seolah bukan menuruni tangga biasa. Lalu tiba-tiba bertanya, “Masih dingin?” Ia menoleh melewati bahunya, sekilas.“Sudah tidak lagi,” jawab Ivy cepat.

  • Istri Palsu Presdir   63. Bingung dan Serba Salah

    Kenapa Ethan tidak langsung menuntut penjelasan, atau memaksa Ivy mengaku?Sepertinya tidak mungkin Ethan mencurigai sesuatu, apalagi sampai tahu sesuatu. Kalau Ethan tahu, pria itu tidak akan setenang ini. Tidak akan … bersikap sehangat tadi dan seperti sebelum-sebelumnya. Tapi bagaimana jika Ethan memang tahu dan hanya sedang menunggu waktu yang tepat?Apa itu mungkin?Ivy mengalihkan pandangannya cepat, seolah takut pikirannya bisa terbaca. Tapi dalam dadanya, jantung terus berdetak tak terkendali.Ia kembali meneguk tehnya. Kali ini lebih lambat, tapi tak terasa hangatnya.Ia hanya butuh alasan untuk tetap sibuk. Lalu diam sebentar, sebelum akhirnya meletakkan cangkir ke nampan perak dengan pelan.“Kalau begitu, aku ke atas dulu,” katanya singkat, menahan intonasi agar terdengar biasa.Baru saja ia berbalik, suara Ethan terdengar. “Ada yang ingin kau lakukan?”Ivy berhenti. Ia menoleh, perlahan. “Tidak. Hanya ingin istirahat lagi,” jawabnya, menjaga nada tetap netral. Matanya tida

  • Istri Palsu Presdir   62. Apa Dia Tahu Siapa Aku?

    Begitu duduk di balik kemudi, tangannya gemetar sedikit saat menyalakan mobil.Bukan karena rasa bersalah, tapi karena ledakan adrenalin yang belum reda.Mobil melaju keluar dari kawasan industri yang sunyi, meninggalkan gedung tua itu dan mayat yang nantinya tidak akan ditemukan oleh siapa pun.Bukti lenyap. Bahkan tidak ada kamera CCTV di lokasi kejadian. Stella menyusuri jalanan menuju kantor.Ia mengetuk layar dashboard, menyambungkan panggilan ke Anastasia lewat sistem suara mobil.Beberapa detik kemudian, suara dingin terdengar dari speaker.“Ya? Jadi bagaimana hasilnya?”Stella menelan ludah kecil, lalu berbicara dengan suara serendah dan selembut mungkin. “Maafkan aku, Nyonya. Rencana kita kemarin gagal. Isla diselamatkan oleh Ethan.”Hening.Hanya suara mesin mobil dan dentingan kecil dari dashboard yang terdengar, sebelum Anastasia di seberang sana akhirnya menjawab.“Rupanya kemarin kau terlalu percaya diri ya, Stella,” sindir Anastasia sambil memijat kening.Stella mengg

  • Istri Palsu Presdir   61. Tidak Ada Kesempatan Kedua

    Di waktu yang sama, di tempat yang berbeda.Sebelum ke kantor, Stella memutar kemudi menuju bangunan tua yang berada di ujung kawasan industri yang sudah lama mati.Tersembunyi di balik pagar tinggi dan deretan kontainer kosong, tempat itu nyaris tak terlihat dari jalan utama.Dulunya hotel kecil milik keluarga Roswell, kini hanya gedung kosong berlapis debu.Ayahnya bahkan sudah lupa pernah mendirikan bangunan itu di sana.Stella memanfaatkan tempat itu selama ini sebagai ruang pertemuan, mengatur rencana dan memberi perintah pada orang-orang suruhannya. Dan tidak ada siapa pun yang tahu ia sering datang ke sini.Semalam, Stella menerima kabar kegagalan itu tepat setelah makan malam usai di kediaman utama Roswell.Suara notifikasi masuk ke ponselnya begitu ia duduk rapi di ruang tamu rumah keluarganya, yang dikelilingi oleh orang tua dan satu-dua tamu yang tengah berbasa-basi soal bisnis.Ia membaca laporan singkat di bawah meja, wajahnya tetap tenang.Bibirnya tersenyum tipis, tapi

  • Istri Palsu Presdir   60. Jangan Biarkan Hatimu Jatuh

    Udara kamar sudah terasa menghangat, begitu juga tubuh Ivy.Ia tidak lagi menggigil, tapi tetap diam dalam pelukan Ethan. Napasnya tenang, tapi matanya terbuka, menatap langit-langit.Ia belum bisa tidur.Bukan karena nyeri, atau rasa sakit lainnya.Tapi karena jantungnya yang masih terus berdetak terlalu keras, terlalu cepat, sampai enggan kembali normal.Meski begitu, anehnya, semua rasa sakit dan lelahnya terasa ... hilang begitu saja.Seolah tubuhnya lupa bahwa beberapa jam lalu ia nyaris mati.Yang tersisa kini hanya kehangatan, nyaman, dan damai.Terasa aneh.Bukan cuma hangat, tapi seperti ada sesuatu yang diam-diam mengisi kekosongan dalam dirinya.Bukan sekadar rasa nyaman. Tapi rasa ... dijaga.Seakan tubuhnya tahu, ini tempat paling aman yang pernah ada.Tapi itu menakutkan.Ia takut terlalu terbiasa.Takut tidak bisa membedakan lagi mana rasa syukur karena selamat dan mana rasa yang mulai tumbuh diam-diam tanpa izin.Ivy menggigit bibir pelan. Tangannya nyaris ingin menyen

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status