"Kamu puas?" tanya seorang pria muda, usianya bahkan belum genap 20 tahun saat ini, hanya saja, ia menjadi idola para wanita dewasa yang sudah pernah memakai jasanya.
Seorang wanita tengah berbaring di atas ranjang tanpa daya, dirinya baru saja mencapai klimaks untuk yang ke tiga kalinya, sementara dia ... Neil, sama sekali belum mendapatkan pelepasan.Wanita itu mengubah posisi tubuhnya, ia hampir saja menyerah, stamina Neil benar-benar gila, seperti seekor kuda liar, bergerak statis, menghentak dengan kuat, bahkan mampu membuatnya mendesah seperti seorang gila yang haus akan kepuasan."Inggrid, aku tahu kamu selalu tidak pernah puas pada suamimu, kan?" kata Neil seraya menyentuh pinggang wanita bernama Inggrid lalu membalik tubuhnya, "berbaliklah," pinta Neil, suaranya terdengar serak dan parau terbakar oleh gairah yang menggebu di dalam dirinya.Inggrid hanya bisa menggigit bibir bawahnya, menahan gelitik kenikmatan yang terus menggerogoti kewarasannya saat ini. Ia benar-benar dibuat menggila akibat ulah Neil."Neil, sudah, aku tidak kuat lagi," lirih Inggrid, tubuhnya kembali menggelinjang saat Neil menyentak lebih dalam, kali ini ia menahan cukup lama miliknya di dalam tubuh Inggrid, dan Ingrid bisa merasakan cairan hangat membanjiri bagian intim miliknya, meleleh hingga ke paha luar.Neil tumbang di atas punggung mulus Inggrid. Ia pun memutar tubuhnya agar tidak membuat sesak wanita cantik berusia 40 tahun itu dengan terlalu lama menindih punggungnya.Ditutupi tubuh Inggrid dengan selembar selimut tebal, lalu membiarkan wanita itu meletakkan kepala di lengan kekar miliknya. "Kamu lelah?"Wanita itu hanya menggangguk lemah, bagaimana Neil bisa membuat tenaganya begitu terkuras habis, bahkan tungkai kakinya lemas seperti agar-agar, tidak bisa dibuat untuk berdiri benar."Sangat lelah, tetapi aku puas, Neil. Apakah aku bisa memesanmu lagi setelah ini?" tanya Inggrid, berharap Neil bisa memberikan kepuasan untuknya di pertemuan berikut. Sayangnya, kepala Neil menggeleng, ia tidak mau menerima wanita yang sama untuk kedua kali, alasannya?Ia tidak suka merasakan tubuh yang sama dari seorang wanita, itu saja, hal yang sangat konyol."Maaf, aku tidak bisa melakukan hal itu. Aku tidak mau bercinta dengan wanita yang sama, karena bagiku ... kenikmatan dan rasa dari setiap wanita itu berbeda, sama seperti restoran, aku tidak suka mencicipi restoran yang sama, karena begitu banyak restoran di sini yang pastinya menyajikan rasa yang begitu berbeda, Inggrid," jawab Neil, bukan sombong, sebetulnya itu hanya sebuah alasan yang terlalu dibuat-buat saja. Yang sejujurnya, Neil itu moody-an.Inggrid meminta Neil mengambilkan tas miliknya di atas nakas, lalu mengambil sesuatu di dalam sana. "Ini bayaranmu," kata Inggris menyerahkan sebuah kartu kredit dengan limit yang sangat besar."Hei, kamu sudah membayarku, aku rasa itu sangat cukup. Tidak perlu berlebihan," kata Neil, mendorong kembali kartu yang disodorkan Inggrid padanya, tetapi wanita itu sangat keras kepala, ia tetapi menyodorkan benda itu pada Neil."Ayo lah, terima saja. Itu milikku, kamu tahu ... suamiku seorang pengusaha kaya raya, tetapi aku pun bukan wanita susah, aku mampu membayarmu seumur hidup, itu pun kalau kamu tadi mengatakan 'ya' pada tawaranku," jawab Inggrid. Mau tidak mau, tetapi sebetulnya mau, Neil pun meraih kartu tersebut, dan mengucapkan terima kasih setelahnya.Tidak lama kemudian, karena rasa lelah yang teramat sangat, Neil dan Inggrid pun tertidur...."Neil, malam ini adalah jatah show kamu, apakah kamu baik-baik saja, kulihat wajahmu sedikit pucat," kata Marion kepada Neil. Marion, adalah salah satu mucikari terkenal, ia cantik, seksi, sayangnya ... ia sudah memiliki seorang kekasih.Neil meletakkan