BERSAMBUNG
Gara-gara ancaman itu, saat malamnya bersama Reni, Rey tak menikmati saat melayani cumbuan panas Reni, dia benar-benar down. Marahlah si Ratu Skincare ini melihat pria simpanannya begitu.“Kamu kenapa sih, aku sudah berkali-kali klimaks, kamunya malah tak apa-apa, mana mainnya tak semangat gitu, nggak kayak biasanya. Kenapa sih, lagi mikir apa otak kamu itu?” dengus Reni curiga sambil menabok kasar badan kokoh Rey.“Maaf Ren…aku…teringat ibuku yang lagi sakit di Bandung,” Rey langsung bikin alibi yang masuk akal, sambil bergeser dari tubuh telanjang Reni.“Huuhh itu bukan urusanku, tugasmu adalah layani aku, aku juga pingin lihat kamu klimaks, mau sakit atau mati sekalipun ibumu, tugas kamu tetap senangkan aku, paham!” cetus Reni dengan mimik marah, sambil mendorong tubuh Rey dengan kakinya.Reni benar-benar lakukan Rey tak ‘manusiawi’.Akibatnya makin eneg-lah hati Rey. Wanita sundal, pikirnya kesal bukan main. Dirinya di buat seolah budak saja oleh wanita cantik judes dan angkuh ini
Sesaat Rey bingung, mau apa Angela minta ia menemui di Kafe Nusa?Ancaman dua bodyguard Angela terbayang di wajah Rey. Keraguan pun menghampiri hatinya.Tapi rasa penasaran mengalahkan rasa takutnya, sehingga ia nekat. Rey pun ambil topi dan kacamata, lalu pakai baju model hoodie, agar penampilannya tak jadi pusat perhatian.Tak sulit menemukan Kafe Nusa ini, walaupun letaknya agak masuk gang, tapi plang besar ada di pinggir jalan sebagai petunjuknya.Begitu masuk ke kafe ini, Rey langsung menuju melihat Angela duduk sendiri.“Angela…!” serunya lega.Gappp…!Kanan kirinya di sergap dua orang bodyguard dan Angela terlihat pucat, lalu pergi dan kini Rey yang kebingungan di minta jalan terus menuju ke kursi di mana Angela tadi duduk dan tiba-tiba pergi lewat pintu samping.“Mau apa kalian…?” tanya Rey dengan hati tak karuan, hatinya langsung kebat-kebit.“Kamu tak usah banyak bacot, diam dan berdiri saja di sini,” dengus seorang bodyguard yang kemarin mengancamnya, Rey pun tak berkutik.A
Rey pun mencari hotel yang lebih murah, tak mungkin dia ke bandara untuk kembali ke Jakarta, karena ini sudah hampir jam 22.00 WITA.Rey meratapi nasibnya yang apes banget hari ini, di hajar centeng-nya pria setengah tua dan kini terusir dari kamar Reni. Di hina-hina pula, benar-benar jatuh mental Rey di begitukan oleh wanita angkuh itu.“Mas Rey…ini kunci kamarnya, loh kenapa jalannya Mas, juga kenapa dari tadi menekan perut terus?” si resepsionest pria di hotel ini heran melihat kelakuan Rey.“Aku…di hajar orang jahat Ble…!” sahut Rey dan kini duduk di kursi lobby hotel kelas melati ini.“Waah gawat ini Mas Rey, kenapa tak di bawa ke dokter, atau gini, maukah aku panggil kan seorang tukang pijat, bahaya lo Mas, ntar salah urat!” tawar si Ble ini.Rey pun langsung mengangguk dan si Ble ini lalu ke dalam dan tak lama kemudian datang dengan seorang perempuan tua, yang ternyata juga jadi pembantu di hotel ini.Si Ble baik ini tak ragu bantu Rey berjalan menuju kamarnya dan si wanita tua
Rey pun kini seolah back to basic, kembali ke awal lagi, mobil mewah pemberian Reni juga sudah dia kembalikan tanpa banyak cincong.Rey makin pusing, ia baru saja bertengkar dengan ibunya di telpon, Rey tak sanggup kirimi ibunya uang yang banyak.Permintaan 150 juta tak bisa Rey penuhi, dia hanya kirim 50 juta saja. Padahal di rekeningnya kini hanya tersisa kurang dari 1 jutaan.Mami Meni yang terus memantau keadaan anak asuhnya ini tentunya paham dan tak melewatkan kesempatan ini untuk kembali memanfaatkan kesempatan.Mami Meni tahu, pemuda ini lagi pusing soal…keuangan.“Hmm...kamu minta depe Rey…padahal fashion show masih 1 bulanan lagi?”“Iya…bolehkah?”“He-he-he…Tante Nice kangen tuh sama kamu?” pancing Mami Meni, dia tak peduli kalau Rey babak belur, baginya duit di atas segalanya.“Huuhh…tak bakal aku mau, di bayar berapapun!” sungut Rey jengkel.“Ehemm…gitu ya, oh ya…kamu mau nggak…ee…!”“Asalkan jangan melayani Tante Nice, aku mau!” potong Rey cepat.“Tenaanggg…ini temanku jug
