Beranda / Romansa / Pria Bayaranku Ternyata Penguasa No. 1 / Bab 5. Avenna, kau akan suka pertunjukannya.

Share

Bab 5. Avenna, kau akan suka pertunjukannya.

Penulis: C.K.A Axio
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-17 10:30:38

“Tuan Leander, silakan Anda untuk makan di meja kami.” Tuan Romero mengundang pria yang masih menjadi sorot utama di pesta itu.

“Dengan senang hati.” Leander berjalan beriringan dengan Tuan Romero. Ketika dia sampai di meja yang khusus diduduki oleh keluarga inti. Tanpa ragu dia langsung duduk di sebelah Avenna – tempat yang seharusnya di duduki olah Tuan Romero.

“Eh, Tuan ….” Romero sedikit merasa bimbang saat sorot mata Leander terlihat tajam ke arahnya. Ingin menegur tapi dia juga punya kepentingan sendiri dengan Leander, sehingga dia tidak bisa menyinggung pria ini sekarang.

Avenna sendiri kaget ketika melihat sosok pria itu tiba-tiba duduk di sebelahnya. Dia sampai menegakkan tubuhnya. Kikuk.

Seharusnya dia diapit oleh Randy dan Kakeknya, tapi sekarang, dia malah diapit oleh dua orang pria, dan wangi kayu Cendana bertarung dengan wangi Licorice di hidungnya.

Randy sendiri menegangkan rahangnya. Entah kenapa sikap pria ini begitu mengusiknya. Jelas sekali dia mengincar istrinya dan bagi Randy, apa yang masih menjadi miliknya, tak boleh diusik oleh orang lain.

“Randy!” Suara Tuan Romero seolah mengisyaratkan bahwa Randy tak boleh melakukan sesuatu yang gegabah. Karenanya pria itu hanya diam dan meminum alkoholnya hingga tandas.

Dasar pengecut! Avenna menggumam dalam hati. Dia bahkan tak bertindak saat ada yang ingin mendekati istrinya. Setidaknya dia harusnya bertindak seperti suami jika di depan orang-orang.

Nasibmu, Avenna, punya suami pengecut, pikirnya sambil memutar mata menatap Randy yang seolah tak risih tapi terlihat jelas di wajahnya ketidak nyamanan itu.

“Tuan Romero, sebelum acara dimulai, aku hanya menyiapkan hadiah ini untuk Anda.” Leander menggerakkan tangannya yang seketika dimengerti oleh Josen, Asistennya.

Pria yang selalu ada di dekat tuannya itu menyerahkan kotak kecil bertuliskan Rolex di atasnya. Saat melihat ke dalamnya Tuan Romero berbinar, itu adalah jam Rolex klasik yang harga jualnya sangat tinggi dan sangat langka.

“Tuan Lean ….” Romero tampak ingin mengatakan kesungkanannya.

“Selain itu, Ini ….” Leander mengambil sebuah map yang ada di tangan Josen dari tadi. “Aku sudah menandatanganinya. Selamat bergabung di L.S. Consortium.”

Mata tua Romero hampir saja terbelalak keluar saat mendengar itu. Satu potong surat perjanjian di dalam map itu, bahkan lebih berharga dari jam tangan Rolex mana pun baginya. Jika dia tidak bernapas dengan baik, mungkin di detik itu Romero akan mendapatkan serangan jantung ringan.

“Tu–tuan, Anda serius?” Tuan Romero tampak gemetar mengambil map itu. Dan untuk sekian kalinya matanya membesar melihat sepucuk kertas itu. “Terima kasih Tuan!”

Leander hanya mengangguk pelan penuh wibawa. Memperbaiki jasnya yang membuat semerbak wangi Cendana menjadi lebih dominan.

“Ayo kita bersulang untuk Tuan Leander.” Romero menaikkan gelasnya. Seketika saja, acara keluarga Hazelton itu malah menjadi acara Leander.

Semua orang bersulang. Suara ramai membicarakan kehebatan Leander di sekitar mereka. Hanya Avenna dan Randy yang merasa keadaan ini aneh adanya.

“Randy, setelah ini, belajarlah dengan Tuan Leander. Kau harus bisa seperti Tuan Leader.”

Randy menarik napasnya. Dengan wajah sungkan, dia melirik pria yang hanya berwajah datar. Bagi Randy jelas menunjukkan keangkuhannya. Tapi dia tidak bisa mengatakan apa-apa selain, “baik Kakek.”

Avenna hanya bisa menggigit bibirnya. Entah kenapa dia merasakan sedikit meriang berada di antara kedua pria ini. Saat dia melirik ke arah Leander, aura dingin menjalar seolah ingin membekukannya. Sedangkan, saat dia melirik ke arah Randy, aura panasnya membuatnya kegerahan.

