Share

Bab 2. Selingkuh

Penulis: Gadis Nakal
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-06 01:13:11

Begitu Neil mendengar apa yang baru saja dikatakan Shania, dia tidak terkejut sama sekali karena ia yakin sejak awal jika wanita secantik Shania, sudah pasti ada yang memilikinya.

Namun... jika belum ada yang mempunyai Shania, Neil tidak akan menolak, jika ada yang memberikan wanita secantik itu kepadanya, sayangnya itu hanya ada di dalam angan-angan Neil saja.

"Oh ya, Dokter, apakah aku cukup tampan untukmu?" tanya Neil kepada Shania. Ditanya seperti itu oleh seorang pemuda yang usianya jauh terpaut darinya belasan tahun, membuat Shania hanya bisa menggelengkan kepala saja.

Lalu tidak lama kemudian terdengar derap langkah kaki yang mendekat ke arah bilik di mana Shania sedang memeriksa Neil, suara seorang pria bertanya kepada Shania sembari langkahnya terus mendekat ke arah bilik tersebut, "Shania, apakah kamu sudah selesai memeriksa pasien? "

Shania menoleh ke belakang, lalu ia menjawab, "Ya, Thomas … sebentar lagi aku akan selesai.”

“Kenapa wanita cantik selalu saja sudah memiliki pawang? Apakah aku tidak memiliki kesempatan, Dok? Atau kah wanita dewasa selalu menyukai pria yang seumuran?” tanya Neil sekali lagi. Naluri penggodanya selalu saja bergerak lebih cepat dari yang dibayangkan.

“Shania, kamu harus ke ruang operasi!” teriak Thomas dengan tidak sabaran dari luar bilik pemeriksaan.

“Ok, kamu sudah selesai, silakan keluar,” kata Shania pada Neil.

Baru saja Shania hendak berlalu dari hadapan Neil, pemuda tampan itu bangkit turun dari ranjang dan dengan cepat menggapai pergelangan tangan Shania, membuat wanita itu terkejut setengah mati. “Dok, aku tidak bisa membayar biaya rumah sakit. Aku tidak punya uang,” kata Neil dengan wajah memelas. Yang sebenarnya, ia lupa membawa dompet.

Shania meronta, menarik tangannya dari Neil, “Ok, lepaskan aku. Aku akan membayarnya. Kamu puas? Tolong, jangan berbuat kurang ajar.”

“Thanks, see you soon,” jawab Neil, lalu memberikan kecupan jauh untuk Shania, seketika membuat wanita itu bergidik ngeri, tidak pernah ia bayangkan sebelumnya akan ditaksir oleh seorang pemuda ingusan yang bahkan usianya saja Shania yakin belum genap 20 tahun!

Shania keluar dari dalam ruang UGD diikuti oleh Thomas, seraya berjalan ia memijat pelipisnya, pusing menghadapi tingkah Neil.

"Sayang, nanti malam aku tidak pulang, ada pasien yang harus aku urus, apa kamu tidak masalah?" kata Thomas pada Shania. Wanita itu sudah terbiasa, profesi mereka sama jadi ia sudah paham betul apa yang terjadi dengan keseharian mereka.

"Tidak masalah, bukankah memang sudah seperti ini kehidupan yang kita jalankan?" jawab Shania dengan tenang.

"Ok, nanti kamu pulang saja lebih dulu ya."

Sudah 12 tahun mereka menikah dan sampai hari ini belum juga dikaruniai seorang anak pun, entah siapa yang bermasalah, tetapi Thomas tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut.

...

Suara desahan saling sahut menyahut di dalam ruang tidur seorang perempuan di dalam apartemen, terlihat sekali aktifitas panas mereka mendominasi keadaan. Sang pria bergerak, memaju mundurkan pinggul, menerobos masuk ke dalam tubuh wanita tersebut.

"Ah, Thomas ... kamu benar-benar tahu bagaimana membuatku tergila-gila!" Tubuhnya bergerak mengikuti hentakan yang diberikan oleh Thomas, menahan gelitik berahi yang semakin membuncah, kedua tangannya merema seprei di ujung kepala. Dalam posisi menungging ia membiarkan Thomas terus menyentak lebih dalam.

