"Apa kamu belum puas telah menghancurkan masa depanku? Dan sekarang kamu pun merenggut kebebasan hidupku. Kamu benar-benar manusia tak punya hati," ucap Hanna.
Kelvin mendekat ke arah Hanna. "Lebih baik kamu manfaatkan waktu bersama anakmu ini, sebelum kamu benar-benar kehilangannya," ucap Kelvin. Ia menoleh ke arah seorang wanita yang ditugaskan oleh ibunya untuk mengurus Clayton."Pastika kamu bisa mengambil hatinya agar ia betah di sini. Sekarang antaranya mereka ke kamar yang sudah disediakan," ucap Kelvin."Baik tuan muda," jawab wanita tersebut dengan sedikit membungkukan badannya. Lalu ia pun menoleh ke arah Hanna. "Mari ikut saya," ucapnya. Hanna terpaksa menurut, karena tetap berdiri di sana pun hanya akan membuatnya melanjutkan perdebatan dengan Kelvin."Mama, kita kemana?" tanya Clayton yang menggandeng tangan Hanna."Kita mau ke kamar yang pasti tuan kecil menyukainya," sahut wanita yang mengantarkan mereka."Ma," panggil Clayton untuk mendapat jawaban dari sang mama."Iya sayang, kita ke kamar supaya kamu bisa istirahat ya ," jawab Hanna sambil tersenyum ke arah sang anak."Tapi Clay belum mandi, masih bau," ucap Clayton kembali sambil mencium bajunya."Nanti Clayton mandi sama sus ya?" ucap wanita yang berpotensi sebagai babysitter tersebut."Nggak mau, Clay cuma mau mandi sama mama saja," jawab Clayton ketus. Sepertinya Clayton mewarisi sikap dingin dan galak ayahnya, dan itu terlihat jelas setiap kali ia berbicara dengan orang yang asing baginya.Mereka memasuki kamar yang didesain khusus untuk Clayton. Hanna sempat kagum dengan kamar yang indah tersebut."Ma, kamarnya bagus banget. Clayton pengen punya kamar seperti ini," ucap Clayton terlihat sangat senang melihat kamar tersebut."Tuan kecil, kamar ini memang milik anda."Clayton melirik sekilas ke arah wanita tersebut, lalu beralih ke arah Hanna. Hanna tersenyum, dan Clayton langsung melepas genggaman tangannya pada Hanna. Clayton melangkah menghampiri sebuah robot mainan di lemari yang menarik perhatiannya. "Ma, lihat, ini bagus banget. Clay juga punya kan ya ma? tapi lebih kecil. Kalau ini gede dan lebih bagus," celotehnya sambil membuka lemari kaca di depannya.Sebelum membuka sepenuhnya pintu lemari, Clayton pun menoleh ke arah Hanna. "Ma, Clay boleh pegang sedikit nggak?" tanyanya."Bo—""Tentu tuan kecil. Robot itu milik anda, itu artinya anda bebas memainkannya."Hanna menghela nafas, ia merasa kesal karena setiap ingin menjawab pertanyaan Clayton, wanita yang ditugaskan merawat anaknya selalu berusaha mendahului.Hanna berusaha tenang, ia melipat kedua tangannya dibawah dada lalu menoleh ke arah wanita di sampingnya. "Aku lihat kamu ingin sekali mengambil alih tugasku sebagai seorang ibu?" ucap Hanna.Wanita tersebut pun menoleh ke arah Hanna dan tersenyum. "Panggil aku sus Rena, itu namaku. Jika kamu berpendapat demikian, maka jawaban dariku tentu saja, iya. Aku melakukannya karena ini adalah tugasku. Mengambil alih tugasmu mengurus tuan kecil di tanganku, agar keluarga Wirautama bisa segera menendangmu dari sini. Dengan begitu nona Rebecca bisa bahagia dengan pernikahannya," jawab wanita yang mengaku bernama Rena.Hanna merasa kesal dengan Rena, ia mendekat ke arah Rena dengan tatapan tajamnya. "Jangan berpikir kamu bisa melakukan hal tersebut, aku tidak akan pernah membiarkanmu menjauhkan aku dari anakku," ucap Hanna pelan tapi menekan.Namun siapa sangka Rena lebih berani dari perkiraannya. Rena tersenyum sinis pada Hanna. "Kamu pikir, siapa kamu di sini sehingga berani mengancamku," ucapnya sambil mendorong pundak Hanna."Kamu—"Klekkkk….Pintu kamar terbuka dan Hanna pun menggantung ucapannya."Nona Hanna, nyonya Lidya dan tuan muda Kelvin menunggumu," ucap Haris. Sikapnya