"Selidiki wanita itu!"***Lagi-lagi kantor kembali heboh dengan gosip yang entah bocor darimana, topik hangat yang jadi perbincangan di kantor, kembalinya sosok wanita yang sudah mati!"Benarkah? Bagaimana tanggapan Bu Sandra, bukankah kabar skandal pak Simon dengan Bu Elsa akan kembali muncul?" "Apa tanggapan pak Simon?" Beberapa karyawan tampak tak sabar mendengar kabar selanjutnya. "Ssttt! Kamu jangan ngomong terlalu keras, bisa-bisa Bu Sandra mendengarnya." Semua staff dan karyawan itu lalu berbisik, mereka saling merapatkan kursi, agar lebih mudah mengobrol."Ehmm... suami saya memberi kalian kelonggaran, jika begini haruskah gaji bulanan kalian kupotong 50 persen?" Kata-kata yang sangat tak berperasaan ini, terdengar sangat tak asing. Mereka melihat seorang wanita berpakaian blazer tengah berdiri sambil melipat kedua tangannya dengan sorot mata tajam. "Bu Sandra... " Ini entah beberapa kali, mereka tertangkap basah bergosip ria di jam kerja. Saat itu, Alessa baru saja ingi
"Siapa kamu...?"Nyonya Clarissa melihat sosok wanita yang tak di kenalnya memasuki ruangan. Saat ini, wanita paruh baya itu dipanggil oleh seseorang. "Kenapa kamu mencariku?"Mendengar kata-kata yang begitu dingin, suasana hening sejenak. Lalu wanita itu menatapnya dalam-dalam. "Ibu..." Matanya berkaca-kaca, menampakkan kesedihan yang amat luar biasa ketika melihat kondisi wanita yang melahirkannya kini sudah sangat tak terkendali. "Kamu tak ingat aku lagi ibu?"Sayangnya wanita paruh baya itu mengacuhkannya. "Buat apa buang-buang waktu menemuiku, jika ingin gaji, silakan cabut apapun yang ada di rumahku, kamu bebas ambil!" Seketika itu tangis Elsa pecah, dia segera memeluk wanita yang masih diakui sebagai orang yang melahirkannya. "Ibu, ini aku Elsa, ibu sudah lupakah dengan suaraku?" Nyonya Clarissa melihat sosok wajah yang berbeda, lebih dewasa dan berwibawa. "Kamu... Elsa?"Dia mengangguk disela-sela tangis sesenggukan yang di jeda. Clarissa menatapnya ragu-ragu, namun beber
Sepanjang perjalanan Elsa hanya diam, ingatannya kembali pada kejadian di perusahaan NexGen Innovations, pasalnya dia merasa sedikit dipermalukan. "Padahal aku cuma ingin membicarakan soal perusahaan, tapi... tunggu! Kenapa gelagat Sandra tadi agak aneh? Aku merasa dia seperti... sedang cemburu!" Suara Elsa terdengar tiba-tiba, dan malah mengagetkan Raffaele yang sedang fokus menyetir, mobil yang dikendarainya pun berhenti mendadak di tengah jalan. "Apa maksudmu?" Elsa tak menduga teriakannya cukup fatal dan menganggu fokus orang lain. Saat Raffaele menanyainya, Elsa merasa gugup. "Ehh... mmm tidak ada, tadi aku hanya..." "Kamu pasti punya masalah, bisa ceritakan?" Elsa merasa kepercayaannya sedikit berkurang pada Raffaele, ia sendiri juga tak mengerti kenapa bisa berpikiran seperti itu. Lambat, dia menggeleng.Raffaelle tak mau memaksakan kehendaknya untuk mengetahui masalah yang di hadapi Elsa, dia tetap senyum, lalu berbicara. "Sudahlah, kamu tak perlu fokus dengan masalahmu seka
Di apartemennya, Sandra masih tak bisa tidur dan selalu merubah posisinya dengan gelisah. Matanya melirik jam dinding lalu bergumam. 'Ini sudah pukul 02.09 malam.'Perlahan ia bangkit dan bersandar dengan alas bantal di belakang punggungnya, mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu melirik suaminya yang masih terlelap.Nafasnya menghembus berat, jujur saja tingkat kewaspadaannya terhadap Elsa sangat besar. 'Aku harus benar-benar pastikan Elsa akan menjaga jarak dengan suamiku.' Sandra mengambil ponsel, berencana mengalihkan pikirannya dengan membuka media sosial. Ketika melihat sebuah postingan, ide unik tiba-tiba melintas begitu saja. 'Bukankah aku masih punya ponsel cadangan?' tawanya semakin miring, terlebih ketika melihat ponsel suaminya tergeletak di meja. Sigap, dia menyalin nomor seseorang dan mengetikkan beberapa kata menjadi sebuah pesan singkat sambil menyeringai. 'Kuharap ide ini akan berhasil.'***Elsa merebahkan tubuhnya yang masih terbalut kemeja dengan setelan blazer
