Home / Romansa / Pria Yang Menjadi Ayah Anakku / Menyusul Sang Kekasih

Share

Menyusul Sang Kekasih

Author: Augustwos
last update Last Updated: 2023-02-23 19:50:34

Perempuan berambut blonde itu membuka pesan dari pihak rumah sakit. Pesan itu adalah pemberitahuan yang bersifat umum dan siapa pun bisa melihatnya, termasuk para pengunjung rumah sakit karena pengumuman tersebut pasti muncul di papan buletin di lobi.

“Sanatorium bakal diresmikan bulan depan,” ujar Margareth sambil membaca pengumuman yang baru saja masuk. Ibu jarinya menggeser layar ke atas untuk mengetahui informasi lebih lanjut dan begitu matanya melihat direktur utama yang menangani rumah penyembuhan di Indonesia, mereka terbelalak lebar.

“Gila. Direkturnya masih sangat muda dan berkharisma,” lanjutnya. Dia kemudian menunjukkan foto pria berusia pertengahan tiga puluh itu kepada Risa. “Lihat. Direkturnya seganteng ini, aku pun rela kalau dimutasi ke cabang Indonesia!”

Risa yang semula memandang ke arah lain kini beralih menatap layar ponsel Margareth. Namun, detik itu juga kedua matanya melotot lebar dan merebut ponsel tersebut dari genggaman sang sahabat. “Pria ini! Dia ayah dari bayi yang aku kandung!”

“Jangan ngawur!” Margareth merebut paksa ponselnya, kemudian memperbesar nama si pria yang tertera di bawah foto. “Danu Atmawijaya. Bukan Jaya. Kau ini buta atau bagaimana?”

Dengan tatapannya yang serius, Risa menggeleng tanpa melepas pandangan dari nama tersebut. “Aku yakin sekali dia Jaya!”

Margareth menghela napas lelah, kemudian menyimpan ponselnya ke dalam tas. “Aku tahu betul kalau kau sedang putus asa, tapi jangan berbicara sembarangan seperti ini,” katanya dengan nada pelan, sementara Risa hanya menggeleng. “Kalaupun pria itu adalah ayah dari bayimu, berarti dia memang bukan pria baik-baik.”

Sekarang Risa beralih menatap Margareth, agak merasa tersinggung.

“Menurutmu kenapa dia mengaku bernama Jaya padahal aslinya Danu Atmawijaya?” Margareth mencoba menyadarkan sahabatnya, tetapi Risa justru tiba-tiba bersemangat.

“Dia tidak menipuku! Dia memang Jaya! Danu Atmawijaya!” Risa berseru keras dengan mata berbinar-binar. Setidaknya untuk sekarang ini pikirannya tetap waras, tidak ada yang namanya berprasangka buruk bahwa Jaya adalah penipu. “Aku bakal menemuinya di Indonesia!”

“Wah, aku tidak bisa berkata-kata. Sumpah!”

Hari demi hari berlalu, rumah sakit yang berpusat di Prancis akhirnya meresmikan pembukaan petirahan di Indonesia dengan sukses hari ini. Seperti rumah sakit pada umumnya, sanatorium itu akan digunakan untuk merawat pasien jangka panjang yang harus menjalani penyembuhan ketat.

Letaknya ada di Kota Bandar Lampung, dekat dengan perkebunan karet dan agak jauh dari perkotaan. Sesuai dengan kegunaannya, mereka membangun rumah sakit tersebut dekat dengan alam terbuka karena memilih lokasi paling sehat bagi para pasien.

Ada dua gedung yang dikelilingi pagar tembok setinggi perut orang dewasa yang disusul rangkaian besi di atasnya hingga satu meter. Satu bangunan besar di sebelah kanan yang dekat dengan tempat parkir adalah ruang rawat yang terdiri dari tiga lantai, sementara bangunan di sebelah kiri digunakan sebagai dapur dan ruang makan.

