Home / Romansa / Pria Bayaranku Ternyata Penguasa No. 1 / Bab 6. Wanita ini melindunginya!

Share

Bab 6. Wanita ini melindunginya!

Author: C.K.A Axio
last update Huling Na-update: 2025-07-01 16:07:55

Plak!

Suara tamparan itu bahkan terdengar nyaring di antara suara-suara sumbang yang mengisi aula itu. Semua membicarakan tentang video yang sekarang terpampang jelas di depan semua orang.

Video itu masih berputar. Wajah Randy muncul, menunduk, lalu menggandeng seorang wanita muda, Wendy. Mereka terlihat mesra di bandara, lalu berpindah adegan ke saat Randy membukakan pintu rumah mereka. Rumah yang seharusnya milik Avenna dan Randy.

Avenna hanya bisa mematung di ambang pintu utama aula itu. Jantungnya yang memburu masih belum bisa dia kendalikan. Dia sudah sangat takut bahwa pria itu nekat menayangkan video tentang perselingkuhan mereka.

Hah, untung saja, gumam Avenna seraya mendesah lega.

“Kalian semua! Pulang sekarang!” suara Tuan Romero yang menggelegar membuat Avenna kembali tersadar. Dia segera menerjang masuk ke dalam, berlawanan dengan para tamu yang sekarang mulai meninggalkan gedung itu.

Aula yang tadinya ramai dan penuh keceriaan sekarang dipenuhi kabut ketegangan. Seluruh keluarga Hazelton tampak berdiri kaku. Wajah mereka pucat dengan raut masam.

“Bagaimana bisa kau melakukan hal tidak bermoral seperti itu, Randy!” Nada suara Tuan Romero terdengar berat. Seolah menahan goncangan emosi yang amat sangat. Genggaman erat pada tongkat yang menjadi penyangganya terlihat nyata. “Bagaimana bisa kau tumbuh menjadi seorang pengkhianat?!”

Randy tak berkata apa pun. Dia menurunkan pandangannya, tangannya mengepal dengan erat, rahangnya mengeras. Dia tetap bergeming di tempatnya seolah seorang prajurit yang menerima hukumannya.

Avenna tahu betul, mana mungkin pria seperti Randy bisa melawan perkataan kakeknya.

“Bagaimana kau bisa mencari wanita lain dan menduakan wanita seperti Avenna!” Tuan Romero kembali membentak membuat hampir semua orang di sana tersentak.

Siapa pun tahu bahwa Tuan Romero sangat mengutuk perselingkuhan. Apalagi dalam pernikahan. Dan, sekarang cucu kebanggaannya malah menjadi pelakunya.

Tadinya Avenna hanya ingin diam saja, tak ingin ikut campur, cukup menikmati pertunjukan ini. Tetapi, satu cubitan keras dari Bibi Vera, anak ketiga Tuan Romero, membuatnya sadar. Mereka pasti ingin dia merayu Tuan Romero.

Avenna menarik napasnya panjang dan dengan langkah hati-hati mendekati kepala keluarga suaminya itu. “Ka–Kakek, jangan emosi … ingat keadaan Kakek.” Suaranya sedikit bergetar. Walaupun Avenna tahu bahwa sejak dia kecil, tak pernah sekalipun Kakek angkatnya ini memarahinya.

Tuan Romero mendengkus beberapa kali. Mencoba mengendalikan amarah yang masih berkobar di dalam dirinya.

“Kau juga Avenna …” Tuan Romero menatap ke arah dirinya. Walau suaranya menyalahkan tapi tak terdengar keras bahkan nadanya pun terkesan lembut, seolah Tuan Romero takut untuk menyakiti hati wanita yang berdiri di sampingnya ini. “Kau sudah tahu suamimu berselingkuh bahkan membawa kekasihnya ke rumahmu, tapi kau tetap diam saja. Bagaimana bisa kau begitu murah hati?”