masih sopan daripada Rena terhadap Hanna."Sebentar," sahut Hanna. Ia melangkah mendekati Clayton yang asik mengagumi banyaknya mainan bagus dan mahal di kamar tersebut. "Sayang, mama keluar dulu? Clay di sini sama sus Rena," ucapnya.Clayton menoleh ke arah Rena yang tengah tersenyum ke arahnya, lalu ia pun menoleh kembali ke arah Hanna. "Clay mau ikut mama," ucapnya."Tuan kecil, mama anda cuma sebentar kok, nanti balik lagi ke sini. Tuan kecil main sama sus ya, tuh masih banyak mainan yang bisa kita mainkan," ucap Rena berusaha membujuk Clay.Clayton menatap dingin ke arah Rena, ia terlihat tak menyukainya Rena. "Ma, Clay mau ikut mama," ucap Clayton kembali pada Hanna.Hanna mengusap kepala Clayton dengan lembut. "Sayang tunggu mama sebentar ya? Kan Clayton anak pintar dan nurut. Mama juga sebentar kok, jadi Clayton sama susu dulu, ok?" ucap Hanna.Clayton pun mengangguk. Melihat anggukan Clayton, Hanna pun meninggalkan kamar. Ia mengikuti Haris menemui Lidya dan Kelvin di ruang kerja.Ternyata bukan hanya Lidya dan Kelvin yang berada di ruangan tersebut. Rebecca pun ada di sana, duduk menyilangkan kaki di sofa, dan menatap sinis ke arah Hanna saat Hanna memasuki ruangan."Surat perjanjian yang kami inginkan sudah di buat. Sekarang tandatangani dan dua hari lagi kalian akan menikah," ucap Lidya.Hanna mengambil selembar surat perjanjian di meja dan mulai membacanya. Ia mengerutkan dahinya melihat surat perjanjian yang jauh dari keinginannya. Hanna pun menoleh ke arah Lidya hendak protes."Tidak ada tawar menawar, atau kamu lebih memilih saat ini juga kehilangan Clayton," ucap Lidya yang tahu niat Hanna hendak protes."Tapi nyonya, kenapa aku tidak diizinkan keluar rumah jika tidak bersama anak anda? Bahkan hak saya untuk bekerja pun dilarang? Ini sama saja semua hal pribadi saya di atur oleh keluarga ini," ucap Hanna."Apa kata orang jika seorang menantu keluarga Wirautama, bekerja sebagai kasir di sebuah restoran murah. Kemana jalan pikiranmu, hah?" celetuk Kelvin dengan tatapan sinisnya.'Ya Tuhan, kenapa aku harus mengenal orang yang cukup menyebalkan seperti ini?' batin Hanna. Ia memilih untuk tidak meladeni Kelvin daripada emosinya terpancing."Saya ingin sedikit kebebasan, setidaknya biarkan saya menikmati hari libur dengan Clayton seperti biasanya."Brakkkkk……Hanna terkejut saat Lidya memukul meja dengan kuat, ia menoleh ke arah Lidya yang menatapnya penuh amarah."Segera tandatangani atau segera angkat kaki dari rumah ini, tanpa membawa cucuk keluarga Wirautama! Ingat Hanna, aku masih berbaik hati padamu, tapi bukan berarti membiarkanmu menentang setiap keputusanku!" ucap Lidya bernada tinggi.Hanna merasa lemah, keberaniannya tak cukup untuk melawan orang yang penuh kuasa di depannya saat ini.Sementara Rebecca tersenyum penuh kepuasan. Baginya rasa sakit dan tertekannya Hanna adalah sebuah kebahagiaan untuknya.Hanna menatap kembali surat perjanjian yang ada di tangannya. Selain perjanjian tentang kebersamaanya dengan Clayton yang tidak akan dipisahkan darinya secara paksa, perjanjian lainnya adalah sebuah aturan yang tak memihaknya. Aturan yang harus dipatuhi dengan penuh penekanan."Kenapa diam? Asal kamu tahu, aku tak punya banyak waktu untuk mengurus hal semacam ini. Segeralah tanda tangan atau kesempatan kamu bersama dengan Clayton cukup sampai hari ini," ucap Lidya.Wanita paruh baya yang wajahnya terlihat garang itu menggertak Hanna. Hanna seperti tak punya pilihan, ia pun akhirnya menandatangani surat perjanjian tersebut.Lidya menarik kertas yang sudah di tandatangani Hanna. "Kalian akan menikah akhir pekan ini," ucapnya."Maka kami akan menikah di pekan berikutnya," ucap Rebecca.Lidya hanya melirik sekilas ke arah Rebecca. Ia tidak terlalu suka dengan gadis tersebut. Bagi Lidya, Rebecca adalah gadis yang sombong dan terlalu berani padanya, karena Kelvin yang selalu mempertahankannya. Namun meski demikian, Lidya juga tak bisa memaksa Kelvin untuk menjauhinya. Itu karena Kelvin yang mengancam tidak akan meneruskan mengurus perusahaan, jika ia tak di izinkan bersama Rebecca.Sementara Hanna hanya bisa pasrah dengan keadaannya. Ia tidak tahu bagaimana sela
