Share

bab5. Sebuah perjanjian

"Apa kamu belum puas telah menghancurkan masa depanku? Dan sekarang kamu pun merenggut kebebasan hidupku. Kamu benar-benar manusia tak punya hati," ucap Hanna.

Kelvin mendekat ke arah Hanna. "Lebih baik kamu manfaatkan waktu bersama anakmu ini, sebelum kamu benar-benar kehilangannya," ucap Kelvin. Ia menoleh ke arah seorang wanita yang ditugaskan oleh ibunya untuk mengurus Clayton.

"Pastika kamu bisa mengambil hatinya agar ia betah di sini. Sekarang antaranya mereka ke kamar yang sudah disediakan," ucap Kelvin.

"Baik tuan muda," jawab wanita tersebut dengan sedikit membungkukan badannya. Lalu ia pun menoleh ke arah Hanna. "Mari ikut saya," ucapnya. 

Hanna terpaksa menurut, karena tetap berdiri di sana pun hanya akan membuatnya melanjutkan perdebatan dengan Kelvin.

"Mama, kita kemana?" tanya Clayton yang menggandeng tangan Hanna.

"Kita mau ke kamar yang pasti tuan kecil menyukainya," sahut wanita yang mengantarkan mereka.

"Ma," panggil Clayton untuk mendapat jawaban dari sang mama.

"Iya sayang, kita ke kamar supaya kamu bisa istirahat ya ," jawab Hanna sambil tersenyum ke arah sang anak.

"Tapi Clay belum mandi, masih bau," ucap Clayton kembali sambil mencium bajunya.

"Nanti Clayton mandi sama sus ya?" ucap wanita yang berpotensi sebagai babysitter tersebut.

"Nggak mau, Clay cuma mau mandi sama mama saja," jawab Clayton ketus. Sepertinya Clayton mewarisi sikap dingin dan galak ayahnya, dan itu terlihat jelas setiap kali ia berbicara dengan orang yang asing baginya.

Mereka memasuki kamar yang didesain khusus untuk Clayton. Hanna sempat kagum dengan kamar yang indah tersebut.

"Ma, kamarnya bagus banget. Clayton pengen punya kamar seperti ini," ucap Clayton terlihat sangat senang melihat kamar tersebut.

"Tuan kecil, kamar ini memang milik anda."

Clayton melirik sekilas ke arah wanita tersebut, lalu beralih ke arah Hanna. Hanna tersenyum, dan Clayton langsung melepas genggaman tangannya pada Hanna. 

Clayton melangkah menghampiri sebuah robot mainan di lemari yang menarik perhatiannya. "Ma, lihat, ini bagus banget. Clay juga punya kan ya ma? tapi lebih kecil. Kalau ini gede dan lebih bagus," celotehnya sambil membuka lemari kaca di depannya.

Sebelum membuka sepenuhnya pintu lemari, Clayton pun menoleh ke arah Hanna. "Ma, Clay boleh pegang sedikit nggak?" tanyanya.

"Bo—"

"Tentu tuan kecil. Robot itu milik anda, itu artinya anda bebas memainkannya."

Hanna menghela nafas, ia merasa kesal karena setiap ingin menjawab pertanyaan Clayton, wanita yang ditugaskan merawat anaknya selalu berusaha mendahului.

Hanna berusaha tenang, ia melipat kedua tangannya dibawah dada lalu menoleh ke arah wanita di sampingnya. "Aku lihat kamu ingin sekali mengambil alih tugasku sebagai seorang ibu?" ucap Hanna.

Wanita tersebut pun menoleh ke arah Hanna dan tersenyum. "Panggil aku sus Rena, itu namaku. Jika kamu berpendapat demikian, maka jawaban dariku tentu saja, iya. Aku melakukannya karena ini adalah tugasku. Mengambil alih tugasmu mengurus tuan kecil di tanganku, agar keluarga Wirautama bisa segera menendangmu dari sini. Dengan begitu nona Rebecca bisa bahagia dengan pernikahannya," jawab wanita yang mengaku bernama Rena.

Hanna merasa kesal dengan Rena, ia mendekat ke arah Rena dengan tatapan tajamnya. "Jangan berpikir kamu bisa melakukan hal tersebut, aku tidak akan pernah membiarkanmu menjauhkan aku dari anakku," ucap Hanna pelan tapi menekan.