Avenna mengerutkan bibirnya.

Dia bukan murah hati, hanya saja dia memang tidak peduli dengan perselingkuhan suaminya. Toh, sebentar lagi mereka juga akan berpisah.

Dan, tiba-tiba saja otak Avenna seolah berkerja.

Kalau begini, bukankah ini kesempatan bagus baginya?

Ya! Tidak perlu menunggu 4 bulan lagi. Dengan ini, dia bisa langsung mengajukan perceraian, serunya dalam hati.

Dan, saking girangnya dia sampai tak bisa menyembunyikan senyuman bahagianya.

“Kau berpikir tentang apa, Avenna?!” Randy membentaknya dengan keras, membuat Avenna seketika mendongak dengan wajah yang terkejut. Sekejap kemudian wajahnya langsung tampak muram.

“Dasar cucu kurang ajar! Kau sudah mengkhianati cucu menantuku dan sekarang kau berani membentaknya!” Tuan Romero melayangkan tongkatnya ke udara, hampir saja mengenai Randy.

“Aa! Jangan, Kakek. Jangan seperti ini,” ucap Avenna bermulut manis. Suara lembut seolah menyimpan rasa sakitnya, padahal dalam hati dia tertawa. “Mungkin saja Randy merasa aku memang tidak terlalu baik untuknya.” Dia membiarkan nada suaranya melemah di akhir, mendramatisir.

Memangnya Wendy saja yang bisa berakting lemah lembut, aku juga bisa, gumam Avenna dalam hati.

Avenna melayangkan lirikan matanya pada Randy yang tampak semakin mengeratkan rahangnya, menatap tidak percaya dengan kelakuan istrinya. Wanita ini pasti sedang memainkan dramanya.

Randy mendengkus dengan wajahnya yang sudah merah menahan amarah, persis banteng yang siap menyeruduk siapa pun di depannya. Baginya, ini pasti ulah Avenna. Wanita ini ingin membuat dia malu, pantas saja sejak kedatangannya, wanita ini terlihat baik dan tenang, ternyata dia sudah merencanakan hal ini.

“Tidak. Siapa yang berani mengatakan bahwa Avenna tidak baik? Kalau ada yang berani berpikir seperti itu maka aku akan mengeluarkannya dari keluarga Hazelton. Terutama kau, Randy! Cucu menantuku hanya Avenna. Jadi kau tidak boleh berpisah darinya. Kalian tidak boleh bercerai!”

Mata Avenna kembali membulat mendengar kalimat terakhir yang dikatakan oleh Tuan Romero.

Ha? Kenapa malah begini? Avenna menjadi panik.

“Kakek, Kakek …” Avenna buru-buru ingin mengatakan, bukan seperti itu maksudnya. Tapi kata-katanya dipotong oleh Tuan Romero.

“Kau harus memutuskan semua hubunganmu dengan wanita itu dan mengusir dia dari kediaman keluarga Hazelton. Jika kau sampai berpisah dari Avenna, seluruh warisan ini akan kuwariskan pada Avenna.”

Avenna semakin tercengang hingga tak sadar mulutnya terbuka setengah. Suara-suara tak setuju dari keluarga yang lain pun terdengar.

Kenapa malah semakin rumit seperti ini?

“Kakek, aku tidak bisa menerima warisan ini ….” Avenna merasa dia sudah salah langkah. Kalau sudah soal warisan, Randy tak akan melepaskannya.

Dan, belum selesai dia mengatakannya. Randy tiba-tiba melangkah cepat ke arahnya dan mencengkram tangannya erat seperti ingin meremukkan tulangnya.

“Ini pasti yang kau inginkan, bukan? Kau sengaja melakukannya agar kau bisa mendapatkan semua warisan keluargaku!”

“Apa maksudmu? Aku sudah katakan aku tidak ingin warisan dari keluargamu,” bentak Avenna balik.