Kenapa malah dia yang harus merasakan semua ini?

“Kakek!” Avenna cepat-cepat berdiri. Dia sudah tidak tahan dengan apitan dua pria ini.

“Ya? Ada apa Avenna?” Tuan Romero tidak bisa lagi melepas senyuman dari wajahnya.

“Aku ingin ke toilet dulu. Permisi.”

Tanpa menunggu jawaban, Avenna melengos pergi dari sana. Tidak peduli dengan pandangan orang-orang di sana melihatnya berjalan cepat bak dikejar sesuatu. Masalahnya, udara di sana membuatnya tidak bisa bernapas.

Randy semakin gusar Ketika mendapati Leander yang memandang segala gerakan yang dibuat oleh istrinya itu hingga sosoknya menghilang.

Sial! Pria ini! Terang-terangan sekali mengincar Avenna, pikir Randy dengan tangan mengepal.

Avenna mencuci mukanya. Tak peduli riasan tipis di wajahnya akan luntur.

Ah! Kapan acara ini akan berakhir?

Dia memasang wajah merengeknya di depan kaca. Entah siapa yang ingin dia rayu, tapi setidaknya itu membuat dirinya sedikit lebih lega.

Ia sangat ingin untuk tidak kembali ke sana. Tapi, tidak mungkin. Apa yang akan dikatakan oleh para penjilat itu tentangnya pada kakeknya nanti.

Hah! Kuatkan dirimu Avenna, sebentar lagi! Bertahanlah! 4 bulan lagi! Kau akan keluar dari keluarga penuh orang-orang gila itu dan hidup enak di Melbourne.

Dengan tekat kuat akhirnya Avenna membuka pintu toilet itu. Baru saja dia ingin bebelok tiba-tiba langkahnya berhenti karena dia hampir saja menabrak pria berbadan jangkung di depannya.

Dan ... Dia lagi! Leander berdiri di depannya.

kenapa pria ini ada di mana-mana sekarang? pikir Avenna.

“Eh, Anda … maafkan, saya tidak hati-hati. Permisi.” Avenna menunduk, cepat-cepat mengubah arah jalannya, ingin cepat meninggalkan pria itu. Jangan sampai berinteraksi dengannya.

Pergi Avenna! Jangan tambah masalah.

Tapi apa yang dikatakan pria itu selanjutnya membuat kakinya benar-benar terpatri di lantai.

“Bukankah kau sudah bersusah payah mencariku lewat kelompokmu?”

Degh!

Jantung Avenna serasa melocos, ingin keluar dari sangkar iganya. Dia bahkan langsung melirik pria yang tampak santai memandangnya. Sorot matanya tajam tak bisa terhalang.

“Ma–maksud Anda?” Avenna hampir tergagap.

“Sudahkah mereka mengirimkan email tentangku padamu? Kau butuh fotoku? Sekarang, aku sudah di depanmu. Kau tidak ingin melihatku lebih lama?” Pria itu semakin mendekat. Ia tahu dia ingin lari, tapi entah kenapa seluruh tubuhnya kaku, tak sedikit pun bisa bergerak.

“Maaf, Anda bicara apa?” sebisa mungkin Avenna menutupi suaranya yang gemetar.

Sial bagaimana dia tahu! Bukankah mereka kelompok rahasia? Tak sembarang orang tahu.

Keheningan merambat seperti es yang membuat udara menjadi dingin, karenanya Avenna merasa menggigil.

Pria itu bergeming tapi sorot matanya menguliti. Lalu dia menegakkan badannya tapi sorotnya masih tertuju pada Avenna.

“Tuan! Anda tidak boleh ….” Avenna berontak ketika pria itu mengambil tangannya dengan kasar. “Aku sudah bersuami!” Avenna berteriak cukup keras.

“Srtt … kau pasti tidak ingin ada orang lain yang melihat kita dengan keadaan seperti ini bukan?”

Avenna baru sadar. Dia sudah terpojok di dinding dan pria itu benar-benar hampir berhimpit dengan tubuhnya.

“Tuan Romero, Kakek angkatmu itu, paling benci perselingkuhan, bukan? Jadi … aku sarankan, kau datang ke aula sekarang … jangan lewatkan pertunjukannya.” Pria itu menyeringai, wajah tampannya berubah dingin dan kejam. Dia membuka paksa tangan Avenna lalu menjejalkan sesuatu.

Saat Avenna melihat ke dalamnya. Matanya membesar sempurna dan dia memadang pria itu dengan tatapan tidak percaya.

