Home / Horor / Pria Tak Kasat Mata / Bab 2 Makan Malam

Share

Bab 2 Makan Malam

Author: Moyna Pakhi
last update Last Updated: 2021-12-22 17:23:49

Tak banyak restoran mewah yang kami temui di kota ini. Tante El menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah makan. Aku melihat melalui kaca jendela mobil, rumah makan itu terlihat begitu ramai.

Tante El keluar dari mobilnya, aku mengekor. Kami duduk di kursi yang terletak paling sudut yang belum di tempati sehingga dari situ aku bisa dengan jelas melihat orang-orang yang begitu ramai. Kami pun memesan ayam bakar dan minuman hangat.

"Tempat ini pasti terkenal, ramai sekali," ucap Tante El sambil menyantap ayam bakar yang baru saja disajikan.

Aku melihat di meja seberang, anak-anak seusiaku terlihat begitu ramai. Aku berpikir, apakah mereka adalah anak-anak yang juga murid di sekolah baruku. Mereka terlihat begitu riang sambil sesekali tergelak ketika salah satu di antara mereka mengatakan hal-hal yang lucu, seolah tak memiliki beban sama sekali dalam hidup mereka.

Aku terus memperhatikan mereka hingga tanpa sadar salah satu dari mereka merasa jika aku memperhatikannya. Cowok itu mengalihkan pandangannya ke arahku, lalu ia tersenyum malu ketika kedua mata kami saling beradu. Aku sontak mengalihkan pandanganku, kurasakan pipiku memanas.

"Rame banget. Padahal, ini cuma kota kecil," tukasku.

"Ya, biarpun kecil tapi nyaman. Setidaknya, di sini kita bisa merasa jauh lebih baik dengan adanya hal-hal yang baru." 

"Hmm." Aku menghela napas. "Jadi, besok lusa hari Senin aku mulai sekolah ya, Tan?"

"Iya. Besok kan hari Minggu, kamu mau beli seragam baru atau buku-buku baru gitu? Atau mau beli baju baru?" tanya Tante El menggodaku.

"Ah, gak usah lah, Tan. Seragam aku masih bagus kok. Kapan-kapan aja beli yang baru," ucapku tak ingin merepotkan Tante El.

"Hmm, oke," ucap Tante El terlihat sedikit kecewa.

"Mending kita beli barang-barang yang lebih bermanfaat buat di rumah," usulku. Tante El mendongak.

"Wah, iya bener banget. Kita bisa beli gorden baru buat ruang tamu dan jendela kamar, seprai baru juga biar semuanya kelihatan lebih fresh," ucap Tante El dengan mata berbinar, setuju dengan usulanku.

"Kedengarannya bagus!" seruku.

Setelah kami selesai menyantap ayam bakar, kami memutuskan untuk segera pulang karena hari sudah larut malam.

Ketika aku melangkah melewati meja di depan, tanpa sengaja mataku kembali bersitatap dengan mata cowok yang tadi kulihat. Cowok itu kembali tersenyum, membuatku sontak mempercepat langkah tak ingin berlama-lama di tempat itu.

"Tan, tunggu!" ucapku sambil bergegas menyusulnya yang sudah terlebih dahulu berjalan.

"Kamu kenapa?" tanya Tante El.

Aku menggelengkan sambil merasakan pipiku memanas. Untung saja sudah gelap, jadi Tante El tak akan melihat pipiku yang memerah karena malu.

Setelah beberapa puluh menit mengendarai mobil, akhirnya kami sampai juga di rumah.

Aku sedikit bergidik ngeri saat melihat sekeliling rumah yang tampak gelap, karena memang tak ada rumah lain di sekitarnya. Rumah inilah satu-satunya yang ada di jalan Widuri ini.

Aku mengekor Tante El masuk. Aku melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 11 malam. Mataku sudah mulai terasa berat.

"Huh, capek banget! Tante mau tidur dulu, udah malem. Kamu juga ya."