Rey jalan kaki ke kampus, setelah mobil di serahkan ke Reni, Rey kembali ke setelan awal. Uangnya juga habis buat kirimin ibunya.Walaupun jarak kampus dan kosnya lumayan, tapi dia lebih suka jalan kaki. Naik bus atau ojek tetap saja ke jebak macet.Rey memang hanya ambil diploma alias 3 tahun, kalau lulus ia berkesempatan melamar sebagai anchor di TV-TV swasta dan kini tinggal satu semester lagi dia selesai pendidikannya.Profesi yang sama dengan ibunya dahulu, sebelum mundur dan pulang ke Bandung.Chiittt…!“Sommm….?”Mulut Rey yang ingin keluarkan sumpah serapah tertahan, saat kaca mobil di buka, seraut wajah cantik nongol.Si jelita ini tampil dengan kacamata hitamnya yang kekinian serta senyum khas-nya yang memang manis.“Ayo masuk, kita bicara di mobil,” ternyata wanita ini adalah Chikita dan kini memanggilnya, agar masuk ke mobil. Rey pun mengangguk dan tak banyak cincong masuk ke mobil ini.“Kamu benaran kini sudah putus dengan Reni dan mobil kamu di tariknya lagi?” Chikita lan
Rey langsung menuju ke rumah kontrakan ibunya, rumah tipe 36 yang sewanya 1,5 juta sebulan ini terlihat sepi-sepi saja.Tetangga kiri dan kanan di tempat ini memang rada cuek, cenderung tak mau urusi tetangga masing-masing.Namun Rey tidaklah bodoh. "Ada yang tak beres ini?" batinnya.Rey mengamati rumah dari beton sewaan ibunya dan inilah yang bikin dahinya berkerut, ada sepatu kets di teras. Di lihat dari ukurannya, sepatu itu milik seorang lelaki.“Hmm…mencurigakan,” batinnya, Rey pun perlahan letakan tas ranselnya, dia lalu mengendap-ngendap menuju ke jendela kamar ibunya, Rey tentu saja hapal di mana kamar ibunya.Setelah sampai di dekat jendela, Rey pun kaget mendengar suara seperti dengusan nafas orang…bercinta.Lalu terderangar eraman suara laki-laki, yang sudah melepaskan hajatnya.“Makasih sayangg…ih kamu ini kalau nggak di kasih uang, pasti nggak mau kasih jatah ke aku, kan aku pingin tiap hari di genjot kamu sayangggg!”Rey kaget, itu adalah suara Larissa, ibunya. “Kenapa s
Dengan tubuh babak bundas di hajar Asep, Rey pun pergi dan dia sama sekali tidak mau mendatangi ibunya.Terngiang-ngiang olokan Asep yang bilang dia ‘anak manja’ dan tak ada keberanian apapun, yang bikin dia makin sakit hati, Asep olok ibunya sudah tak enak lagi di genjot.“Aku hanya pingin uang ibumu, jadi kalau kamu tak ingin lihat ibumu patah hati, kerja yang giat yaa anak manis, kirim yang banyak buat ibumu itu he-he-he!”Olokan ini benar-benar bikin sakit hati pemuda ini, uangnya ternyata di hambur-hamburkan ibunya untuk memberi ke Asep.Pemuda pengangguran yang terkenal playboy dan memang sejak dulu selalu jadi ‘pelindungnya’ sejak SMU, tapi dengan imbalan pastinya, tak ada yang gratis kata Asep.“Aku nggak bakal lagi kirimin ibu uang,” dengusnya sambil mengelap bibirnya yang berdarah.Rey menuju stasiun kereta api dan pulang kembali ke Jakarta, sama sekali tidak berniat kunjungi ibunya tersebut.Rey sangat dendam, tapi kemampuannya apa…?Berkelahi saja dia tak bisa, malah kini s