“Kau …!” Suara Avenna hampir tercekat.

Bagaimana bisa? Di tangannya ada ATM yang dia berikan pada pria bayarannya.

“Avenna, pertunjukannya.” Senyuman pria itu penuh dengan misteri. Membuat Avenna membesarkan matanya.

Jangan-jangan!

“Apa yang kau lakukan?!” Avenna menggertak marah. Tentu saja, pria ini membohonginya selama ini, selain itu, apa yang sudah dia rencanakan?

Avenna langsung mendorong tubuh pria yang tampak sangat puas dengan reaksi Avenna. Melihat wanita itu yang berlari panik ke arah aula.

“Kau akan menyukainya, Vena,” gumam pria itu pelan sebelum melangkah pergi dari sana.

Avenna langsung membuka pintu ruang aula dengan cepat. Dan, saat itu dia melihat di layar besar ruangan aula itu terpampang jelas adegan ….

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Al_ZqKv
lanjuuttttt... ...
goodnovel comment avatar
Aqiqah Julitters
omg aposeeeeh... jgn smpe itu adegan hotx Venna n Leander, jk Leander mnyukai ato bhkan mcintai Ve mk dy gk akn mnyakiti Ve, cem mana hidup Ve...dy YP, dibenci Randy n kerabatx bagusx itu adegan duo Dy², biar dy khilangan hak waris n jd kismin, emgx si wewe gombel mw diajak kismin . ty updatex mommy
goodnovel comment avatar
Khair
aduh ...penasaran....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pria Bayaranku Ternyata Penguasa No. 1   Bab 87. Musuh dalam selimut.

    Ia segera membuka laptop yang memang dia bawa di ranselnya dan menghubungkan flash drive itu segera. "Bukankah kita ingin menghancurkannya?" tanya Avenna langsung saja. Ia melihat pergerakan Raina yang tidak sesuai rencana. Kenapa terlihat Raina malah seolah ingin mengaktifkannya? "Ya, tapi aku hanya..." Raina terdiam sesaat, mencari port untuk menyambungkannya. "Aku hanya ingin menghancurkannya secara keseluruhan dari laptopku. Kakak tidak akan mengerti." "Oh, baiklah.” Avenna menyipitkan matanya kala Raina membuka isi Flash Drive itu. Benar sekali, di sana tertulis Laviathan. “Benar ini dia!” Gadis itu langsung membukanya. “Raina! maaf, ponselku lupa dicas, jadi lowbat dan aku pinjam port USB-mu untuk mengisi daya. Aku ingin mengirimkan pesan pada Leander bahwa kita sudah menemukannya." Avenna tanpa persetujuan menyambungkan kabel datanya ke port USB laptop Raina, dia juga menunjukkan ponselnya, menampilkan layar chat online-nya. Raina tersenyum miring lalu mengangguk. Denga

  • Pria Bayaranku Ternyata Penguasa No. 1   Bab 86. Akhirnya Menemukannya!

    Keheningan hutan pinus kini hanya diisi oleh lengkingan pilu yang teredam dari balik kaca. Kematian mereka tidak datang dengan drama, melainkan dengan kelelahan yang mematikan. Wajah-wajah yang tadi penuh arogansi kini memucat, terdistorsi oleh sesak napas yang tak terlihat. Gandrio masih berdiri, tangannya mencengkeram rahang, batuk keras, menatap keluar dengan mata penuh kobaran kebencian. Para tetua yang lain sudah ambruk, tubuh mereka kejang-kejang di lantai baja. Bagi Leander dan Varnell, pemandangan itu terasa seperti tontonan yang harus mereka saksikan, sebuah akhir yang harus disajikan. Varnell tersenyum puas, menyeka sudut matanya seolah ada debu yang masuk. "Tontonan yang membosankan. Mereka mati terlalu cepat," desisnya, suaranya tajam. Leander tidak menjawab. Matanya yang dingin menatap Gandrio yang terus terbatuk. Kepuasan itu hanya sekejap, karena di balik dinding kaca yang tak tertembus itu, ada bayangan masa lalu yang terbunuh, dan ada pula masa depan yang harus dia

  • Pria Bayaranku Ternyata Penguasa No. 1   Bab 85. Flashback : Pengaturan Rencana.