Namun siapa sangka Rena lebih berani dari perkiraannya. Rena tersenyum sinis pada Hanna. "Kamu pikir, siapa kamu di sini sehingga berani mengancamku," ucapnya sambil mendorong pundak Hanna.

"Kamu—"

Klekkkk….

Pintu kamar terbuka dan Hanna pun menggantung ucapannya.

"Nona Hanna, nyonya Lidya dan tuan muda Kelvin menunggumu," ucap Haris. Sikapnya masih sopan daripada Rena terhadap Hanna.

"Sebentar," sahut Hanna. Ia melangkah mendekati Clayton yang asik mengagumi banyaknya mainan bagus dan mahal di kamar tersebut. "Sayang, mama keluar dulu? Clay di sini sama sus Rena," ucapnya.

Clayton menoleh ke arah Rena yang tengah tersenyum ke arahnya, lalu ia pun menoleh kembali ke arah Hanna. "Clay mau ikut mama," ucapnya.

"Tuan kecil, mama anda cuma sebentar kok, nanti balik lagi ke sini. Tuan kecil main sama sus ya, tuh masih banyak mainan yang bisa kita mainkan," ucap Rena berusaha membujuk Clay.

Clayton menatap dingin ke arah Rena, ia terlihat tak menyukainya Rena. "Ma, Clay mau ikut mama," ucap Clayton kembali pada Hanna.

Hanna mengusap kepala Clayton dengan lembut. "Sayang tunggu mama sebentar ya? Kan Clayton anak pintar dan nurut. Mama juga sebentar kok, jadi Clayton sama susu dulu, ok?" ucap Hanna.

Clayton pun mengangguk. Melihat anggukan Clayton, Hanna pun meninggalkan kamar. Ia mengikuti Haris menemui Lidya dan Kelvin di ruang kerja.

Ternyata bukan hanya Lidya dan Kelvin yang berada di ruangan tersebut. Rebecca pun ada di sana, duduk menyilangkan kaki di sofa, dan menatap sinis ke arah Hanna saat Hanna memasuki ruangan.

"Surat perjanjian yang kami inginkan sudah di buat. Sekarang tandatangani dan dua hari lagi kalian akan menikah," ucap Lidya.

Hanna mengambil selembar surat perjanjian di meja dan mulai membacanya. Ia mengerutkan dahinya melihat surat perjanjian yang jauh dari keinginannya. Hanna pun menoleh ke arah Lidya hendak protes.

"Tidak ada tawar menawar, atau kamu lebih memilih saat ini juga kehilangan Clayton," ucap Lidya yang tahu niat Hanna hendak protes.

"Tapi nyonya, kenapa aku tidak diizinkan keluar rumah jika tidak bersama anak anda? Bahkan hak saya untuk bekerja pun dilarang?  Ini sama saja semua hal pribadi saya di atur oleh keluarga ini," ucap Hanna.

"Apa kata orang jika seorang menantu keluarga Wirautama, bekerja sebagai kasir di sebuah restoran murah. Kemana jalan pikiranmu, hah?" celetuk Kelvin dengan tatapan sinisnya.

'Ya Tuhan, kenapa aku harus mengenal orang yang cukup menyebalkan seperti ini?' batin Hanna. Ia memilih untuk tidak meladeni Kelvin daripada emosinya terpancing.

"Saya ingin sedikit kebebasan, setidaknya biarkan saya menikmati hari libur dengan Clayton seperti biasanya."

Brakkkkk……

Hanna terkejut saat Lidya memukul meja dengan kuat, ia menoleh ke arah Lidya yang menatapnya penuh amarah.

"Segera tandatangani atau segera angkat kaki dari rumah ini, tanpa membawa cucuk keluarga Wirautama! Ingat Hanna, aku masih berbaik hati padamu, tapi bukan berarti membiarkanmu menentang setiap keputusanku!" ucap Lidya bernada tinggi.

Hanna merasa lemah, keberaniannya tak cukup untuk melawan orang yang penuh kuasa di depannya saat ini.

Sementara Rebecca tersenyum penuh kepuasan. Baginya rasa sakit dan tertekannya Hanna adalah sebuah kebahagiaan untuknya.

Hanna menatap kembali surat perjanjian yang ada di tangannya. Selain perjanjian tentang kebersamaanya dengan Clayton yang tidak akan dipisahkan darinya secara paksa, perjanjian lainnya adalah sebuah aturan yang tak memihaknya. Aturan yang harus dipatuhi dengan penuh penekanan.  

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status