Tidak lama kemudian tubuh keduanya pun tumbang dalam kenikmatan selepas pelepasan keduanya secara bersamaan.

"Shania ... kapan kamu akan menceraikannya, Thomas?" tanya Donna pada Thomas. Entah sudah ke berapa kali ia menanyakan hal tersebut pada Thomas dan dijawab dengan jawaban 'secepatnya' itu yang sering ia dengar dari mulut Thomas.

"Aku tidak tahu, Donna. Ibuku menginginkan seorang cucu, tetapi dia tidak bisa memberikannya. Aku tidak mengerti, apa yang salah dengan diriku, kenapa ... Shania belum juga hamil sementara usiaku dan Shania semakin bertambah," jawab Thomas.

"Aku bisa memberikanmu anak," jawab Donna dengan penuh percaya diri seraya mengusap dan memainkan bulu dada Thomas. Pria itu sudah dicintainya sejak lama, hanya saja dulu ... Thomas tidak tergoda sedikit pun padanya. Ia begitu setia pada Shania, namun dengan sedikit trik kotornya, pada akhirnya ia mampu mendapatkan Thomas.

"Hm, benarkah? Kalau kamu bisa memberikan aku anak, tentu ibuku akan sangat senang. Aku juga sudah sangat lelah dengan si cantik yang mandul itu, aku malu ... semua teman-temanku sudah memiliki anak, bahkan sudah besar, sedangkan aku?" Thomas mendesah pelan, rasa malu itu dirasakan setiap kali ada pertemuan keluarga atau pertemuan rekan-rekan sejawat di saat acara reunian atau perjamuan makan malam.

Selalu yang ditanyakan, 'Sudah punya anak berapa?'

Dan ... Thomas tidak bisa menjawab apa pun, karena memang ia belum diberkahi momongan, memalukan?

"Aku bisa memberikanmu, tetapi kamu harus menikahi aku, Thomas. Ceraikan Shania, dan jadilah suamiku," kata Donna dengan nada manja pada laki-laki yang berstatus suami orang itu.

Thomas menarik tubuh Donna agar mendekat padanya, lalu berbisik manja, "Tentu, aku akan segera mengatur waktunya."

Setelahnya keduanya kembali melakukan percumbuan yang jauh lebih panas dari sebelumnya, tubuh sintal, seksi, dengan dada membusung yang selalu membuat Thomas merasa lapar itu kembali disajikan di hadapan pria tampan itu.

Ia mencintai Thomas sudah sejak mereka masih berada di sekolah menengah atas, sayangnya ... Thomas lebih memilih Shania.

Di tempat lain, Neil baru saja selesai berpakaian, ia sudah berjanji pada Marion, akan memperlihatkan tubuh telanjang dan seksi miliknya di atas panggung nanti. Wanita berusia 40 tahun itu masuk ke dalam ruang ganti pakaian dan melihat Neil sedang menatap wajahnya di depan cermin besar.

"Hei, wajahmu tidak akan berubah mau seribu kali kau menatapnya di sana. Sekarang bersiaplah, aku baru saja mendapatkan pesan, jika ada yang ingin membookingmu, Neil. Wanita cantik, kaya, kamu tidak mau repeat order? Dia seksi lho," kata Marion pada anak asuhnya yang paling menggairahkan di mata semua perempuan.

"Tidak, no repeat order, Ma'am. Aku tidak suka bercinta dengan perempuan yang sama, membosankan. Makanan saja disajikan oleh koki yang berbeda, dan aku menikmati sajian yang tidak sama," balas Neil pongah. Sombong sekali.

Neil mendekat Marion, lalu merangkul wanita itu, mengajaknya keluar dari ruang ganti, "Bercinta denganmu adalah hal yang aku inginkan, tapi kamu tidak pernah mau. Huft ... mungkin hanya matamu saja yang sedikit bermasalah kan?"

"Mimpi, jangan terlalu banyak berharap. Impian terlalu tinggi, Anak Muda. Aku tidak suka anak ingusan," balas Marion seraya terkekeh saat melihat wajah Neil menjadi masam mendadak.