kepalanya di pundak Marion, "Hu-um aku lelah. Ma'am ... sepertinya aku harus ke dokter, kamu tahu sejak tadi pagi aku buang-buang air. Aku tidak mau sampai aku menderita dehidrasi akut, lalu mati begitu saja."Marion mengangkat satu alisnya dan memadang jijik pada kata-kata Neil barusan. Pemuda itu memang selalu saja asal bicara, gila memang!Tetapi mau bagaimana, Neil itu ladang emas bagi Marion, banyak wanita yang selalu antri untuk mendapatkan pelayanan dari Neil."Terserah kamu saja, kalau kamu mati, aku tidak mau datang ke pemakamanmu, Neil," sahut Marion."Ah ... begitu ya? Kalau begitu sebelum aku mati, bagaimana kalau aku bercinta denganmu, Ma'am?" tanya Neil semaunya. Ia tidak peduli jika nanti Marion memukul kepala atau menghantam perutnya dengan kepalan tangan mungil milik Marion seperti biasanya."Ya Tuhan, kamu memang menjijikkan Neil. Aku menyesal telah membawamu kemari!""Oh, baiklah aku memang menjijikkan tapi pesonaku tidak ada yang bisa menandinginya, Ma'am," jawab Neil. Lelah berdebat, Marion membiarkan Neil pergi ke rumah sakit untuk berobat.Sesampainya di rumah sakit, ia ingin memastikan jika yang memeriksanya bukan dokter laki-laki. Perawat mengatakan jika ia sebaiknya berbaring dan menunggu di ruang UGD, sebab dokter yang akan menangani Neil sedang ada pasien, dan ia berada di urutan sekian.Neil berbaring, kedua matanya menatap langit-langit. Lalu terdengar suara tirai terbuka, ia pun mengangkat kepalanya, seorang dokter wanita masuk."Jangan berdiri, tetap lah berbaring," kata sang dokter pada Neil."Dok, kamu yang akan memeriksaku?" tanya Neil tanpa berkedip, sejenak ia terkesima dengan pemandangan indah di hadapannya. Dokter perempuan itu cantik setengah mati!"Ya, ada masalah?""Jantungku mendadak berdegup dengan kencang, aku rasa aku akan terkena serangan jantung sesaat lagi," kata Neil seraya menyentuh dadanya. Peduli setan, dokter itu sama sekali tidak peduli dengan celotehan Neil. Ia sudah terbiasa mendengar komentar-komentar menyebalkan dari pasien laki-laki setiap kali ia memeriksa mereka.Bahkan ada yang tidak segan secara terang-terangan memberikan nomor telepon mereka pada Shania, nama dokter cantik tersebut.Shania dengan cekatan membuka kemeja Neil, sesaat ia merasa gugup, tubuh milik Neil ternyata memiliki bentuk yang bagus, dadanya bidang, dan sedikit terlihat bagian perutnya berotot begitu liat."Kenapa, Dok? Apakah kamu terkena serangan jantung yang sama seperti aku?""Diam kamu, aku sedang memeriksamu," balas Shania dengan ketus, lalu ia pun menggerakkan stetoskop, ke arah dada, perut, dan, "sudah. Perutmu kembung, mungkin kamu terlambat makan, asam lambungmu naik."Neil mendesah pelan, "Ya, kamu seperti cenayang, Dok."Neil memperhatikan name tag yang ada di bagian dada sebelah kanan, "Shania Hoffman, nama yang indah, sama seperti orangnya.""Terima kasih.""Dok, kamu sudah menikah?" tanya Neil to the point."Apa urusanmu?""Katakan saja, jika belum ... apakah kamu keberatan berkencan dengan pemuda seperti aku? Aku hanya pemuda miskin yang tidak memiliki apa pun, kamu pasti wanita kaya dan berpendidikan. Apa aku termasuk dalam kriteriamu?" jawab Neil, Shania merasa Neil sangat lancang."Jangan bermimpi, aku sudah bersuami."Begitu Neil mendengar apa yang baru saja dikatakan Shania, dia tidak terkejut sama sekali karena ia yakin sejak awal jika wanita secantik Shania, sudah pasti ada yang memilikinya.Namun... jika belum ada yang mempunyai Shania, Neil tidak akan menolak, jika ada yang memberikan wanita secantik itu kepadanya, sayangnya itu hanya ada di dalam angan-angan Neil saja."Oh ya, Dokter, apakah aku cukup tampan untukmu?" tanya Neil kepada Shania. Ditanya seperti itu oleh seorang pemuda yang usianya jauh terpaut darinya belasan tahun, membuat Shania hanya bisa menggelengkan kepala saja.Lalu tidak lama kemudian terdengar derap langkah kaki yang mendekat ke arah bilik di mana Shania sedang memeriksa Neil, suara seorang pria bertanya kepada Shania sembari langkahnya terus mendekat ke arah bilik tersebut, "Shania, apakah kamu sudah selesai memeriksa pasien? "Shania menoleh ke belakang, lalu ia menjawab, "Ya, Thomas … sebentar lagi aku akan selesai.”“Kenapa wanita cantik selalu saja sudah memiliki