Tak pernah sekalipun terlintas di otaknya untuk mendapatkan harta warisan Hazelton. Selain tahu diri, dia juga sudah cukup menikmati hidupnya dengan uang miliknya sendiri.

Sekarang yang dia inginkan hanya hidup tenang. Jauh dari drama apalagi masalah keluarga seperti ini.

Ah! Petualangan indah di pulau tropis dengan malam yang menggairahkan sepertinya masih akan menjadi angan-angannya saja.

Dan, sepertinya Randy tak percaya dengan apa yang dikatakan olehnya. Pria itu semakin meremas tangannya hingga sakitnya tak lagi bisa ditahan oleh Avenna.

“Randy, sakit.” Avenna menggeliat berusaha untuk melepaskan tangannya.

“Randy, apa yang kau lakukan?” Suara tegas Tuan Romero bahkan tak masuk ke gendang telinganya. Semua itu tertutup oleh amarah yang semakin memuncak di dirinya.

Namun, tiba-tiba ….

Bugh!

Suara pukulan keras membuat semua orang kembali terperanjat. Tentu saja hal itu seketika membuat Randy ambruk dan genggaman tangannya terlepas.

Avenna saja sampai tak menyangka Leander –yang entah datang dari mana atau memang sedari tadi dia ada di sini— melakukan hal itu. Dia sampai menutup mulutnya.

“Aku benci pria yang kasar pada wanita.” Lirikan tajam mata pria itu jatuh padanya. Membuat Avenna menahan napas sepenuhnya.

Randy berdiri dengan cepat dan segera menyasar ke arah Leander. Pria itu segera mencengkeram kedua kerah kemeja Leander. “Berani-beraninya kau ini,” desisnya penuh amarah.

“Kenapa?” Suara Leander tenang penuh provokatif. “Lakukan, jika kau punya nyali.”

“Kau ….” Pria itu mengepalkan tangannya. Siap menghantam wajah Leander walau semua orang di sekitarnya berusaha melerai mereka.

Dan Avenna yang melihat itu berusaha untuk menghentikan kegilaan suaminya.

Dia mendorong tubuh Randy dan ….

Plak!

Untuk pertama kali, Avenna mendaratkan tamparan di wajah suaminya. Hal itu tentunya membuat kejutan lain di malam kacau ini.

Randy sendiri syok mendapatkan hal itu, tamparan Avenna seolah mengoyak seluruh harga dirinya. Terlebih lagi, dari pandangannya seolah Avenna melindungi pria yang sekarang ada di belakangnya itu.

“Randy! Aku tidak pernah ingin mengambil warisan Kakek.” Avenna mengatakannya dengan segala emosi yang bercampur aduk di dirinya. Marah, benci, kesal, cemas. “Kakek, sepertinya pernikahan kami juga tidak akan bisa bertahan lagi karena Randy tidak mungkin meninggalkan wanita itu.” Avenna menelan semua napasnya dengan susah saking emosinya.

“Apa maksudmu, Vena?” Tuan Romero berwajah bingung.

Avenna menarik napas dalam-dalam dan sambil menatap penuh balas dendam dia berkata, “Itu karena Wendy sedang mengandung. Dia hamil anak Randy, penerus keluarga Hazelton.”

Dan hampir semua keluarga Hazelton yang ada di ruangan itu seketika berkata,

“APA?”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (6)
goodnovel comment avatar
Sweet Candy🍭
Gagah, tinggi, kaya si lean. Mana greenflag ke Vena. Dia dah bucin kayaknya... Duhhh pengen kek lean...
goodnovel comment avatar
Sweet Candy🍭
apa lean udah tahu kalau itu nikah kontrak?
goodnovel comment avatar
Sweet Candy🍭
aaa.. seru bgt, Leander greenflag bgt.. langsung jotos si randy
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Pria Bayaranku Ternyata Penguasa No. 1   Bab 87. Musuh dalam selimut.

