BERSAMBUNG
Ke enam orang ini ternyata bergeser ke room karaoke. Rey pun cari akal bagaimana masuk ke room ini, lama dia termenung di depan tempat ini."Duehh...gimana caranya amati mereka," batinnya pusing sendiri.THM ini memang komplet, selain menyediakan pub dan restoran, juga sediakan ruang karaokenya dan pastinya tidak ada yang berharga medium, semuanya berharga suite.Namun sampai 1 jam lebih, Rey tak ada jalan untuk bisa menyelinap ke tempat itu.“Satu-satunya jalan…aku akan datangi Om Frans di hotelnya,” batin Rey, lalu menjauh dari tempat ini dan hanya mengamati di luar THM ini.Rey lalu cari restoran, karena perutnya lapar dan baru sadar sejak tadi belum makan.Saat asyik menikmati makan malam, dia melihat seorang pria setengah tua yang masih tampan, yang ternyata ayah sahabatnya, Aldi Sulaimin dan satu orang yang agaknya temannya, masih muda dan juga tak kalah tampannya.Aldi ternyata duluan melihat Rey, pria ini lalu melambai dan Rey buru-buru mendekat dan minta agar pesanann minuman
Rey kini sudah dalam pesawat, dia berangkat ke Bagoya untuk bertugas di sana. Chikita masih di rumah sakit saat Rey pamit dan di jaga Liline.“Jangan kelamaan Bang, kalau aku kangen kemana aku minta jatah,” canda Liline, saat mereka saling peluk di lobby rumah sakit.Rey hanya tertawa dan bilang Liline harus menjaga Chikita sampai sembuh. Dan minta mereka tinggal di rumahnya saja, bila dokter sudah membolehkan Chikita rawat jalan.Rey juga beri Liline uang tak sedikit, hingga Liline sambil mencium tangan Rey ucapkan terima kasihnya, dan bilang sebagian akan di kirim buat ibu dan adiknya di kampung.“Burhan dan Sonya, istrinya….!” batin Rey, teringat ucapan Ange saat mereka bercinta.Begitu sampai di mess, Rey langsung putuskan tidak jadi tinggal di sana, mess ini selain bocor juga berantakan isinya, niat hati ingin istirahat berubah jadi dongkol.“Pantas saja serdadu banyak yang letoy, perumahan kayak kandang kambing, uang pemeliharaanya kemana?” batin Rey mangkel sendiri, padahal ia
Rey meremas kasar dua gunung kembar Ange, janda Om Frans ini antara perih dan nikmat dibuatnya.Namun dia terlonjak kaget, saat benda besar dan keras mulai menekan perabotannya. Tanpa pemanasan, tentu saja Ange merasakan perih, apalagi benda ini mulai masuk separu.Ange bukanlah tipikal wanita yang mau bercinta sembarangan dengan pekerja shift malam, dia sangat pemilih.“Burhan…dialah pelakunya, dia itu saudaranya Tante Neci, kerjasama dengan Om Frans yang selama ini jadi sponsornya di Bagoya agar jadi kepala daerah. Reni itu juga selingkuhannya Burhan!”Deggg…kaget juga Rey. Kali ini ia percaya apa yang dikatakan Ange. Dalam posisi tertekan begini, seseorang akan cenderung jujur!“Satu lagi pertanyaanku, kamu pasti tahu model Chikita mengalami kecelakaan dan lumpuh, pasti kamu tahu juga siapa dalangnya.” Rey mendekatkan wajahnya ke wajah Ange.Rey langsung menekan pantatnya dan kini seluruh burungnya sudah menyesaki perabotan Ange yang lama-lama merasakan nikmat, walaupun tadi kaget
Tak ada penolakan, malah Liline meladeni, Rey makin berani dan kini dia tanpa ragu mulai turun ke leher dan tertahan di dua gunung panpandayan yang membusung.Rey bahkan tak segan meluat ketiak Liline yang harum dan berbulu ini, ternyata di sini juga salah titi lemahnya, makin liarlah si cantik ini.Desisan yang keluar dari mulut Liline makin nyaring saja, persis ular kobra bertemu mangsa.Kini keduanya sudah saling adu gelut di kasur empuk ini. Liline yang biasanya lembut dan tak banyak tingkah dan gaya, kini keluarkan sisi liarnya.Dia tak segan menarik wajah Rey dan…minta di puaskan di bagian hutannya yang lumayan lebat.“Tak salah dugaanku, kumis tipisnya di atas bibir dan ketiknya yang berbulu ternyata menyimpan hasrat liar,” batin Rey dan kini dia menguas area hutan lebat ini.Dan Rey sudah tahu, hutan ini sudah ada yang mengacak-ngacak sebelumnya, walaupun masih rapet. Rey sudah hapal bentuk apem lawan jenisnya.Tak perlu lagi Rey mengajari, Liline dengan hasrat liarnya sudah m