Irama house music menghentak ketika Neil naik ke atas panggung bersama 3 orang pria lain yang berprofesi sama dengannya."Sial, Neil terlalu seksi untuk dilewatkan!" Teriak salah seorang gadis remaja berusia kisaran 18 tahun. Ia sangat mengagumi bentuk tubuh yang terpampang sempurna di atas panggung."Benar, aku benar-benar dibuat berdebar-debar setiap kali melihat tubuh kekar dengan otot-otot liat membungkus tubuh Neil," sahut gadis di sebelah, menyetujui ucapan gadis satunya.Mereka begitu mengelu-elukan Neil. Pemuda itu mulai melakukan aksi erotisnya di atas panggung, meliuk mengikuti irama lagu, dan jari-jarinya bergerak melucuti kancing kemeja yang dipakainya. Ketiga pria lainnya memegang semacam kain yang dibentangkan memanjang untuk menutupi bagian bawah tubuh Neil.Begitu saja sudah mampu memanjakan mata para perempuan penggila tubuh pria."Kyaaa!!!" Teriak mereka histeris saat Neil dibalik kain yang terbentang tersebut, terlihat sedang melucuti pakaian dalamnya, ia mengangkat
Carla menyentuh dada bidang Neil, lalu mengusapnya, tidak bisa dia percaya tubuh seorang pemuda berusia 19 tahun bisa begitu sempurna, otot-otot tercetak sempurna. Neil sendiri membiarkan Carla menyentuhnya, mempersilakan jari-jari lentik menari dari dada menuju ke bagian bawah perut. "Apa kamu yakin bisa memuaskanku, Neil?" tanya Carla dengan nada menantang. "Nona ...." "Carla Stanford, itu namaku." "Ya, jika kamu tidak merasa puas, maka kamu bisa mendapatkan uangmu kembali. Usiaku memang jauh lebih muda darimu, Nona Carla. Tetapi tidak dengan pengalamanku," kata Neil dengan bangganya, lalu ia meminta ijin pada Carla untuk pergi berpakaian lebih dulu. Pemuda tampan pujaan para gadis dan wanita kesepian itu pun melangkah meninggalkan Carla yang terus menatap dirinya tanpa berkedip sama sekali. Marion sendiri mengasuh Neil sudah sejak tiga tahun lalu semenjak pemuda itu terlihat menyedihkan duduk di depan klub malam. Marion tidak pernah menyangkan saat itu Neil baru berusia 16
Thomas memberikan sebuah cincin berlian pada Shania, kedua mata wanita itu berkaca-kaca saat menerimanya. Thomas mencintainya! Pikir Shania. "Kamu duduk di sini sebentar, jika kamu ingin menikmati hidangannya lebih dulu, maka nikmatilah, aku harus ke toilet sebentar," kata Thomas. Sejak tadi ponsel miliknya terus bergetar di dalam saku, dan ia tahu siapa yang begitu tidak sabar menghubunginya. Donna! Sudah pasti wanita yang selama beberapa bulan ini menggantikan Shania memberikan kehangatan dan juga kepuasan di atas ranjang. Shania menurut, ia membiarkan Thomas berlalu dari hadapannya. Pria itu pun segera mengeluarkan ponselnya lalu mengangkat panggilan telepon yang sejak tadi ia abaikan karena merasa tidak enak hati jika harus mengangkatnya di hadapan Shania. "Ada apa? Ya, aku akan segera keluar menemuimu, ya ... ya, Shania ada bersamaku, aku akan memberitahukannya hari ini mengenai hubunganmu denganku, Donna. Bersabarlah!" ketus Thomas. Kesal karena wanita itu selalu saja tidak