    Ia segera membuka laptop yang memang dia bawa di ranselnya dan menghubungkan flash drive itu segera. "Bukankah kita ingin menghancurkannya?" tanya Avenna langsung saja. Ia melihat pergerakan Raina yang tidak sesuai rencana. Kenapa terlihat Raina malah seolah ingin mengaktifkannya? "Ya, tapi aku hanya..." Raina terdiam sesaat, mencari port untuk menyambungkannya. "Aku hanya ingin menghancurkannya secara keseluruhan dari laptopku. Kakak tidak akan mengerti." "Oh, baiklah.” Avenna menyipitkan matanya kala Raina membuka isi Flash Drive itu. Benar sekali, di sana tertulis Laviathan. “Benar ini dia!” Gadis itu langsung membukanya. “Raina! maaf, ponselku lupa dicas, jadi lowbat dan aku pinjam port USB-mu untuk mengisi daya. Aku ingin mengirimkan pesan pada Leander bahwa kita sudah menemukannya." Avenna tanpa persetujuan menyambungkan kabel datanya ke port USB laptop Raina, dia juga menunjukkan ponselnya, menampilkan layar chat online-nya. Raina tersenyum miring lalu mengangguk. Denga

  • Pria Bayaranku Ternyata Penguasa No. 1   Bab 86. Akhirnya Menemukannya!

    Keheningan hutan pinus kini hanya diisi oleh lengkingan pilu yang teredam dari balik kaca. Kematian mereka tidak datang dengan drama, melainkan dengan kelelahan yang mematikan. Wajah-wajah yang tadi penuh arogansi kini memucat, terdistorsi oleh sesak napas yang tak terlihat. Gandrio masih berdiri, tangannya mencengkeram rahang, batuk keras, menatap keluar dengan mata penuh kobaran kebencian. Para tetua yang lain sudah ambruk, tubuh mereka kejang-kejang di lantai baja. Bagi Leander dan Varnell, pemandangan itu terasa seperti tontonan yang harus mereka saksikan, sebuah akhir yang harus disajikan. Varnell tersenyum puas, menyeka sudut matanya seolah ada debu yang masuk. "Tontonan yang membosankan. Mereka mati terlalu cepat," desisnya, suaranya tajam. Leander tidak menjawab. Matanya yang dingin menatap Gandrio yang terus terbatuk. Kepuasan itu hanya sekejap, karena di balik dinding kaca yang tak tertembus itu, ada bayangan masa lalu yang terbunuh, dan ada pula masa depan yang harus dia

  • Pria Bayaranku Ternyata Penguasa No. 1   Bab 85. Flashback : Pengaturan Rencana.

    BEBERAPA JAM SEBELUM RENCANA PEMUSNAHAN DI HUTAN PINUS, TORONTO. Ruang pertemuan di kediaman Leander dipenuhi oleh ketegangan yang memadat, kaku, dan dingin. Udara terasa tipis, seolah setiap napas yang diambil adalah pertaruhan. Varnell masih duduk di seberang, mengulum cerutu sebelum cerutu itu dia jejalkan ke asbak di depannya. "Jadi, lebih baik kita memancing mereka semua." Suara berat Varnell memecah keheningan kembali, matanya menyapu wajah setiap orang, menilai reaksi mereka. Ia baru saja menjelaskan siapa saja yang menjadi target utama mereka, Gandrio dan para sesepuh keluarga Ramdone juga Vazinni. Avenna, dengan dahinya berkerut dalam, menyuarakan keraguannya. "Mereka tidak mungkin semudah itu masuk perangkap." Pikirannya berpacu, mencari celah dalam rencana yang terdengar terlalu sederhana. Ia tahu musuh mereka licik dan cerdas. "Karena itu, pancingannya harus meyakinkan," Leander menyambung, suaranya tenang, tetapi penuh otoritas. Matanya yang tajam menatap kosong ke

  • Pria Bayaranku Ternyata Penguasa No. 1   Bab 84. Kepuasan yang mereka impikan.