Hanna sedikit merasa kecewa karena pemandangan indah tersebut harus hilang, tapi apa yang bisa ia lakukan. Tak mungkin ia menegur Kelvin.Hanna melihat sekelilingnya, ia mencari tas isi baju gantinya yang seharusnya ada di kamar tersebut."Di mana tas bajuku?" tanyanya.Kelvin hanya menoleh tanpa memberikan jawaban. Ia langsung membuka jas penggantinya, melemparnya sembarang arah, lalu berbaring di atas ranjang.'Ck, apa dia tuli?' batin Hanna menatap kesal pada Kelvin. Ia pun mencari ke setiap pojok ruangan hingga akhirnya ia menemukan tas bajunya.Daster yang memang selalu ia pakai setiap kali ia tidur menjadi pilihan. Hanna segera mengganti pakaiannya dan berbaring di sofa. Tak ada bantal ataupun selimut yang ia gunakan, dan ia pun menggunakan gaun pengantin sebagai selimut untuk menahan hawa dingin di ruangan tersebut.Rasa lelah tak membuat Hanna segera memejamkan matanya. Ia merindukan Clayton, karena ini adalah kali pertamanya ia melewati malam tanpa sang buah hati.'Bahkan aku
"Kita pulang," suara Kelvin berhasil mengagetkan Hanna.Hanna pun menoleh ke arah Kelvin. "Kamu dari mana?" tanya Hanna. Ia menatap Kelvin dengan penuh keberanian."Jangan kamu pikir setelah berstatus sebagai istriku, maka kamu wajib tahu kemana aku pergi. Ingat, pernikahan ini hanya sebuah status yang tak akan pernah bisa mengubah pandanganku terhadap," ucap Kelvin dengan tatapan sinis."Aku tahu, dan aku hanya sekedar bertanya. Jika kamu tidak berkenan menjawab juga aku nggak akan memaksa," sahut Hanna. Ia melangkah menuju tas bajunya hendak mengambil baju ganti. Tidak mungkin juga kan dia keluar dari hotel mengenakan daster yang ia gunakan untuk tidur."Kamu sangat berani padaku," ucap kelvin membuat Hanna menghentikan langkah di dekatnya, dan mereka pun saling berdiri memunggungi."Apa yang harus aku takutkan dari seorang pria pengecut sepertimu?" sahut Hanna.Jawaban Hanna pun berhasil memancing amarah Kelvin. Ia mengangkat tangannya hendak menampar Hanna, tapi terhenti di udara
Hanna merasa kesal dengan jawabn Rena. Ia pun semakin mendekat ke arah Rena sambil menyunggingkan senyuman."Aku tahu kamu tidak bisa menghargai siapa aku di sini, karena aku bukan wanita yang diharapkan keluarga ini. Tapi untuk menungguku angkat kaki dari sini, maka kamu harus bisa lebih bersabar," ucap Hanna.Hanna pun melangkah melewati Rena dengan menabrak lengan gadis tersebut. Hanna langsung menaiki tangga dan menuju kamar Kelvin. 'Sepertinya kesabaranku harus di atas rata-rata untuk menghadapi mereka semua,' batin Hanna.Ia berdiri di depan pintu kamar Kelvin. Hendak mengetuknya, tapi penuh keraguan.'Apa aku harus masuk ke dalam kandang macan ini?' batin Hanna.Setelah berpikir beberapa menit, Hanna pun akhirnya mengumpulkan keberaniannya dan mengetuk pintu.Tok tok tok Ketukan pintu pertama tak di hiraukan, tak ada jawaban dari dalam sana. Ia pun kembali mengetuk dan hasilnya sama. Akhirnya Hanna pun membuka pintu secara perlahan tanpa menunggu persetujuan Kelvin.Hanna tak