Raffaelle menatap lama Elsa, seperti ingin mengatakan sesuatu, namun tampaknya dia ragu-ragu. "Raff, apa yang kamu pikirkan?" Elsa mencoba memulai obrolannya, tetapi pria itu tetap ragu untukbeberapa saat dan hampir sepuluh menit barulah terdengar suaranya. "Apa malam ini kamu akan pulang?"Elsa mengalihkan pandangannya kearah lain. "Ya, tentu saja ...""Tapi, aku masih punya banyak makanan yang perlu di habiskan..." Raffaelle tiba-tiba memotong, Elsa cukup kaget dan tak menduga Raffaele akan merespon secepatnya. Elsa berpikir, mencari alasan. "Tapi, seharusnya kamu membiarkannya, karena anak-anak besok masih harus sekolah." "Tapi...""Raff, aku sudah sering sekali membuatmu repot," Elsa mengotot, lalu memaksakan diri kembali bicara. "Aku bahkan sudah memesan taksi online ..." "Apa?" Dia mencari akal bagaimana caranya menahan Elsa agar tak pulang. Setelah berpikir sejenak, siapa sangka Raffaele akhirnya akan menggangguk menyetujuinya. "Biarkan aku mengantarmu..." Elsa menggelen
"Alessa, aku punya proyek baru dan ini sangat penting. Jadi... bisakah malam ini kamu lembur membantuku mengerjakannya?"Alessa menganga, aktivitasnya seharian ini sudah cukup membuatnya lelah. Namun, jika di tambah dengan lembur... Sesaat Ia berpikir sambil melihat jam dinding yang detiknya terus berjalan. "Baiklah, tapi jangan marah jika aku tidak berhasil menyelesaikannya sekarang..." Alessa diam, takut atasannya akan marah karena dirinya sudah terlalu lancang berbicara."Selesai tidak selesainyaa itu tak penting, yang jelas kamu berusaha melakukan yang terbaik untuk pekerjaan itu, dan kamu jangan khawatir tentang uang bonus..."Ini menggiurkan! Siapa yang tak mau dengan bonus. Bulan kemarin Alessa juga mendapatkan tunjangan dari atasannya atas rekomendasi Sandra. "Baiklah, aku pasti akan benar-benar berusaha untuk tawaran itu.""Oke, tapi kamu benar-benar harus serius, mulai hari ini Sandra, barulah yang akan mengatur kamu. Perlu di ingat, telitilah setiap melakukan sesuatu, janga
"Kenapa, kalian masih penasaran?"Dua bocah itu mengangguk, melihat raut Raffaele yang misterius. Elsa yang agak ragu mengartikannya memilih diam. Namun diam-diam Raffaele memperhatikannya. "Elsa... Kenapa kamu hanya menatap makananmu? Kamu tak lapar?" Tanyanya tanpa peduli apakah wanita itu akan mendengarkannya atau tidak, tapi perutnya sudah meronta dan minta agar di isi.Soto Padang lengkap dengan nasi dan krupuk udang serta sambal pedas telah menggugah seleranya, meski ada hidangan lain pun, Raffaele sama sekali tak tertarik. "Lupakan! Aku makan yang ini saja." Saat itu barulah Elsa menegakkan punggungnya, lalu berbicara. "Kalian tinggal sama om Raffaele dulu ya, momm, pergi ke toilet sebentar." Baru saja Elsa meninggalkan mejanya, matanya terfokus pada satu keluarga yang sedang berbahagia bersama anak dan istrinya, ekspresi Elsa berubah ketika mereka memutar tubuhnya. "A-lex?" Dia sempat tergagap, bahkan pria yang di duga kepala keluarga itu memperhatikannya sekilas. Elsa tak
"Alex... dia adalah mantan suamiku." Raffaele terdiam, matanya masih menatap jalan di depan. "Oh, begitu."Meski tampak cuek dan biasa saja, namun pria itu ternyata memikirkannya. "Lalu siapa wanita itu?""Sepertinya dia istri Alex sekarang. Yah, kurasa dia adalah alasan kami berpisah saat itu ..."Raffaele manarik nafas, menyesap minuman kafein yang sudah di sediakan di jok mobil sebelum kembali menatap arah jalan yang di laluinya. "Jangan pikirkan lagi, jika kamu tak keberatan, aku siap menggantikan posisinya..."Elsa menatap Raffaele, melihat sorot matanya yang penuh arti. Meski terlihat mengabaikannya, namun itu cukup membuat Elsa tersenyum. "Terima kasih, Raffaele."Hanya itu saja, selanjutnya mereka diam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing. Haruskah Elsa menerima Raffaele dan melepaskan Simon pria yang sebenarnya juga dia sukai? Raffaele sendiri masih tak bosan mengungkapkan perasaannya meski sudah tahu akan di tolak, dia tahu Elsa masih terkejut dan membutuhkan waktu unt