Rey mengalah tidur di lantai dan membiarkan Ange tidur di ranjangnya, dia iba melihat wanita cantik ini terlihat lelah dan banyak masalah.Padahal…dia pun harusnya patut di kasihani...!Paginya…Ange terbangun saat mencium bau kopi panas yang barusan di bikin Rey. Mata mengantuk Ange kontan seger. “Silahkan di minum Ange…!” Rey pun sodorkan gelas dan di minum Ange.Kini kondisi Ange berbeda dengan tadi malam, dia lebih tenang dan rileks.“Kost kamu enak juga Rey…!” Ange berbasa-basi, matanya mengitari ruangan kost ini.“Ini pun mahal Ange, padahal tak seberapa luas kamarnya, jauh lebih luas toilet kamu di apartemen kan!”“Jakarta Rey, mana ada yang murah!” sahut Ange dengan nada bijak.“Rey…aku pergi dari Om Frans, karena tak sengaja melihat dia menembak seseorang hingga tewas di rumahnya!”Tanpa di duga dan tak perlu Rey pancing lagi, Ange mulai bercerita sendiri alasannya kabur dari apartemennya tersebut.Kagetlah pemuda ini, tak dia sangka kepergian Ange dari apartemennya ini karen
Ritme permainan makin meningkat, Finai terbelalak sekaligus menahan malu, tapi membiarkan, saat perabotannyan dengan lahap di ‘makan’ sang pejantan tangguh ini.Finai justru merasakan sukmanya seolah terbang ke angkasa.Rey kini mulai berubah seleranya, kalau dulu-dulu lawan mainnya adalah wanita-wanita STW berkelas.Yang tubuhnya kencang karena perawatan di salon mahal, bahkan kadang ada saja kendur-kendurnya, karena faktor usia.Kini Rey lebih suka wanita muda dengan bau khas, yang tak pakai wewangian mehong. Rey candu dengan tubuh Finai yang alami dan bentuk tubuh yang padat menggairahkan.Setelah dengan Dayang, kini Rey menemukan kenikmatan dengan Finai, yang bahkan lebih cantik dari Dayang.Terus di lumat tiada henti, tubuh Finai tak pernah berhenti menggeliat, dia benar-benar di buat terbang oleh sang komandan muda ini.Tapi sejurus kemudian dia melonjak, saat sesuatu yang sejak lama di tahan-tahan akhirnya meledak juga.“Amboii…sedap niannnn sayanggg..!” desah Finai.Inilah kli
"Arnold, kita sudah hampir dua minggu keliling di sini, tapi petunjuk harta karun itu tak ada, sebaiknya kita bersiap kembali saja ke Jakarta, lain waktu kita cek lagi, kita kembali ke helikopter...!” Fransi berdiri dan Arnold pun menganguk.“Iya…agaknya harta itu sudah terkutuk dan terkubur bersama puluhan penambang liar di Lembah Bamuk itu!” sahut Arnold lagi.Frans lalu panggil 3 orang pengawal-nya dan mereka bersiap-siap balik lagi. Tak lama kemudian tempat ini sunyi, ke 5 orang itu pergi meninggalkan tempat ini.Rey kini duduk termangu, tak pernah dia sangka, akan menemukan sebuah fakta yang sangat mengejukannya tentang jati dirnya.“Jadi Om Frans mantan tunangan ibuku dan ini rupanya sebabnya ibu sangat dendam dengan ayah kandungku, yang mengecewakannya. Kelewatan kamu Bannon, ibu sampai tak beres hidupnya sampai tua…” batin Rey analisa sendiri, sekaligus marah besar dengan ayah kandungnya itu.Rey tentu saja tak tahu sejarah percintaan ayah kandung dan ibunya tersebut. Makin sak
Rey dan Finai kembali lanjutkan perjalanan, walaupun sudah pukul 7.30 pagi, tapi halimun tetap terlihat tebal. Sehingga mereka agak hati-hati jalan,karena cuaca masih agak gelap.“Ini kenapa Lembah Bamuk itu menghilang Finai, bukan karena lenyap,” cetus Rey, Finai pun mengangguk dan mulai paham.Semakin jauh mereka berjalan, cuaca makin dingin saja, tapi juga makin terang.“Finai, stop…aku lihat ada asap di sana, artinya ada orang selain kita,” bisik Rey, hampir menyentuh kuping Finai, hingga wanita ini sempat kaget.Kini mereka melangkah lebih hati-hati menuju asap itu, yang agaknya berasal dari sebuah api unggun yang di buat seseorang.Setelah berjalan hampir 45 menitan, mereka kini bersembunyi sambil melihat sebuah kemah dan ada 5 orang di sana.“Jenderal Arnold dan Frans,” gumam Rey tanpa sadar.“Siapa itu Jenderal Arnold dan Frans itu?” bisik Finai, karena dia memang tak tahu dua orang tersebut.“Dia kaki tangannya perusahaan tambang ilegal itu dan si Frans itu pemilik tambangnya!