Alunan irama house music menghentak-hentak di dalam ruangan, sudah banyak kaum hawa yang menanti di pinggir panggung menunggu lelaki berparas tampan dengan tubuh menggoda merayu-rayu shaywat.

"Ok, malam ini Neil Stanford akan kembali meliuk di hadapan kalian, pastikan jantung kalian aman di saat dia menanggalkan satu per satu pakaiannya!" seru seorang MC dari atas panggung, suara hingar bingar, diiringi teriakan antusias membuat pekak telinga.

Neil akan kembali menjadi bintangnya malam ini!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pria Bayaran Dokter Cantik   Bab 40. Cemburu

    "Kau kenapa?" tanya Neil, wajahnya seketika bingung saat melihat Shania terdiam, apakah ada yang salah dengan ucapannya barusan?Deg!Raut wajah Shania seketika berubah saat Neil menyebutkan siapa nama wanita yang tadi disebut di hadapan mereka berdua. "Oh, pasti dia mencarimu karena dia menginginkan pelayanan darimu, kan?"Terdengar sekali dari nada bicara Shania, wanita itu saat itu seperti sedang cemburu.Ehm, cemburu?Neil mengulum senyumnya, dia tidak ingin percaya diri berlebih terlebih dahulu meski dia yakin sekali saat ini memang Shania merasa cemburu pada Catherine, biar saja untuk sementara Neil tidak akan menampik apa pun. Ia ingin tahu, apa reaksi Shania selanjutnya.Tidak, dia tidak bermaksud mengerjai Shania, tapi dicemburui seperti ini sangat menyenangkan bagi pemuda tengil satu ini."Marcus, apa saja yang dia katakan padamu kemarin? Aku memang sudah lama tidak bertemu Catherine, pasti dia ingin berbincang-bincang denganku. Secara keseluruhan, dia itu wanita yang baik,"

  • Pria Bayaran Dokter Cantik   Bab 39. Kapan Kau Bercerai, Shan?

    Cukup lama Neil terdiam, berusaha mencerna ucapan Shania. Ia percaya pada Shania tidak akan mungkin menyakiti dirinya. Wanita itu terlalu lembut, apa mungkin tega melakukannya?"Aku yakin, kau tidak akan pernah menyakitiku, Shan." Kata-kata Neil itu sebetulnya hanya sebuah penghiburan terhadap dirinya sendiri, takut menerima kenyataan jika suatu saat Shania benar-benar melakukannya.Shania tidak tahu apakah dia harus tertawa atau menangis mendengar ucapan Neil barusan. Bisa seperti itu ya? Neil mempercayai dirinya, padahal dia dan Neil belum lama mengenal satu sama lain, apakah pemuda itu terlalu naif?Neil tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Shania dan apa yang wanita itu rencanakan. "Aku hanya ingin tahu, bagaimana jika sewaktu-waktu aku menyakiti, lalu membohongimu, apakah kau juga akan membenciku?" Shania ingin memastikan seperti apa perasaan Neil jika suatu hari semua terjadi seperti yang baru saja diucapkan Shania padanya.Untuk sejenak pemnuda itu merenung, kedua matany

  • Pria Bayaran Dokter Cantik   Bab 38. Tinggal Bersamaku, Shan?

    Shania baru saja keluar dari dalam ruangannya, satu orang pasien terakhir sudah berlalu sejak beberapa menit yang lalu, Shania terlihat menawan di mata Neil, dengan rambut yang dikuncir kuda dan riasan tipis di wajahnya."Apakah sudah tidak ada pasien lain, Shan?" tanya Neil, karena dia tidak tahu apakah saat ini Shania menemuinya karena mengambil jeda sebentar, atau memang jam kerjanya benar-benar telah berakhir."Kau tidak perlu khawatir, jam kerjaku sudah selesai, lalu sekarang kau bisa mengatakan ke mana kau akan mengajakku? Aku tidak bisa pergi terlalu lama karena aku harus mengambil pakaianku di rumah mertuaku," kata Shania."Bagaimana kalau aku ajak kau pergi ke kafe milikku? Hm ... aku akan membuatkan secangkir kopi spesial untukmu, ok?" Neil menjawab pertanyaan Shania. "Kafe milikmu? Memangnya kau memiliki kafe?" Shania terkejut dengan apa yang baru saja diucapkan Neil, apa pemuda ini sedang membohonginya? "Ya, aku memiliki kafe tidak jauh dari pusat kota. Kau pikir, aku ak