Kelvin menghampiri Hanna, ia menoleh ke arah Clayton sebelum berbicara dengan Hanna. "Clay, kamu masuk mobil dulu," ucapnya meminta Clayton untuk masuk ke dalam mobil. Clayton pun menurut, ia menunggu sang ibu di dalam mobil.Kelvin kembali menoleh ke arah Hanna, tatapannya terlihat seperti sangat enggan melihat wanita di hadapannya saat ini. Namun bagaimana pun juga ia harus mengatakan sesuatu pada Hanna."Setelah aku menikah dengan Rebecca, aku akan pindah ke villa, dan itu artinya kamu harus ikut denganku agar mama tidak komplain terus menerus. Namun harus kamu ingat, saat kita tinggal bersama nanti, jangan pernah berharap aku akan memperlakukanmu seperti seorang istri, tapi kamu juga harus ingat jika kamu punya tanggung jawab untuk menjaga nama baik Wirautama, atau kamu akan tahu akibatnya," ucap Kelvin pada Hanna."Ada lagi yang ingin kamu katakan?" tanya Hanna, tapi Kelvin hanya menatapnya dingin. Hanna pun mengangkat dua bahunya "Ok, aku harus segera mengantar Clayton," imbuhnya
Rebecca menatap dengan tatapan sinisnya, ia merapikan baju dan rambutnya lalu melangkah penuh percaya diri.Beruntung aktivitas di ruangan Kelvin sudah usai, kalau tidak, mungkin akan menjadi cerita panjang."Selamat pagi nyonya Lidya Wirautama?" ucap Rebecca menyapa Lidya yang hendak melangkah."Kamu sudah disini sepagi ini?" tanya Lidya dengan nada ketus. Ia memang tak menginginkan Kelvin menikah dengan Hanna, tapi ia juga tak menginginkan Kelvin menikah dengan wanita di hadapannya saat ini.Bagi Lidya, Rebecca tak lebih dari seorang wanita murahan yang hanya mengincar harta. Namun sayangnya, Lidya pun tak bisa membuat Kelvin menjauhi Rebecca, dan menikah dengan wanita yang diinginkannya."Tante, bukankah sebentar lagi aku akn menjadi menantu tante juga? Tapi kenapa tante masih angkuh padaku? Ketahuilah tante, jika hanya aku wanita yang bisa membuat Kelvin bahagia," ucap Rebecca penuh senyuman.Lidya hanya menyunggingkan senyuman lalu kembali melangkah, tanpa peduli ocehan Rebecca.
Rebecca menghampiri Kelvin, dan seperti biasa ia langsung duduk di pangkuan Kelvin. "Sayang, kenapa kamu tidak jadi membelikan mobil untukku hari ini?" tanya Rebecca dengan suara manjanya."Mama melarang kita terlihat berduaan di luar. Ini akan berpengaruh dengan banyak hal karena publik tahu jika aku sudah menikah," jawab Kelvin.Rebecca menghentikan tangan Kelvin yang meraba tubuhnya. "Kenapa kedekatan kita semakin diberi jarak?" ucapnya dengan memasang wajah sedih."Itu karena wanita itu ada di antara kita sayang," jawab Kelvin. Kelvin hendak mencium Rebecca, tapi di tolak oleh Rebecca.Rebecca berdiri dari pangkuan Kelvin, lalu menghempaskan tubuhnya di sofa, di samping Kelvin."Itu artinya setelah menikah nanti aku harus berperan seperti istri simpanan?" Rebecca menoleh ke arah Kelvin dengan tatapan yang tak biasa."Kamu tetap prioritas," sahut Kelvin sambil menarik pinggang Rebecca. Namun saat itu juga Rebecca menahannya. "Aku bad mood," ucapnya."Ok," sahut Kelvin. Ia sangat
"Apa kamu tidak berfikir jika tawaranku juga baik untuk Clayton?" Hanna tersenyum menanggapi ucapan Lidya. "Aku lebih tahu apa yang terbaik untuk anakku, nyonya," sahut Lidya lalu melanjutkan langkahnya.Lidya tak menghentikan Hanna lagi, ia hanya menahan kesal, lalu menatap bingkai foto di meja kerjanya. "Andai kamu masih ada disini, semua tidak akan serumit ini," ucapnya.Langkah hanna terhenti saat hendak masuk ke kamar Clayton. Ia mendengarkan Clayton yang tengah diajak bicara dengan Rena."Tapi mama papa Clay kan baik, omah juga sayang Clay," ucap Rena."Papa sama omah sayang Clay, tapi mama lebih sayang sama Clay," sahut Clay. Entah apa yang mereka bicarakan sebelumnya, tapi Hanna memutuskan untuk mendengarkannya."Tapi nanti kalau mama sudah nggak tinggal lagi di sini bagaimana?" tanya Rena kembali."Clay akan ikut mama," jawab Clayton."Jangan dong. Di sini kan Clay di sayang banyak orang, punya rumah besar, mobil mewah, bahkan kamar Clay banyak mainan yang bagus dan mahal. M