Aku mengangguk. "Iya, Tan."

Tante El tersenyum padaku lalu melangkah masuk ke salah satu kamar. Aku pun bergegas ke kamarku dan segera membanting tubuhnya di atas kasur.

Aku membalikkan tubuhku dan mencoba untuk memejamkan mata, namun aku merasakan ada sesuatu yang aneh. Aku merasa seolah-olah ada seseorang yang sedang memperhatikanku, padahal tidak ada siapa-siapa.

Tiba-tiba, aku merasakan ada lonjakan pelan di ujung kasurku, seolah ada seseorang yang duduk di sana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pria Tak Kasat Mata   Bab 21 Saling Memaafkan

    AryaAku merasa sangat buruk, kenapa aku bertingkah seperti itu pada Sella! Aku harap ia akan berbicara denganku lagi. Tapi kalau ia tidak mau berbicara denganku lagi, aku tak akan menyalahkannya.Kenapa aku berbicara seperti itu padanya aku seharusnya ikut bahagia untuknya, karena Daniel adalah pria yang baik. Dan Sella benar, aku tidak mengenalnya sama sekali. Apa yang salah denganku?Dan juga, ia tidak perlu memberitahuku apa pun tentang masa lalunya, itu bukan urusanku, dia menghargai masa laluku dan tidak menanyakan apa pun padaku. Tapi aku hampir bertindak seolah-olah aku cemburu? Padahal aku bukan siapa-siapa baginya seperti yang ia katakan kami hanya bersahabat tidak lebih, meskipun aku menginginkan lebih dari itu. aku sudah sendirian begitu lama dan sekarang aku menemukan seorang teman dalam hidupku, aku malah ingin menghancurkan perasaannya. Tidak! Aku tidak ingin kehilangannya, ia adalah hal terbaik yang aku punya setelah w

  • Pria Tak Kasat Mata   Bab 20 Rencana Kencan

    "Aku seneng banget." Kia berkata keesokan paginya."Aku tidak bisa tidur sama sekali setiap suara yang kudengar membuatku terus berpikir bahwa hantu itu akan berada di ujung tempat tidur siap untuk membunuhku," ucap Icha sambil menggigil.Aku senang arya berada di ruang bawah tanah."Dan sekarang kamu tahu tidak ada yang perlu ditakuti," ucap Kia mencoba melihat sisi baiknya."Terima kasih telah datang, aku senang sekali," ucapku jujur."Kami juga senang," ucap Kia sambil memelukku."Bye," ucap Icha sembari berjalan ke mobil."Sampai jumpa hari Senin," ucapkan sebelum ia benar-benar pergi."Arya, kamu bisa ke atas sekarang." Aku membuka pintu ruang bawah tanah dan memberitahunya. Setelah beberapa menit dia naik ke atas."Apakah mereka baru saja pergi?" Ia bertanya."Ya" jawabku."Apakah kamu senang bersama mereka?" tanyanya."Iya aku sangat senang," jawabku. Ia tersenyum mending harinya.

  • Pria Tak Kasat Mata   Bab 19 Cemburu?

    "Suara apa itu?" bisik Kia."Suara apa, mungkin kamu salah dengar," ucapku berpura-pura, namun kemudian aku mendengar suara itu lagi."Nggak ada orang lain di rumah ini kan?" tanya Kia. Aku bisa melihat dengan jelas, ia berusaha untuk tidak panik."Gak ada, hanya kita," dan Arya."Kuharap aku nggak akan sekarat di rumah ini," ucap Icha ketakutan.Aku melihat Arya berjalan ke jendela dan menghela nafas. "Itu hanya beberapa anak lelaki yang melempar barang-barangnya ke jendela."Aku berjalan ke jendela dan dia benar. "Itu Daniel dan Evan," ucapku sembari menghela napas."Apa yang dilakukan orang-orang idiot itu di sini?" Icha memutar bola matanya jengah.Kia membuka jendela, "Kenapa kalian ke sini? Acara ini khusus untuk perempuan!" ucap Kia geram.Aku melirik ke arah Arya, ia terkekeh sambil menatapku, aku memutar bola mataku."Ayo, biarkan kami masuk," ucap Daniel."Ya! Kami ingin melihat rumah hantu!