Rey senyum kecil, dengan gemas dia langsung melumat bibir merah alami si denok ini dan meremas-remas dada Finai yang ukurannya lebih gede dari milik Dayang.Nafas Finai langsung mendesah lirih.Tangan nakal Rey langsung bergerak ke paha Finai dan…Rey kaget, karena tempat ini tertutup pembalut, Finai terkekeh dan bilang dia sudah empat hari datang bulan.“Maaf ya, apem-nya lagi merah, tunggu sampai bersih...!” desah Finai dan tanpa malu-malu dia melumat bibir Rey lagi dan setelahnya kamar ini sunyi, mereka memutuskan untuk beristirahat malam ini, karena besok akan segera berpetualang.Besoknya Bacong sang kepala adat tanpa ragu izinkan Finai menemani Rey menuju ke tempat yang dikatakan penuh misteri itu.“Kalau perlu pulangnya kamu bunting yaa, biar cucuku ganteng kayak pa komandan,” seloroh Bacong, hingga Rey antara kaget dan ingin tertawa, dipikirnya ‘Om Bacong’ ini hanya bercanda doang.Bacong memang beda, sang kepala adat ini ternyata suka bercanda, padahal ucapannya tadi aslinya…se
“Sebenar-nya aku tertipu Tuan Komandan, si Punai bilang kampungnya lebih bagus dari sini, makanya aku mau-mau saja ikut dia, eh tak tahunya selain istrinya banyak, kampungnya juga begitu. Sejak saat itulah aku berusaha kabur dari sana, tapi selalu gagal, nah setelah kejadian itu, aku pun bisa pergi dari kampung tersebut, lagian si Punai juga bakalan cacat biarpun sembuh setelah di keroyok warganya sendiri!” ceplos Finai apa adanya.Rey pun senyum, Finai ternyata lebih supel dari Dayang, pikirnya.“Jadi si Punai selama banyak di bantu perusahaan batubara ilegal itu ya?” pancing Rey lagi, sengaja ign korek keterangan dari mulut wanita cantik ini.“Iya, uangnya ada terus, aku juga heran awalnya, darimana dia dapat duit sebanyak itu. Setelah tinggal di sana, barulah aku tahu, dia sudah jual Kampung Halai dan terima duit hingga 500 juta, dan rencananya akan dapat lagi yang banyak setelah seluruh warga kampung itu pergi dari sana!” aku Finai blak-blakan.“Hmm…tak aneh, wajar akhirnya dia bis
Berdasarkan petunjuk Kulo, Rey benar-benar berangkat ke esokan harinya, Kulo tak bisa menemani, dia harus membenahi Kampung Halai sebagai kepala adat yang baru."Hati-hati Bang Rey, secepatnya balik ke sini," pesan Kulo, Rey pun tersenyum, dia dan Kulo kini bak dengan Tanggui dulu, makin dekat saat ini.Rey tak masalah jalan kaki, selama pendidikan militer di Magelang, Rey sudah biasa jalan kaki seharian bahkan berhari-hari dengan medan yang sulit, bahkan dengan beban berat.Rey justru menikmati jalan kaki di hutan.“Someday moga aku di tugaskan ke Papua, ingin rasa-nya bertempur habis-habisan dengan kelompok pemberontak itu. Tuh aku tak punya saudara dekat, atau keluarga…kalaupun tewas tak ada yang menangisi!” batin Rey.Sampai di sebuah lereng bukit, Rey kaget ada sinyal ponsel, tanpa ragu dia pun menelpon anak buahnya, kalau masih berada di Kampung Halai dan Kampung Matus untuk selesaikan misi-nya.Rey memang sengaja pakai ponsel ‘jadul’ yang baterainya kuat sampai 2 mingguan lebih.
