Share

Pria Bayaran Dokter Cantik
Pria Bayaran Dokter Cantik
Author: Gadis Nakal

Bab 1. Perjumpaan Pertama

"Kamu puas?" tanya seorang pria muda, usianya bahkan belum genap 20 tahun saat ini, hanya saja, ia menjadi idola para wanita dewasa yang sudah pernah memakai jasanya.

Seorang wanita tengah berbaring di atas ranjang tanpa daya, dirinya baru saja mencapai klimaks untuk yang ke tiga kalinya, sementara dia ... Neil, sama sekali belum mendapatkan pelepasan.

Wanita itu mengubah posisi tubuhnya, ia hampir saja menyerah, stamina Neil benar-benar gila, seperti seekor kuda liar, bergerak statis, menghentak dengan kuat, bahkan mampu membuatnya mendesah seperti seorang gila yang haus akan kepuasan.

"Inggrid, aku tahu kamu selalu tidak pernah puas pada suamimu, kan?" kata Neil seraya menyentuh pinggang wanita bernama Inggrid lalu membalik tubuhnya, "berbaliklah," pinta Neil, suaranya terdengar serak dan parau terbakar oleh gairah yang menggebu di dalam dirinya.

Inggrid hanya bisa menggigit bibir bawahnya, menahan gelitik kenikmatan yang terus menggerogoti kewarasannya saat ini. Ia benar-benar dibuat menggila akibat ulah Neil.

"Neil, sudah, aku tidak kuat lagi," lirih Inggrid, tubuhnya kembali menggelinjang saat Neil menyentak lebih dalam, kali ini ia menahan cukup lama miliknya di dalam tubuh Inggrid, dan Ingrid bisa merasakan cairan hangat membanjiri bagian intim miliknya, meleleh hingga ke paha luar.

Neil tumbang di atas punggung mulus Inggrid. Ia pun memutar tubuhnya agar tidak membuat sesak wanita cantik berusia 40 tahun itu dengan terlalu lama menindih punggungnya.

Ditutupi tubuh Inggrid dengan selembar selimut tebal, lalu membiarkan wanita itu meletakkan kepala di lengan kekar miliknya. "Kamu lelah?"

Wanita itu hanya menggangguk lemah, bagaimana Neil bisa membuat tenaganya begitu terkuras habis, bahkan tungkai kakinya lemas seperti agar-agar, tidak bisa dibuat untuk berdiri benar.

"Sangat lelah, tetapi aku puas, Neil. Apakah aku bisa memesanmu lagi setelah ini?" tanya Inggrid, berharap Neil bisa memberikan kepuasan untuknya di pertemuan berikut. Sayangnya, kepala Neil menggeleng, ia tidak mau menerima wanita yang sama untuk kedua kali, alasannya?

Ia tidak suka merasakan tubuh yang sama dari seorang wanita, itu saja, hal yang sangat konyol.

"Maaf, aku tidak bisa melakukan hal itu. Aku tidak mau bercinta dengan wanita yang sama, karena bagiku ... kenikmatan dan rasa dari setiap wanita itu berbeda, sama seperti restoran, aku tidak suka mencicipi restoran yang sama, karena begitu banyak restoran di sini yang pastinya menyajikan rasa yang begitu berbeda, Inggrid," jawab Neil, bukan sombong, sebetulnya itu hanya sebuah alasan yang terlalu dibuat-buat saja. Yang sejujurnya, Neil itu moody-an.

Inggrid meminta Neil mengambilkan tas miliknya di atas nakas, lalu mengambil sesuatu di dalam sana. "Ini bayaranmu," kata Inggris menyerahkan sebuah kartu kredit dengan limit yang sangat besar.

"Hei, kamu sudah membayarku, aku rasa itu sangat cukup. Tidak perlu berlebihan," kata Neil, mendorong kembali kartu yang disodorkan Inggrid padanya, tetapi wanita itu sangat keras kepala, ia tetapi menyodorkan benda itu pada Neil.

"Ayo lah, terima saja. Itu milikku, kamu tahu ... suamiku seorang pengusaha kaya raya, tetapi aku pun bukan wanita susah, aku mampu membayarmu seumur hidup, itu pun kalau kamu tadi mengatakan 'ya' pada tawaranku," jawab Inggrid. Mau tidak mau, tetapi sebetulnya mau, Neil pun meraih kartu tersebut, dan mengucapkan terima kasih setelahnya.

Tidak lama kemudian, karena rasa lelah yang teramat sangat, Neil dan Inggrid pun tertidur.