  • Pria Bayaran Dokter Cantik   Bab 37. Cium Hangat Dari Neil

    Shania memutuskan untuk mengambil setengah dari pakaian yang ia miliki dan memindahkan ke rumah Misa, masalahnya, ia merasa dirinya sudah tidak lagi dibutuhkan di rumah milik Thomas, lagi pula, pria itu sudah tidak lagi menghubungi dirinya seperti yang biasa dilakukan oleh Thomas dulu."Misa, nanti sepulang bekerja aku tidak akan langsung kembali ke rumahku, aku harus mengambil pakaian dan juga perhiasan milikku, setidaknya aku bisa menjual perhiasan jika aku membutuhkan uang untuk membekali hidupku," kata Shania. Sejujurnya Shania tidak sampai kekurangan seperti ini, ia hanya mengantisipasi saja, tidak selamanya seseorang berada di atas, bisa saja tiba-tiba ia ditimpa kemalangan. 'kan?"Kau berhati-hati lah, Shan, apa perlu aku temani?" tanya Misa. Sejujurnya, dengan situasi Shania, Misa benar-benar mengkhawatirkan wanita cantik itu."Tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri, Misa. Kau langsung saja kembali ke rumah, aku akan ke sana, tidak memakan waktu, aku hanya akan membawa be

  • Pria Bayaran Dokter Cantik   Bab 36. Carla Cemburu?

    "Bagus, kalau kau mengabulkannya, maka aku tidak akan berbuat macam-macam pada dirimu, kau paham?" Donna pun tertawa. Berbuat macam-macam? Thomas lebih baik berpikir 1000 kali daripada dia terkena masalah nantinya. Dia tidak ingin menambah masalah yang sudah ada dengan masalah baru. "Kau tenang saja, aku tidak akan berbuat macam-macam yang bisa membuatmu kesal. Beberapa hari lagi kau bisa pindah ke rumahku, tentu saja aku akan mengenalkanmu pada ibuku, Donna." Thomas ingin membuat kemarahan Donna reda, agar dia tidak perlu mendengarkan celotehan-celotehan wanita itu lagi. Sudah cukup pusing dibuatnya hari ini oleh Donna. "Sekarang apa lagi yang ingin kau katakan, Donna, apakah ada hal lain?" Thomas dibuatnya tidak bisa fokus dengan apa yang dikerjakan olehnya. Donna seperti sedang memantau pekerjaannya, dan ini benar-benar menjengkelkan bagi Thomas. "Tidak ada, aku ingin pulang bersamamu, apakah kau merasa keberatan jika aku pulang dengan calon suamiku sendiri? Aku tidak mau ka

  • Pria Bayaran Dokter Cantik   Bab 35. Aku Hamil!

    Donna baru saja turun dari mobil mewahnya, dia membuka kacamata hitam yang menutupi wajahnya. Lalu dia pun masuk ke dalam rumah sakit, wanita itu akan mendatangi Thomas untuk menanyakan masalah pernikahan mereka berdua, sekaligus memberitahukan sebuah kejutan yang pasti bisa membuat Thomas mati berdiri. "Hm, kau harus melakukan sesuatu, Thomas. Menceraikan Shania dan segera menikahiku," ucap Donna seraya melangkah dengan mantap ke arah lift. Bayangan-bayangan indah mengenai pernikahan mewah dan lainnnya sudah ada di dalam pikiran Donna. Dia tidak mau tahu, pernikahan itu harus segera terjadi, jadi dia ingin memastikan kapan mereka bisa menentukan tanggal dan bulan. Beberapa orang memerhatikan Donna saat wanita itu melintas masuk ke dalam rumah sakit. Misa kebetulan baru saja hendak keluar, dan dia pun tidak lupu memerhatikan Donna, terlebih ketika wanita itu masuk ke dalam ruangan Thomas. "Siapa wanita itu?" Misa secara diam-diam saat Donna berdiri dan mengetuk pintu Thomas dia s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status