Yang bikin Rey makin suka, Liline memiliki bulu-bulu halus di lengan dan kaki juga dikit di atas bibir, alisnya pun masih tebal alami, belum di kerik macam wanita-wanita kota.Bahkan...bulu ketiaknya sedikit terlihat, Liline agaknya sengaja tidak mau mencukur...dan Rey makin...suka!“Kamu serius ingin kuliah Line?” pancing Rey, sambil ajak Liline duduk di meja makan, setelah tadi cerita soal kondisi kesehatan Chikita.“Iya Bang, tapi aku tak berani desak Abang, biaya kuliah kan mahal atuhhhh?” sahut Liline dengan suara khas dari bumi Priayangan.“Kamu teruskan saja niat itu, searching di internet dan bisa daftar online. Oh ya, uang kamu masih adakah?”“Makasih Bang, nanti aku cek di ponsel! Uang…m-masih Bang, hanya terpakai buat makan dan taksi, juga kemarin…beli 3 daster, soalnya yang lama sobek!” sahut Liline malu-malu.Melihat Liline yang malu-malu meong begitu, Rey teringat Dayang, mirip kelakuannya, tapi saat bercinta malah heboh dan ganas.Melihat Liline tak punya perhiasan satu
Liline ternyata sangat rajin dan cekatan, rumah baru Rey kini terlihat rapi dan nyaman di lihat. Rey menerima permintaan Liline yang ingin kerja jadi ART di rumahnya.“Ini kelak jadi kamar Chikita, biar dia bisa istirahat sepulang dari rumah sakit dan di sebelahnya kamar kamu.”Mendengar ini, Liline makin suka dan pastinya sangat berterima kasih dengan perwira tampan ini, apalagi dia juga di beri kamar pribadi yang mewah dengan kasur empuk, beda jauh dengan kos dan rumahnya di kampung.Saat makan berdua, Rey pun ceritakan kebaikan Chikita selama ini padanya, sehingga Liline kini tak aneh lagi dengan kebaikan Rey padanya juga kakaknya saat ini."Iya sih Bang, ka Chiki memang tak perhitungan orangnya, tak aneh sih kalau Abang hutang budi sama dia," sahut Liline. “Kamu kelak bisa kuliah, aku jamin semua biayanya, yang penting fokus saja dengan kesembuhan kakakmu dulu yaa.” sahut Rey lagi.Mendengar janji Rey, Liline pun makin bahagia!Karena fokus ke Chikita dan Liline, seminggu kemudia
"Chiki…ini aku, Rey, apa yang terjadi hingga kamu begini?” Rey perlahan memanggil wanita yang dulu sangat cantik ini.Chikita perlahan membuka mata dan dia terlihat kaget menatap Rey, sampai kerjap-kerjap matanya menatap sang perwira muda ini.“Ka-kamu…Rey?”Rey mengangguk sambil menarik perlahan tangan kurus Chikita dan memandang iba kaki wanita ini kecil dan kurus, padaha dulu kaki ini sangat jenjang dan indah dan selalu bikin Rey sangat kagum.“Rey…aku begini karena di tabrak seseorang, yang mungkin orang bayaran yang tak rela aku jadi ani-aninya si Om itu!”Chikita juga cerita sudah lama begini, sudah hampir 1 tahunan, dia terpaksa pulang dari rumah sakit ke kos ini, tidak lagi di apartemen karena kehabisan uang berobat, juga tak mampu bauar sewa apartemen, atau lebih tepatnya gadunnya sudah tak beri dia uang.Yang bikin Rey makin iba, kos ini sudah hampir habis sewanya dan Chikita terancam di usir.“Aku bingung akan tinggal di mana…?”Chikita terisak usai bercerita. Liline datang
Rey akhirnya tak lagi memikirkan Bannon, dia pulang kembali ke tempat tugasnya. Sekaligus jemput Finai lagi untuk memberikan hasil penjualan emas tersebut, yang kini sudah berupa tabungan.Finai langsung bercanda, dia kini seorang jutawan!Tak pernah Rey duga, Finai ternyata menggunakan uang itu justru untuk membangun kampungnya. Finai memang sudah lama ingin perbaiki jalan desa mereka, agar mudah akses ke kota kecamatan dan kampung mereka tak di isolasi lagi.Setelah melepas kangen selama satu hari, keduanya kembali berpisah, Finai buru-buru pulang ke kampungnya, setelah dapat kabar ibunya sakit.Dua bulan kemudian Rey kaget, dia dapat telegram dari Mabes, yakni naik pangkat dari Letnan Dua jadi Letnan Satu, sekaligus pindah tugas!Otomatis Rey harus pulang kembali ke Jakarta, padahal dia mulai betah tinggal di sini….karena faktor Finai…dan pastinya Dayang.Rey memang jadikan keduanya sebagai kekasih, uniknya Finai dan Dayang sama-sama tahu kalau mereka di duakan, anehnya kedua-nya ta
Rey pun berbisik dan Finai tersenyum senang. Malamnya kembali mereka bercinta sepuasnya dan paginya Finai balik lagi ke kampung halamannya, dengan sebuah janji dari Rey.Ternyata tidak terlalu jauh Kampung Finai ini, ada jalan memutar yang dekat, sehingga Finai bilang Rey tak perlu mengantarnya."Aman kok sayang di jalan, tenang saja," ceplos Finai sambil mencium bibir kekasihnya ini.Setelah Finai pulang, Rey pun langsung menelpon Bungki.Bungki Sulaimin kaget bukan main saat Rey minta carikan kolektor emas untuk menjual batu-batu emas temuannya ini.“Gilee kamu Rey, baru juga tugas di Kalimantan udah dapat harta karun ajee, beruntung banget idup loee. Oh ya, jangan khawatir, adikku yang akan membelinya, lusa aku dan dia akan berangkat gunakan private jet, lalu naik helikopter ke sana.” sahut Bungki di seberang telpon.Dua hari kemudian….Bungki benar-benar datang bersama adiknya Abdi Sulaimin, yang juga seorang kolektor perhiasan terkenal di Indonesia dengan helikopter sewaannya.Jug