...

"Neil, malam ini adalah jatah show kamu, apakah kamu baik-baik saja, kulihat wajahmu sedikit pucat," kata Marion kepada Neil. Marion, adalah salah satu mucikari terkenal, ia cantik, seksi, sayangnya ... ia sudah memiliki seorang kekasih.

Neil meletakkan kepalanya di pundak Marion, "Hu-um aku lelah. Ma'am ... sepertinya aku harus ke dokter, kamu tahu sejak tadi pagi aku buang-buang air. Aku tidak mau sampai aku menderita dehidrasi akut, lalu mati begitu saja."

Marion mengangkat satu alisnya dan memadang jijik pada kata-kata Neil barusan. Pemuda itu memang selalu saja asal bicara, gila memang!

Tetapi mau bagaimana, Neil itu ladang emas bagi Marion, banyak wanita yang selalu antri untuk mendapatkan pelayanan dari Neil.

"Terserah kamu saja, kalau kamu mati, aku tidak mau datang ke pemakamanmu, Neil," sahut Marion.

"Ah ... begitu ya? Kalau begitu sebelum aku mati, bagaimana kalau aku bercinta denganmu, Ma'am?" tanya Neil semaunya. Ia tidak peduli jika nanti Marion memukul kepala atau menghantam perutnya dengan kepalan tangan mungil milik Marion seperti biasanya.

"Ya Tuhan, kamu memang menjijikkan Neil. Aku menyesal telah membawamu kemari!"

"Oh, baiklah aku memang menjijikkan tapi pesonaku tidak ada yang bisa menandinginya, Ma'am," jawab Neil. Lelah berdebat, Marion membiarkan Neil pergi ke rumah sakit untuk berobat.

Sesampainya di rumah sakit, ia ingin memastikan jika yang memeriksanya bukan dokter laki-laki. Perawat mengatakan jika ia sebaiknya berbaring dan menunggu di ruang UGD, sebab dokter yang akan menangani Neil sedang ada pasien, dan ia berada di urutan sekian.

Neil berbaring, kedua matanya menatap langit-langit. Lalu terdengar suara tirai terbuka, ia pun mengangkat kepalanya, seorang dokter wanita masuk.

"Jangan berdiri, tetap lah berbaring," kata sang dokter pada Neil.

"Dok, kamu yang akan memeriksaku?" tanya Neil tanpa berkedip, sejenak ia terkesima dengan pemandangan indah di hadapannya. Dokter perempuan itu cantik setengah mati!

"Ya, ada masalah?"

"Jantungku mendadak berdegup dengan kencang, aku rasa aku akan terkena serangan jantung sesaat lagi," kata Neil seraya menyentuh dadanya. Peduli setan, dokter itu sama sekali tidak peduli dengan celotehan Neil. Ia sudah terbiasa mendengar komentar-komentar menyebalkan dari pasien laki-laki setiap kali ia memeriksa mereka.

Bahkan ada yang tidak segan secara terang-terangan memberikan nomor telepon mereka pada Shania, nama dokter cantik tersebut.

Shania dengan cekatan membuka kemeja Neil, sesaat ia merasa gugup, tubuh milik Neil ternyata memiliki bentuk yang bagus, dadanya bidang, dan sedikit terlihat bagian perutnya berotot begitu liat.

"Kenapa, Dok? Apakah kamu terkena serangan jantung yang sama seperti aku?"

"Diam kamu, aku sedang memeriksamu," balas Shania dengan ketus, lalu ia pun menggerakkan stetoskop, ke arah dada, perut, dan, "sudah. Perutmu kembung, mungkin kamu terlambat makan, asam lambungmu naik."

Neil mendesah pelan, "Ya, kamu seperti cenayang, Dok."

Neil memperhatikan name tag yang ada di bagian dada sebelah kanan, "Shania Hoffman, nama yang indah, sama seperti orangnya."

"Terima kasih."

"Dok, kamu sudah menikah?" tanya Neil to the point.

"Apa urusanmu?"

"Katakan saja, jika belum ... apakah kamu keberatan berkencan dengan pemuda seperti aku? Aku hanya pemuda miskin yang tidak memiliki apa pun, kamu pasti wanita kaya dan berpendidikan. Apa aku termasuk dalam kriteriamu?" jawab Neil, Shania merasa Neil sangat lancang.

"Jangan bermimpi, aku sudah bersuami."

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Siha Tsany
emang radak² nih si neil...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status