Bukk…bukkhh…ampunnn…ampunnnn..!”Rey terkaget-kaget, Punai di keroyok puluhan warganya sendiri. “Gawat bisa mati konyol ni orang!” batin Rey.Dorrr…!Sekali tembakan ke udara pengeroyokan itu seketika berhenti, dengan tubuh sang kepala adat bonyok parah, darah mengucur dari wajah dan tubuhnya, Punai kini setengah mampus.Padahal kata Kulo, si Punai ini kebal bacok, rupanya warganya sudah tahu kelemahannya ini, Punai di pukuli menggunakan kayu ulin dan ruwah-lah (jebol-lah) kekebalannya tersebut.“Sudah cukup, lihat si Punai setengah mampus!” tegur Rey dan otomatis pengeroyokan benar-benar total berhenti, tidak ada lagi yang memukulinya.Tak lama keluar tiga wanita dari rumah Punai, ternyata mereka ini entah istri atau gundik Punai, ketiganya terlihat ketakutan melihat Punai babak bundas begitu.“Bawa dia ke dalam dan rawat. Hei kalian bantu, jangan diam saja!” kata Rey, sehingga 3 lelaki muda yang tadi mempermak Punai mengangkat tubuh si kepala adat ini ke rumahnya.Tak lama Kulo yang
“Pak Rey, saya dapat kabar, katanya tadi malam kantor perusahaan tambang hangus terbakar. Apakah kamu pelakunya. Sehingga para penjaga perusahaan ngamuk ke sini dan melukai banyak warga saya..?” pancing Punai tanpa basa-basi, setelah mereka duduk di teras rumahnya.Rumah milik sang kepala adat ini terlihat paling mewah di tempat ini, dibandingkan ratusan rumah milik warga lainnya. Bahkan Rey melihat ada 3 buah sepeda motor di halaman ini.“Ya…akulah pelakunya! Aku menyelamatkan anak dan istri Kulo, juga kampung ini, agar tak di jadikan tambang ilegal” sahut Rey kalem.Punai kaget bukan main, laporan pagi tadi yang dia terima soal terbakarnya kantor milik perusahaan benar adanya, dan saat ini si pelakunya yang kini duduk berhadapan dengannya, juga sudah blak-blakan akui itu.Kekagetan ini tentu saja tak luput dari perhatian Rey.“Aku juga tak segan dor siapa saja yang jadi antek perusahaan itu, tak peduli siapapun orangnya, mau sesama aparat pun aku tak tak takut. Aku bertugas menjaga r
Apa yang Rey khawatirkan kejadian juga, menjelang siang, warga Kampung Halai geger saat puluhan orang ‘menyerbu’ kampung ini dan mengejar setiap pemuda ataupun laki-laki yang ada di sini, dengan mandau.Mereka lakukan itu semua acak alias random saja, siapa saja laki-laki yang di temui langsung di tebas dengan mandau.Rey yang baru saja ingin makan bersama Kulo dan istrinya kaget. Tapi dia tidak gugup seperti Kulo dan istrinya.“Kulo amankan istri anakmu, biar aku hadapi mereka,” cetus Rey tanpa takut, dia pun buru-buru ambil pistolnya, juga tak lupa cadangan amunisi-nya.Setelah pasang sepatu dan hanya pakai kaos dan celana loreng hijaunya, Rey berlari menuju ke ujung desa di mana keributan itu terjadi.“Bangsat,” dengus Rey saat melihat dua orang tengah menimpas (membacok) warga yang berteriak ketakutan dan minta tolong, karena si pemuda warga kampung ini yang agaknya akan ke ladang di keroyok dua orang tersebut.Dorr…dorrr!Tanpa ampun sekaligus tanpa tembakan peringatan lagi, Rey l