Neil yang terbiasa menggoda wanita, begitu diberikan sebuah ciuman yang sangat mendadak dari wanita tersebut mendadak terpaku di tempatnya, tidak bisa melakukan apa pun. "Sepertinya aku mengenal wajahmu," kata wanita itu seraya menunjuk Neil. Neil sendiri hanya mengerjapkan kedua matanya, merasa apa yang ia lihat saat ini adalah sebuah mimpi yang menjadi nyata. "Dok?" Dalam keadaan setengah mabuk, wanita yang ternyata Shania, pun terkejut begitu melihat wajah Neil. "Bocah? Sebentar ... kamu mengikuti aku?" tuduhnya. Shania mendorong dada bidang Neil, lalu bergegas menjauhkan diri, "Kenapa kamu memeluk aku, Bocah?" "Ya Tuhan, siapa yang memeluk kamu? Tiba-tiba saja kamu yang langsung menciumku, Dok. Sekarang katakan padaku, kenapa kamu mabuk?" Neil merasa Tuhan sangat menyayangi dirinya, harapan selama beberapa hari ini akhirnya dikabulkan. Shania sendiri kembali duduk di trotoar, tubuh masih sempoyongan, dandanannya sendiri benar-benar berantakan, entah apa yang terjadi, Neil tidak
Bukannya terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan Neil, Shania justru tertawa mengira jika Neil sedang melemparkan lelucon murahan padanya."Kamu gigolo? Hei ... usiamu masih sangat muda, bagaimana mungkin?" Sedang mabuk, lalu Neil berkata seperti itu, membuat Shania geli dan terus tertawa. Neil hanya bisa mengembuskan napas dengan berat, ya sudah kalau tidak percaya, pikirnya."Aku mengatakan yang sebenarnya, jika kamu ingin mencari pria hanya untuk membalas perbuatan suamimu, maka aku orang yang tepat," kata Neil. Tidak akan mungkin ia membiarkan Shania jatuh ke tangan pria lain. Dia tertarik dengan wanita yang tengah mabuk dan meracau tidak jelas sejak tadi, jadi bagaimana mungkin merelakan Shania ada di dalam pelukan laki-laki selain dirinya?Shania terkekeh geli mendengar ucapan Neil, ia menganggap Neil itu sama mabuknya dengan dia. "Kamu juga pasti sedang mabuk, sekarang bantu aku berdiri, kita akan bersenang-senang di bar, Bocah! Ayo bantu aku!" Shania mengulurkan satu tan
Neil pun membawa Shania menuju ke sebuah hotel yang biasa ia datangi setiap kali ia akan memberikan pelayanannya. Hotel ini bagus menurutnya, memiliki fasilitas yang lengkap dan juga ... nyaman!Ya, bukan kah untuk memuaskan seorang wanita juga diperlukan sebuah kenyamanan, termasuk pemilihan tempatnya?"Double room saja, aku harus membawa wanita ini, dia sudah sangat mabuk," ucap Neil pada seorang wanita yang berada di meja resepsionis. Wanita itu terus saja memperhatikan Neil, wajahnya terlihat muram, ada rasa iri di dalam hatinya setiap kali melihat Neil membawa perempuan ke hotel tersebut, ia berharap andai saja dirinya yang berada di dalam dekap hangat seorang Neil!Padahal dia sendiri pernah merasakan kehangatan yang diberikan Neil sebelumnya."Lana?""Oh, ya ... double room?" ulang wanita itu. Keduanya memang sudah saling mengenal."Come on, Lana. Apa kamu tidak bisa bekerja lebih cepat, wanita ini mabuk, aku merasa kasihan padanya. Belum lagi tubuhnya cukup berat, aku pun haru
Bukannya diam, Shania justru semakin menangis kencang, membuat Neil meringis mendengar tangisan tidak jelas dari wanita di bawah tubuhnya itu.“Hei, Dok. Kalau kamu terus menangis seperti ini, lama-lama kamu bisa membuatku gila! Kamu ini menyewaku untuk mendengar tangisanmu atau kamu ingin aku memuaskanmu?” Neil mengusap airmata Shania dengan jempolnya, wajah Shania benar-benar telah memikat seorang bocah seperti Neil, iya bocah, bagi Shania dia adalah bocah menyebalkan!Shania terus saja menggerung, tanpa memedulikan pertanyaan Neil, karena kesal, Neil pun menutup mulut Shania dengan sebuah ciuman kasar, dia tidak bisa melihat seorang wanita menangis terlalu lama.“Ehmph! Hah!” Shania menggigit bibir Neil.“Aw! Kamu ... kenapa menggigit?”“Kamu ... kamu ingin memperkosaku?”“Hah? Kau gila? Dok, kamu yang membeli jasa, aku hanya memberikan apa yang kamu inginkan!” jawab Neil, sedikit merasa jengkel, lama-lama Shania yang malah semakin terlihat seperti anak kecil di mata Neil saat ini,