Dengan langkah gontai Kensky dan Clare menuruni tangga.Dean yang sedang duduk bersama Reagan di ruang tamu segera menoleh dengan senyum begitu lebar."Lihat, Reagan. Bukankah om sangat beruntung memiliki dua wanita yang sangat cantik?"Reagan cukup terpana melihat Clare yang begitu cantik dengan balutan gaun bertali satu. Dalam hati ia mengutuk dirinya sendiri karena telah menyutujui perjodohan yang dilakukan oleh orangtuanya. Seandainya perjodohan itu tidak pernah terjadi sebelum dirinya melihat Clare, malam ini ia akan memohon dan meminta ayahnya agar menjodohkan dirinya dengan wanita itu.Dean tersenyum menatap Reagan yang masih terpana saat menatap putrinya. "Sepertinya om sekarang punya saingan."Perkataan Dean mengejutkan Reagan. Ia berkedip, menoleh dan tersenyum. "Tante Kensky dan Agatha sangat cantik. Om, benar, mereka terlihat seperti malaikat berbentuk manusia."Dean mengerutkan alis ketika mendengar nama yang disebutkan Reagan. "Apakah Clare yang menyebutkan nama itu kepa
Perkataan Kensky mengejutkan Reagan. Dalam hati Reagan merasa bahagia karena Kensky telah menganggap dirinya seperti anak sendiri. Mungkin karena ia anak sahabat mereka sampai Kensky bersikap seperti itu kepadanya, pikir Reagan.Hal yang sama juga dirasakan Clare. Meski tahu Reagan adalah anak sahabat ayahnya, tapi penyebutan Kensky tadi cukup membuat jantungnya berdetak tak beraturan. "Ya, ampun, seandainya mami tahu aku menyukai Reagan, apakah mami dan papi akan setuju dan mau memperlakukannya seperti sekarang ini?" katanya dalam hati."Oh, iya. Kau kan adalah mahasiswa senior di kampus, bisakah om memberikan satu tugas untukmu, Reagan?""Tentu saja, Om. Katakan, apa tugas. Aku berjanji akan melakukannya dengan baik."Kensky dan Clare sibuk mengunyah. Sementara Reagan dengan ekspresi tak sabaran menatap Dean yang kini balas menatapnya."Om ingin kau menjaga Clare dari orang-orang jahat di kampus. Om tidak suka jika teman wanitamu itu mengganggu Clare dan menyakitinya."Clare terkeju
Setelah mengunci pintu Clare mengajak Reagan ke taman belakang. Taman di mana banyak sekali tumbuhan-tumbuhan hijau dan bunga yang ditanam mengelilingi pagar serta kolam renang yang ukurannya sangat besar dan pondok kecil yang terbuat dari kayu yang dikelilingi lampu hias berwarna kuning."Benar kata ibumu, tempat ini bagus," kata Reagan, "Udara malam di sini sangat sejuk."Clare tersenyum. "Aku sering menghabiskan waktu di sini kalau besoknya menghadapi ujian."Reagan tersenyum. "Suasana di sini sangat nyaman."Clare mengajak Reagan duduk di lantai pondok. Dengan pandangan ke arah kolam dan kaki menjuntai ia mulai berkata, "Maaf jika kedua orangtuaku terlalu banyak bicara padamu."Reagan duduk di sampingnya. Sambil tersenyum ia menoleh lalu menjawab, "Aku sangat suka pada mereka, orangtuamu sangat baik dan perhatian."Clare menunduk sesaat. "Karena selama ini kau sudah tahu aku anak dari pemilik universitas, aku berharap kau tidak akan membocorkan hal ini kepada siapapun selain Luke.
Reagan menelan ludah. Dengan keberanian yang sudah terkumpul ia meraih kedua tangan Clare lalu menggenggamnya. "Sama, aku juga sudah dijodohkan. Tapi aku ingin kau wanita pertama yang memilikiku, Agatha. Aku ingin kau wanita pertama dalam hidupku sebelum calon istriku. Aku ingin kau menjadi kekasihku sebelum kita menikah dengan pasangan masing-masing. Lagi pula kita berdua saling mencintai. Tidak ada salahnya bukan jika kita menjalin hubungan sebelum menikah? Siapa tahu Tuhan sayang dan mendengarkan doa kita lalu menjodohkan kita berdua."Clare tertawa. "Kau ini ... itu tidak mungkin, Reagan.""Aku serius, Agatha. Sekarang jawab aku. Apa kau mau menjadi pacarku?"Clare menatapnya lekat-lekat. Meskipun perkataan Reagan sering membuatnya tertawa, tapi saat ini ia tidak menemukan keisengan dari ekspresinya. Ia melihat keseriusan dan ketulusan dari wajah Reagan. "Aku mau, tapi dengan satu syarat."Spontan Reagan membawa kedua tangan Clare ke bibir dan mengecupnya. "Katakan apa syarat itu?