Pria bernama Danu Atmawijaya itu baru saja mengunjungi dapur, memeriksa apakah semuanya berjalan dengan baik. Rumah sakit ini harus memberikan yang terbaik kepada para pasien agar mendapat nilai yang baik juga.

Alih-alih hanya memberikan obat dan melakukan perawatan rutin, pria itu ingin memberi nilai positif, seperti memuaskan pasien-pasiennya  dengan pelayanan yang tidak main-main, apalagi jika orang itu dari kalangan atas. Sebab selain dokter, Danu juga seorang pebisnis yang bertekad menjadikan rumah sakit ini menjadi yang nomor satu.

Ketika pria itu sedang memeriksa beberapa dokumen tentang orang-orang yang telah didaftarkan sebagai penghuni kamar vip, sebuah ketukan pintu membuat Danu mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Seorang pria yang memakai setelan perawat masuk.

“Pak Armand Sanjaya dari Perusahaan Karet sudah datang bersama keluarganya, Pak,” kata Rendi, selaku kepala perawat di sanatorium tersebut. Dia mendapat posisi tersebut bukan hanya mempunyai orang dalam, tetapi juga karena layak menerimanya, padahal usianya baru dua puluh sembilan tahun.

Danu terlihat mengangguk dan merapikan dokumen-dokumen tadi sebelum beranjak, tetapi masih ada satu hal lagi yang harus Rendi sampaikan yang membuatnya mengernyitkan kening.

“Siapa?”

“Namanya Risa Ayudia. Dia bilang ada urusan mendesak dengan Anda. Wanita itu ada di depan.” Rendi melanjutkan bicaranya.

Danu hanya memalingkan wajah sambil menggosok dagu dan berpikir panjang. Dia kemudian menatap Rendi dan berkata, “Aku harus menemui Pak Armand terlebih dulu. Aku minta tolong padamu dan bawa wanita itu ke sini.”

“Baik, Pak.” Rendi lantas keluar dari ruangan itu, sementara Danu masih bergeming di tempatnya.

Hanya beberapa minggu berlalu, tetapi wanita itu benar-benar datang bahkan jika harus terbang dari Prancis ke Indonesia. Danu sudah menebak hal ini akan terjadi, tetapi dia pikir tidak akan secepat ini. Dia lantas pergi keluar untuk menemui pemilik perusahaan karet terbesar di Kota Bandar Lampung yang menderita penyakit paru-paru.

Selagi pria itu menemui Armand Sanjaya, Risa mengikuti langkah Rendi yang membawanya ke lantai empat, masuk ke dalam sebuah ruangan yang di dalamnya terlihat rapi dan terkesan kuat.

“Silakan duduk. Mungkin lima belas menit lagi Pak Danu akan kembali ke sini,” kata Rendi dengan sopan.

“Ya, terima kasih.” Risa mengangguk dan melihat kepergian Rendi dari ruangan itu. Dia kemudian duduk di sofa dan mengedarkan pandangan ke segala arah.

Rasanya agak berbeda jauh dengan kepribadian Jaya –pria yang ditemuinya di Kanada. Pria itu mempunyai sifat hangat dan lembut, tetapi ruangan itu terkesan dingin dan kuat. Tidak hanya itu, sebuah foto yang terpajang di dinding pun mempunyai aura yang cukup jauh perbedaannya.

Risa beranjak mendekati bingkai foto tersebut dan berdiri di depannya cukup lama. Dia bertanya-tanya, apakah kedatangannya kali ini tidak menimbulkan suatu masalah, atau apakah pria itu akan menerima dirinya bersama dengan janin yang ada di dalam perutnya.

