Share

Salah Ruangan

Pil kontrasepsi sudah didapat, meski Selena harus berkorban menahan lirikan sinis pegawai apotek. Sekarang, ia tinggal hanya harus mencapai kantor sebelum jam tujuh tepat.

Dengan napas yang memburu karena berlari sedari tadi, juga menaiki tangga alih-alih lift … Selena akhirnya sampai tepat waktu di lantai lima–tempat ruangannya berada.

“Akhirnya….”

Selena mengelap peluh yang membanjiri dahi dan wajahnya. Kemudian dengan tergesa-gesa, ia membuka pintu ruangan. 

Di saat yang bersamaan, seseorang keluar dari ruangan tersebut dan membuat Selena yang juga tergesa-gesa menabraknya.

BRUKK

AHKK!

Selena pun tersungkur ke lantai, wajahnya hampir mencium ujung sepatu pria yang masih berdiri di sana. 

Dengan gusar, Selena mengangkat tubuhnya untuk memberi pelajaran ke orang yang berani menghalangi jalannya. Namun ...

"P-pak Aditya?" 

Selena ternganga melihat pria yang menghalangi jalannya adalah sang Pimpinan, dan ruangan di depannya yang adalah ruangan pimpinan, bukan ruangannya.

Cepat-cepat Selena membungkuk hormat dan meminta maaf. "Maafkan saya, Pak."

Tanpa ingin berlama-lama di sana, Selena menyambar cepat tasnya yang tercampak masuk ke ruangan pimpinan dengan resleting yang terbuka. 

Setelahnya, Selena segera berlari ke ruangannya yang berada di sebelah ruangan Aditya.

Sementara itu, Aditya yang melihat sikap ceroboh Selena hanya menggelengkan kepalanya. Namun, dahinya mengerut ketika melihat sebuah bungkusan kecil tergeletak di lantai, dekat pintu ruangannya. 

**

“Ah, kenapa aku tidak memberikan ceknya, tadi!”

Di ruangannya, Selena masih mengatur napas seraya mengipasi wajahnya yang memanas dengan map kosong.

Karena terburu-buru tadi, ia sampai lupa memberikan cek hasil ONS-nya semalam pada Aditya. Padahal … ini sudah nyaris 24 jam dari tengat waktu yang diberikan sang bos padanya.

Mau kembali ke ruangan Aditya, ia sudah kadung malu karena kejadian tadi. Mana pria itu juga tidak menanggapi permintaan maafnya.

Selena resah. Ia kini mondar-mandir di depan mejanya. Namun, karena terus diburu waktu, dan takut ancaman sang bos … mau tidak mau Selena memaksa dirinya kembali ke ruangan Aditnya.

Tok.

Tok.

Mengatur napasnya, Selena berdiri di depan pintu ruangan Aditya, tangannya bergetar menggenggam cek yang ingin diberikannya. Jantungnya mulai tidak beraturan mendengar suara Aditya yang menyuruh masuk .

Selena masuk dengan perasaan tidak menentu. Ia berjalan dengan kepala tertunduk menghampiri Aditya yang sibuk dengan laptopnya.

"Permisi, Pak, saya mau membayar ganti rugi ---"

"Ekhem!" Aditya berdehem keras mengagetkan Selena, ucapannya pun terhenti. 

Selena mengangkat kepalanya melihat Aditya, tapi pria itu fokus pada laptopnya.

Kemudian Selena meletakkan cek di atas meja dengan tangan bergetar. 

"S-saya permisi, Pak," ucap Selena merasa canggung, cepat-cepat keluar dari ruangan.

Di meja kerjanya, Selena menarik napas dalam-dalam dan menghempaskannya kasar.

Namun, baru beberapa detik merasa lega, lagi-lagi ia pun kembali berjingkat. Matanya melotot dengan tangan meremas kasar sisi mejanya.

Selena menelan salivanya kesulitan. Lehernya terasa kaku menoleh ke arah pintu. 

"Masa iya aku berikan 975 juta itu padanya?" Selena tak berhenti mengutuk keteledoran dirinya. Entah bagaimana caranya meminta kembali cek itu dari Aditya.

"Bodohnya kamu, Selena!" umpatnya menoyor kepalanya sendiri.

Sekarang, ia jadi harus kembali lagi ke ruangan Aditya, dan mencoba bernegosiasi tentang kelebihan jumlah uang di cek yang telah diberinya.

Namun, hingga waktu menjelang jam 4 sore, gadis itu masih tidak menemukan celah untuk kembali ke ruangan Aditya. 

Bahkan hingga sampai di kosnya, gadis itu seolah melupakan kelebihan uang yang tadi begitu ia pikirkan.

Ia malah kembali memikirkan pria tadi malam.

"Aku yakin dia bukan pria tua itu!" Ia mengingat lagi perbedaan dua pria aneh dan misterius yang ditemuinya kemarin. "Tapi kenapa pria tua itu malah memberikanku kepada pria lain?"

Kemudian, ia coba-coba mengingat tentang pria semalam yang bersamanya. 

Bagaimana harum tubuhnya, dan juga suaranya yang terdengar lembut.

"Suara?!" pekiknya refleks terduduk dengan mata yang melotot ke depan.

"Pak Aditya??!" desisnya dengan kedua mata mengerjap seperti menyadarkan dirinya.

Gemuruh jantungnya seketika meningkat. 

"Suara pria itu sangat mirip dengan Pak Aditya!” ujarnya dengan semangat, tetapi kemudian bahunya kembali memerosot.  “Tapi … tidak mungkin!" Aditya terkenal sebagai pria dingin nan arogan! Tidak mungkin memiliki suara selembut itu.

Selena memang baru bekerja sebulan di perusahaan Adiguna Jaya. Itupun, kejadian memecahkan guci hari itu jadi hari pertama ia mendengar suara pimpinannya. 

Suara Aditya kala itu benar-benar berbeda dengan suara pria semalam. 

Namun, kerutan di dahi Selena kembali muncul, kala mengingat keanehan lain … di mana pria semalam sudah mengetahui namanya.

“Ck, tapi dari mana dia tahu namaku?” Kening Selena berkerut kembali. Namun, tidak lama … tubuh gadis itu kembali menegang saat mengingat ia melupakan satu hal penting!

Buru-buru ia bangkit dari posisi tidurnya dan meraih tas kerja. Semua barang-barang di dalam tas itu ia keluarkan … tetapi benda yang ia cari tak juga kunjung ketemu.

“Di mana pil itu?!” katanya panik, membolak-balik tas dan isi-isinya memenuhi kamar kos.

Lalu, ketika ingatannya mengurutkan adegan seharian ini … matanya seketika membola!!

“Tidak mungkin!” pekiknya. Ia seketika membatu, dengan degup jantung yang memacu. “Jangan-jangan, pil itu jatuh di ruangan Pak Aditya??”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Roni Ronisa
seru bangat
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status