Ekspresi bahagia di wajah Clare langsung lenyap begitu mendengar kata-kata Reagan. "Nyonya Soraya mengajakmu makan malam?"Reagan tersenyum sayang. Tangan sebelahnya yang masih menggenggam tangan Clare kini terangkat untuk meraup pipinya. "Dia mengajakku makan malam katanya ada hal penting yang ingin dia bicarakan dan hal itu tidak boleh ada yang tahu selain aku dan dirinya. Tapi aku janji padamu, Agatha. Setelah bertemu dengannya aku akan menghubungimu dan mengatakan semua apa yang dia katakan padaku.""Tapi kenapa harus kamu? Kenapa bukan orang lain?"Reagan senang melihat ekspresi kesal di wajah Clare. "Aku tidak tahu, Sayang. Tapi kalau kau tidak ingin aku bertemu dengannya aku akan membatalkan pertemuan itu besok."Clare menggeleng. "Tidak. Bukan itu maksudku. Aku herang, memangnya hal penting apa yang ingin dia sampaikan kepadamu dan kenapa dia tidak membicarakannya dengan keluarga atau sahabatnya. Kenapa harus kamu?""Aku tidak tahu, Sayangku. Tapi aku rasa mungkin dia ingin be
"Agatha di mana? Ans, telepon dia dan suruh ke sini, aku sangat merindukannya."Saat ini kelas mereka baru saja selesai dan karena sudah waktunya makan siang mereka bertiga kini sudah berada di kantin sambil menunggu pesanan mereka."Tunggu sebentar, aku akan menghubunginya," balas Ansley.Luke tertawa. "Kenapa bukan kau saja yang menghubungi dan mengajaknya ke sini? Bukankah kau sudah punya kontaknya Clare?"Reagan tersenyum lebar. "Entah kenapa aku sangat malu melakukan hal itu, Luke?""Malu?" Luke terbahak, "Seorang Reagan Harvest punya rasa malu? Kau harus berani, Reagan. Ingat, dia itu cantik dan pintar. Apa kau tidak menyesal jika dia diambil orang lain?""Bukankah dia sudah milik orang lain? Jadi daripada aku akan ditolak mentah-mentah olehnya, ada baiknya aku diam dan memendam perasaan ini selamanya."Ansley tertawa dan berkomentar. "Dia tidak mengangkatnya, mungkin dia masih ada kelas."Luke yang duduk sendirian di depan Ansley pun bertanya kepada Reagan. "Oh, iya, nanti mala
Tepat di saat itu menu pesanan mereka datang."Nanti malam kan kau akan menghadiri makan malam bersamanya. Bagaimana kalau kau sedikit mengorek informasi tentang mereka? Bukankah dia sangat ingin kau menjalin hubungan dengan Clare?" kata Ansley."Itu pasti, Ans. Aku memang sudah niat akan menghadiri undangannya dan mencaritahu apa yang sebenarnya wanita itu rencanakan terhadap Agatha dan keluarganya."***Setelah mandi dan berganti pakaian tidur Clare sedang berdiri di atas balkon sambil menatap indahnya kota."Dia juga sudah dijodohkan? Kira-kira siapa ya wanita yang telah dijodohkan dengannya, dan apa dia tidak menyukai wanita itu sampai dia ingin menjalin hubungan denganku?" Clare menguras pikirannya, "Ansley! Dia pasti tahu kalau Reagan telah dijodohkan dan dia pasti tahu siapa wanita itu."Dengan gerakan berkecepatan tinggi Clare berbalik dan mendekati nakas. Diambilnya ponsel dari sana kemudian mencari kontak Ansley. Tapi baru saja jemarinya menekan tombol bawah untuk mencari be
"Tentu saja. Kau ingin bertanya apa?""Sebenarnya apa tujuan Anda ingin aku menjalin hubungan dengan Agatha? Kalau Anda merasa keberatan soal sikap orangtuanya toh Anda bisa saja membicarakan masalah ini langsung dengan Agatha.""Kau benar. Tapi aku tidak yakin dia akan setuju, dia itu anak yang sangat penurut. Sementara aku ingin dia bahagia tanpa ada tekanan. Kau tahu, menikah dengan pria yang tidak sehati dengan kita sama saja seperti makan menu yang tidak sesuai selera. Meskipun kenyang, tapi tidak merasakan kenikmatannya. Begitu juga yang nantinya akan dialami Clare.""Aku tahu. Tapi jika Anda memang peduli kepadanya kenapa tidak Anda saja yang mengutarakan rasa keberatan itu kepada orangtuanya. Aku yakin mereka pasti akan mempertimbangkan masalah itu jika Anda sendiri yang menyampaikannya."Soraya menyipitkan mata menatap Reagan. "Apa yang terjadi padamu? Apa kau sudah tidak menyukai Clare lagi?""Bukan begitu, Nyonya. Tapi Anda sendirikan yang bilang padaku bila mana Agatha sud