“Apa karena pekerjaannya, jadi dia terlihat berbeda?” 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Panda Gabut
Baguslah kalau bapaknya direk rumah sakit, gak usah pusing mikirin biaya bersalin. ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pria Yang Menjadi Ayah Anakku   Demi Tuhan, Aku Menerimamu

    “Mama! cepat! Nanti ketinggalan pesawat!”Nathan melambai-lampai pada Risa yang sedang mengunci pintu pagar. Hari ini sampai dua minggu kedepan, rumah itu akan kosong karena mereka akan pergi ke Prancis, sementara Lastri memilih untuk cuti dan pulang sekalipun Risa sudah memintanya untuk ikut ke City of Love tersebut.Selain libur panjang kenaikan kelas, perjalanan Nathan serta ayah dan ibunya ke Prancis bukan hanya untuk berlibur, tetapi juga menghadiri pernikahan Margareth yang telah hamil dua bulan ini.Risa masuk ke mobil dan menatap sang anak melalui spion di atasnya. “Pesawat tidak akan meninggalkan kita, Sayang. Masih ada satu jam untukmu berlarian di bandara.”“Nathan boleh bermain di sana, Ma?”“Tentu saja tidak,” sahut pria yang baru saja menginjak pedal gas itu. Danu terkekeh mendengar dengkusan Nathan. “Nathan suka bisa bertemu Tante Margareth?”“Ehm! Nathan suka sekali! Nathan juga ingin bertemu adik kecil!”Risa tertawa kecil lalu menoleh ke belakang. “Belum bisa, Nath.

  • Pria Yang Menjadi Ayah Anakku   Cerita Masa Lalu 21+

    Beberapa minggu berlalu, hari kelahiran Nathan tiba dan pesta ulang tahun ke tujuh dimeriahkan dengan tamu-tamu undangan teman sekelas dan juga teman masa TK-nya. Meski hanya berupa pesta kecil-kecilan, anak laki-laki itu benar-benar bahagia mendapat banyak hadiah, terutama dari ayah dan ibunya yang berupa robot-robotan kesukaannya. Selain robot-robotan, Nathan juga mendapat sepatu, bola kaki, juga beberapa benda lain yang bisa dipajang di dalam kamar. Ini adalah kali pertama Risa merayakan ulang tahun sang anak. Bukan karena tidak mampu, tetapi merayakan hari kelahiran Nathan saat anak itu masih berusia di bawah lima tahun menurutnya sia-sia. Nathan bisa lupa kapan saja, berbeda dengan sekarang yang sudah bisa mengingat banyak hal, termasuk pesta ulang tahun pertama di usia tujuh tahun. Orang-orang mungkin menganggap Risa perhitungan, tetapi wanita itu memang memperhitungkan banyak hal sebelum memutuskan sesuatu. Sekitar pukul delapan malam Danu baru pulang ke rumah karena siang ta

  • Pria Yang Menjadi Ayah Anakku   Perkumpulan Ibu-ibu

    Sudah hampir satu minggu ini Risa berada di rumah setelah mengajukan surat pengunduran diri. Selain hanya bersantai di rumah, wanita itu kini bisa mengantar jemput Nathan menggunakan mobil yang Danu beli khusus untuknya dan karena tidak bisa menyetir, mereka kini punya sopir pribadi yang tempat tinggalnya dekat dengan komplek perumahan.Untuk mengisi hari-harinya yang panjang, Risa juga banyak membuat kue atau pergi ke spa dan salon untuk memanjakan diri. Setelah mendapat perhatian penuh dari Danu, sekarang wanita itu merasa telah menjadi ratu. Seorang ratu yang melewati banyak rintangan untuk bisa duduk di takhta.“Hari ini kau akan kemana?”Risa menolehkan kepala saat mendengar pertanyaan Danu yang sedang memakai baju. “Aku pergi ke perkumpulan wali murid siang ini,” jawabnya sambil beranjak mendekat. “Mereka baru mengundangku ke grup setelah hampir tiga bulan Nathan masuk sekolah dasar.”Danu yang hendak memakai dasi, kembali urung dan membiarkan sang istri yang melakukannya. “Kau