    Gandrio tersenyum remeh. "Tenang saja, orang pertama yang akan aku kendalikan adalah dirimu. Kau akan lupa dengan segalanya, dan aku akan membuatmu menjadi keturunanku yang baru." Gandrio dan keenam pria itu langsung masuk, menyerbu ke dalam ruangan itu seperti semut yang menemukan gula. Mereka bersemangat, mata mereka hanya melihat pada kotak yang berisi teknologi yang selama ini mereka buru. Hanya Varnell yang tetap tinggal di luar, bersama dengan Leander dan beberapa penjaganya. Pria itu melirik ke arah Leander, menaikkan kedua alisnya. Seolah berkata, 'Giliranmu.' Setelah itu, Leander yang tadinya terlihat sangat lemah, seketika berdiri tegak. Wajahnya masih pucat, tetapi langkahnya tegas. Aura dingin dan mematikan darinya kembali muncul, seolah ia tak pernah terluka. Meskipun darah membasahi tangannya, dia seolah tidak merasakan apa-apa. Dengan gerakan mantap, dia segera menekan tombol merah yang mencolok di dekat pintu utama. Dan seketika, dinding kaca anti peluru turun dar

  • Pria Bayaranku Ternyata Penguasa No. 1   Bab 83. Seharusnya aku yang menjadi pemimpin

    "Akhirnya kalian datang juga." Suara melengking Gandrio penuh keceriaan, bergema di antara pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi. Kehadirannya seperti badai yang membawa kekuasaan dan kengerian. Dia mengulurkan tangannya, menjabat satu per satu enam pria yang baru saja tiba. Mereka bergerak dalam formasi, aura kekuasaan yang kental menyelimuti setiap langkah mereka. Hawa dingin pagi seolah tak mampu menembus mantel mahal yang mereka kenakan. Leander berdiri di sana, mengamati mereka. Dua pria adalah anggota keluarganya, keturunan Vazinni yang paling setia pada Gandrio. Empat lainnya adalah tetua dari keluarga Ramdone, yang selama ini menjadi sekutu terdekat klan mereka dalam perburuan gila ini. Mereka semua memancarkan aura arogansi yang sama, seolah dunia berada di bawah telapak tangan mereka, dan kehadiran Leander hanya sekadar formalitas yang tak berarti. "Akhirnya kau mendapatkannya juga. Aku bahkan sudah ingin merelakannya karena aku rasa kita sulit untuk mendapatkannya," kat

  • Pria Bayaranku Ternyata Penguasa No. 1   Bab 82. Pengkhianatan yang kental.

    Gandrio menyeringai, senyumnya seperti retakan di wajah yang sudah tua, seolah dia menikmati setiap detik penderitaan Leander. Dia berjalan mendekati pria yang seharusnya dia panggil cucu. Setiap langkahnya terasa seperti gemuruh petir yang mendekat, menggetarkan tanah di bawah kaki Leander. "Bahkan putraku sendiri bisa aku bunuh," desisnya, suaranya seperti bisikan iblis, "kenapa tidak dengan wanita yang bukan siapa-siapa?!" Kata-kata itu menghantam Leander seperti palu godam, menghancurkan sisa-sisa akal sehatnya. Wajahnya langsung merah padam, urat di pelipisnya menonjol, dan matanya penuh dengan kebencian yang membara. Amarahnya menguasai dirinya, seperti api yang melahap habis semua yang ada di jalannya. Tanpa berpikir panjang, dia melangkah cepat, tangannya terangkat, ingin mencengkeram leher Gandrio yang keriput dan penuh dosa. Duarr! Suara tembakan memecah keheningan, menggetarkan pohon-pohon pinus hingga daunnya berguguran. Leander langsung merasakan sesuatu yang panas, l

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status