    BEBERAPA JAM SEBELUM RENCANA PEMUSNAHAN DI HUTAN PINUS, TORONTO. Ruang pertemuan di kediaman Leander dipenuhi oleh ketegangan yang memadat, kaku, dan dingin. Udara terasa tipis, seolah setiap napas yang diambil adalah pertaruhan. Varnell masih duduk di seberang, mengulum cerutu sebelum cerutu itu dia jejalkan ke asbak di depannya. "Jadi, lebih baik kita memancing mereka semua." Suara berat Varnell memecah keheningan kembali, matanya menyapu wajah setiap orang, menilai reaksi mereka. Ia baru saja menjelaskan siapa saja yang menjadi target utama mereka, Gandrio dan para sesepuh keluarga Ramdone juga Vazinni. Avenna, dengan dahinya berkerut dalam, menyuarakan keraguannya. "Mereka tidak mungkin semudah itu masuk perangkap." Pikirannya berpacu, mencari celah dalam rencana yang terdengar terlalu sederhana. Ia tahu musuh mereka licik dan cerdas. "Karena itu, pancingannya harus meyakinkan," Leander menyambung, suaranya tenang, tetapi penuh otoritas. Matanya yang tajam menatap kosong ke

  • Pria Bayaranku Ternyata Penguasa No. 1   Bab 84. Kepuasan yang mereka impikan.

    Gandrio tersenyum remeh. "Tenang saja, orang pertama yang akan aku kendalikan adalah dirimu. Kau akan lupa dengan segalanya, dan aku akan membuatmu menjadi keturunanku yang baru." Gandrio dan keenam pria itu langsung masuk, menyerbu ke dalam ruangan itu seperti semut yang menemukan gula. Mereka bersemangat, mata mereka hanya melihat pada kotak yang berisi teknologi yang selama ini mereka buru. Hanya Varnell yang tetap tinggal di luar, bersama dengan Leander dan beberapa penjaganya. Pria itu melirik ke arah Leander, menaikkan kedua alisnya. Seolah berkata, 'Giliranmu.' Setelah itu, Leander yang tadinya terlihat sangat lemah, seketika berdiri tegak. Wajahnya masih pucat, tetapi langkahnya tegas. Aura dingin dan mematikan darinya kembali muncul, seolah ia tak pernah terluka. Meskipun darah membasahi tangannya, dia seolah tidak merasakan apa-apa. Dengan gerakan mantap, dia segera menekan tombol merah yang mencolok di dekat pintu utama. Dan seketika, dinding kaca anti peluru turun dar

  • Pria Bayaranku Ternyata Penguasa No. 1   Bab 83. Seharusnya aku yang menjadi pemimpin

    "Akhirnya kalian datang juga." Suara melengking Gandrio penuh keceriaan, bergema di antara pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi. Kehadirannya seperti badai yang membawa kekuasaan dan kengerian. Dia mengulurkan tangannya, menjabat satu per satu enam pria yang baru saja tiba. Mereka bergerak dalam formasi, aura kekuasaan yang kental menyelimuti setiap langkah mereka. Hawa dingin pagi seolah tak mampu menembus mantel mahal yang mereka kenakan. Leander berdiri di sana, mengamati mereka. Dua pria adalah anggota keluarganya, keturunan Vazinni yang paling setia pada Gandrio. Empat lainnya adalah tetua dari keluarga Ramdone, yang selama ini menjadi sekutu terdekat klan mereka dalam perburuan gila ini. Mereka semua memancarkan aura arogansi yang sama, seolah dunia berada di bawah telapak tangan mereka, dan kehadiran Leander hanya sekadar formalitas yang tak berarti. "Akhirnya kau mendapatkannya juga. Aku bahkan sudah ingin merelakannya karena aku rasa kita sulit untuk mendapatkannya," kat

  • Pria Bayaranku Ternyata Penguasa No. 1   Bab 82. Pengkhianatan yang kental.

    Gandrio menyeringai, senyumnya seperti retakan di wajah yang sudah tua, seolah dia menikmati setiap detik penderitaan Leander. Dia berjalan mendekati pria yang seharusnya dia panggil cucu. Setiap langkahnya terasa seperti gemuruh petir yang mendekat, menggetarkan tanah di bawah kaki Leander. "Bahkan putraku sendiri bisa aku bunuh," desisnya, suaranya seperti bisikan iblis, "kenapa tidak dengan wanita yang bukan siapa-siapa?!" Kata-kata itu menghantam Leander seperti palu godam, menghancurkan sisa-sisa akal sehatnya. Wajahnya langsung merah padam, urat di pelipisnya menonjol, dan matanya penuh dengan kebencian yang membara. Amarahnya menguasai dirinya, seperti api yang melahap habis semua yang ada di jalannya. Tanpa berpikir panjang, dia melangkah cepat, tangannya terangkat, ingin mencengkeram leher Gandrio yang keriput dan penuh dosa. Duarr! Suara tembakan memecah keheningan, menggetarkan pohon-pohon pinus hingga daunnya berguguran. Leander langsung merasakan sesuatu yang panas, l

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status