  • Pria Yang Menjadi Ayah Anakku   Kita

    “Nathan mau juga!”Anak laki-laki itu berlari ke arah ayah dan ibunya, lalu mencium pipi keduanya dan tersenyum lebar setelahnya. Sementara Danu dan Risa hanya tersenyum sambil membalas tatapan satu sama lain, merasakan debaran membuncah yang tidak bisa disembunyikan.Setelah menikmati pemandangan malam yang indah di Monumen Nasional, mereka bertiga memutuskan untuk pulang sekitar pukul sembilan. Apalagi Nathan sudah kelihatan tidak berdaya saat berada dalam gendongan Danu meski anak itu kini menjadi lebih tinggi dari pertama mereka bertemu.Dulu saat Danu datang, Nathan masih di bawah pinggulnya, tetapi sekarang anak itu sudah mencapai pinggang dan terus tumbuh hari demi hari. Hal itu membuat Danu sadar jika waktu yang mereka lalui bersama sudah terbilang lama, tidak lagi hanya seperti kemarin.Sekitar setengah jam perjalanan, mereka tiba di rumah. Danu menggendong Nathan dan menidukannya di kamar, sementara Risa membawa beberapa jenis makanan ringan yang tidak disentuh, lalu meletak

  • Pria Yang Menjadi Ayah Anakku   Ciuman Pertama

    Nathan heran sekali melihat sang ibu beberapa hari ini terlalu banyak mengurung diri di kamar. Bahkan ketika anak itu mendekat masuk dan berbicara pun, tanggapan yang dia terima tidak begitu memuaskan sampai-sampai menimbulkan pertanyaan, apakah dirinya melakukan sesuatu yang salah.Tidak hanya sang ibu, ayahnya pun terlihat tidak semangat setiap hendak pergi bekerja, atau ketika pria itu pulang dari kantor. Bertanya kepada Lastri pun tidak cukup membuat Nathan tenang dan mengerti.“Tidak ada apa-apa. Papa dan mama Nathan cuma kelelahan karena sibuk bekerja. Jadi, jangan terlalu khawatir ya, Sayang?”Nathan mengangguk lesu mendengar jawaban Lastri yang selalu sama sejak tiga hari lalu. “Pasti Nathan jajannya kebanyakan sampai mama dan papa kecapekan begitu.”Lastri hanya tersenyum sambil mengelus kepala Nathan, lalu membawa anak itu ke kamar untuk menemaninya belajar sampai selesai. Sama seperti Nathan, Lastri juga merasa iba kepada Risa yang kehilangan anak sebelum tahu jika ada ja

  • Pria Yang Menjadi Ayah Anakku   Keguguran

    Risa keluar dari kamar sambil mengikat rambut. Wanita itu sudah terlihat siap untuk pergi ke kantor meski sejak pagi dia merasa tidak nyaman pada perut hingga punggung. Rasanya nyeri dan itu sudah sering dirasakan setiap satu hingga dua bulan sekali.Setelah lebih dari dua bulan tidak datang bulan, Risa pikir dia berhasil hamil, tetapi pagi tadi ada bercak merah di celana dalamnya dan itu tanda bahwa tamu bulannya datang, serta harapan bisa hamil tentu masih belum tercapai.Duduk di sebelah Nathan, Risa mengecup kening anak laki-laki itu seperti biasa. “Kamu yakin sudah memasukkan semua buku yang harus dibawa hari ini?”“Sudah, Ma. Nathan sudah memeriksanya dua kali!” balas anak itu dengan nada tinggi, agak kesal karena sang ibu terus menerus bertanya hal yang sama setiap pagi.“Bagus. Kamu sudah besar sekarang, jadi mama tidak akan membantumu melakukan tugas harianmu. Mengerti?“Iya ….”“Omong-omong, apa kau merasa kurang sehat?”Risa mengalihkan pandangan kepada pria yang duduk di d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status