  • Pria Tak Kasat Mata   Bab 18 Menginap

    "Jadi, apakah kamu akan membongkar barang-barangmu sebelum tidur bersama teman-temanmu Minggu depan?" Arya bertanya padaku. Aku terus menundanya untuk membuka barang-barangku dari rumah lama. aku tahu aku harus melakukannya, tapi aku belum siap. Aku tidak tahu apakah aku akan pernah siap untuk melihat barang-barang yang penuh kenangan itu."Aku mungkin akan memindahkannya ke sudut," ucapku berharap ia tidak bicara lebih banyak tentang hal ini. Untungnya ia tak membicarakannya lagi."Kapan kau akan selesai?" Arya mengeluh melihatku begitu lama mengerjakan pekerjaan rumahku. Apakah ia merindukanku?"Sabar," ucapku sambil menghela napas.Aku tergelak ketika melihatnya cemberut, ia menjatuhkan dirinya di tempat tidurku, sembari menungguku mengerjakan pekerjaan rumah."Aku sudah selesai sekarang, kau senang?" ucapku sambil meletakkan buku-bukuku di meja."Yeeeeyy!!" ia bersorak."Kamu seperti anak-anak," Aku memutar bola mataku."Ak

  • Pria Tak Kasat Mata   Bab 17 Perang Bantal

    Akhir pekan berlalu cukup cepat. Aku lebih banyak menghabiskan waktu bersama Arya. Hingga keesokan paginya, tiba lagi."Selamat pagi. Semangat ya, sekolahnya," ucap Tante El."Aku males banget hari ini," keluhku."Harus semangat, dong." Kulihat Tante El cemberut."Akan kucoba," ucapku sambil terkekeh.***"Hey, ayo duduk," ucap Kia sambil mengambil bekal makan siangku."Hai teman-teman," sapa Daniel yang sudah lebih dulu duduk dari tadi."Hai," balasku."Gimana pestanya kemarin, seru?" tanya Evan yang tidak tahu kalau aku hampir pingsan kemarin."Iya," ujarku sambil mengangguk, sedikit menahan malu karena aku telah merepotkan teman-temanku."Jadi, kemarin kalian masuk ke rumahnya?" Icha bertanya sambil menatap Daniel dan Kia."Tentu saja. Itu kan cuma rumah. Apa yang perlu ditakuti?" Daniel memutar bola matanya malas."Iya, tapi dulu kan di rumah itu ada banyak or

  • Pria Tak Kasat Mata   Bab 16 Mabuk

    "Mau kau bawa ke mana dia?" tiba-tiba aku mendengar suara Daniel, namun aku merasa mabuk.Kurasakan Daniel menarik lenganku dari pria itu dan kurasakan kesadaranku semakin berkurang, rasanya seperti mau pingsan."Kamu tidak apa-apa, kan?" tanya Daniel khawatir. Aku mengangguk."Jangan terima minuman dari orang yang tidak kamu kenal," ucap Daniel. Aku kembali mengangguk, namun kepalaku terasa berat."Hei, kamu baik-baik saja, kan?" tanya Kia ketika melihatku memijit keningku."Aku merasa nggak enak badan," ucapku."Ayo kita antar kamu pulang," ucap Daniel terlihat khawatir. Ia menggandengku menuju parkiran, namun langkahku terseok-seok karena aku memakai sepatu hak tinggi."Ayo masuk ke mobil," ucapnya."Ya," ucapku namun aku tak bisa menggerakkan kakiku."Kamu harus menggendongnya," ucap Kia pada Daniel."Ayo, Sella!" Daniel mengangkat tubuhku dengan kedua lengannya, aku melingkarkan lenganku di lehernya. Ia mendu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status