แชร์

BAB 85: Masa Tenang

ผู้เขียน: Nareswari
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-08-09 09:46:58

“Baik, Pak,” ucap serempak seluruh staf.

Setelah Jade mendapat kabar barang-barang Anthony juga sudah selesai disita, ia dan pasukannya segera meninggalkan workshop.

Semua staf mulai berbisik-bisik mengenai apa yang sedang terjadi.

Tidak lama setelah itu, Anthony datang dengan tergesa menuju ruangan Julie.

Terdengar mereka bertengkar di dalam, saling menyalahkan. Lalu mereka pun keluar, seolah tidak terjadi apa-apa.

Namun, mata Julie Berthold begitu tajam menusuk Sasha. Eva segera melangkah ke depan Sasha dan balas menatap Julie dengan tajam.

Julie dan Anthony kemudian pergi dari workshop. Seluruh staf akhirnya bisa bernapas lega.

“Tahu rasa kalian!” hardik Eva.

Sasha menepuk pundak Eva. “Udah ah, nggak usah diterusin.”

“Tapi aku juga senang mereka sekarang dapat karmanya,” kata Donny. “Selama ini mereka selalu mencari-cari kesalahan dariku.”

“Betul, betul!” ucap beberapa staf yang lain.

Sasha menenangkan seluruh staf. “Sudah, sudah. Sekarang karena ruangan desainer senior se
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Pria yang Tidur Denganku Ternyata Paman Tunanganku   BAB 122: Kehangatan yang Dirindukan

    “Makan malam sudah siap!” teriak Laura dari beranda belakang. Jade menuntun Sasha berjalan karena langit sudah mulai gelap. Mereka pulang dari green house dengan membawa beberapa sayuran dan buah segar. “Ibu, boleh ya kami petik ini?” tanya Jade seraya memperlihatkan apa saja hasil kebun mereka malam itu. Laura dan Stephen tertawa bersama. “Silakan saja, ambil sebanyak apapun yang kalian inginkan. Ayahmu tinggal merawat mereka lagi sampai berbuah.” Laura menghidangkan sup kepiting dan juga lobster saus telur asin. Sasha tampak senang melihat lobster yang besar. “Wah, sepertinya enak!”Semua mulai melahap makanannya. Namun, Sasha terdiam setelah kunyahan pertama. “Kenapa, Sha?” tanya Laura. “Makanannya nggak enak?”“Manis,” ucap Sasha kecewa. Stephen dan Laura kembali mencicip lobsternya. “Nggak manis kok, rasanya gurih,” sahut Stephen. “Ibu nggak masak pakai gula kok, masa manis?” tanya Laura. Jade tertawa terbahak-bahak. Laura dan Stephen merasa heran. “Itu karena dia tadi

  • Pria yang Tidur Denganku Ternyata Paman Tunanganku   BAB 121: Buah Ajaib

    “Sementara kalian bersantai dulu, ibu akan buatkan makan malam ya,” ucap Laura. Sasha dan Jade mau tidak mau harus menginap malam itu. Sasha hendak membantu Laura menyiapkan makan malam. Tapi Laura bersikeras menyuruhnya istirahat. Mereka kemudian berjalan-jalan sekitar rumah. Halaman rumah orang tua Jade cukup besar. Mereka memiliki green house sendiri. Di dalamnya banyak ditanami sayuran, buah, dan juga bunga. Stephen gemar merawat tanaman seperti merawat anaknya sendiri. Stephen juga menjual benih tanamannya. Dan Laura bertugas sebagai admin penjualan online. “Bunga freesia!” Sasha mencium aroma bunga tersebut. Jade menatap Sasha. “Cantik!”Sasha mengangguk setuju. “Ya, bunga freesia memang cantik dan tampak anggun. Lihat, bentuknya mirip penari balet.”Jade menggeleng. “Bukan freesia. Tapi kamu, Honey.”Sasha tersipu. “Apaan sih?”Mereka kembali berjalan dan berada di bagian tanaman buah. “Lihat!” Jade menunjuk sebuah tanaman dengan buah merah berbentuk oval kecil. “Kamu ta

  • Pria yang Tidur Denganku Ternyata Paman Tunanganku   BAB 120: Perkara Delima

    “Sudah nangisnya?” tanya Jade penuh canda. Sasha memukul dada Jade pelan. Mereka tertawa pelan. “Mau makan apa? Lapar,” lanjut Jade. Sasha mengelap air matanya yang masih tersisa. “Aku mau makan buah delima,” jawab Sasha. Jade mengernyitkan dahinya. “Buah itu belum musim, Honey.”“Tapi aku pengen itu. Pasti segar siang-siang makan buah delima,” ucap Sasha. Jade memegang tangan Sasha. “Kalau mau segar, kita makan semangka aja ya?”Sasha menggeleng. “Nggak mau. Aku maunya delima.”Jade berpikir. “Gimana kalau kita beli jus delima yang di supermarket?”“Nggak!” tegas Sasha. “Aku mau buah delima utuh. Rasanya beda!”Sasha terlihat cemberut. Jade tidak mau lagi berdebat dengannya. Pertengkarannya pagi tadi cukup merusak suasana hatinya. “Ya sudah, kalau begitu, kita cari buah delima ya. Siapa tahu ada keajaiban datang dan kita bisa nemu delima.” Jade mengajak Sasha segera ganti baju.Sasha menurut. Ia mengambil kaos dress selututnya, tas tangan, dan kacamata hitam. Dahi Jade berker

  • Pria yang Tidur Denganku Ternyata Paman Tunanganku   BAB 119: Hormon Oh Hormon!

    “Yuk makan!” seru Jade. Jade menata meja makan dan menghidangkan nasi goreng buatannya. Sasha di kursi yang telah disiapkan Jade. Sasha tersenyum. Ia sangat bahagia melihat nasi goreng di hadapannya. Jade tersenyum puas. “Silakan dinikmati, Honey.”Sasha mengambil suapan pertamanya. Membauinya. Bumbunya digoreng dengan sempurna. Warnanya begitu menggoda. Hap! Jade memperhatikan wajah Sasha. Ekspresi Sasha tiba-tiba datar. “Bagaimana?” tanya Jade penasaran. Sasha mengunyah perlahan. Lalu menelannya dengan kepayahan. Sasha tiba-tiba berlari ke toilet dan memuntahkan apa yang baru saja dia makan. Jade mengejarnya cemas. “Honey, kamu nggak apa-apa?”Sasha masih terus muntah hingga ia tampak lemas. Jade membantunya memijat tengkuknya. Sasha melambaikan tangannya. Menekan tombol flush. Dan mencuci mulut serta wajahnya. Wajahnya tampak pucat. “Kamu nggak apa-apa, Honey?” tanya Jade. Sasha menggeleng lemah. Ia kemudian melengos pergi menuju kasurnya. “Kamu nggak akan makan dulu,

  • Pria yang Tidur Denganku Ternyata Paman Tunanganku   BAB 118: Di Klinik Dokter John

    “Udah jangan dielus-elus terus, mual nih,” rengek Sasha. Sasha dan Jade lanjut menikmati makan siang mereka. Setelah selesai, Jade kembali ke kantor pusat untuk lanjut bekerja. “Nanti pulang aku jemput ya,” ucap Jade. Sasha mendelik. “Kayak kantor kita beda kota aja, duh!”Jade tertawa. “Jangan terlalu capek ya.”Sasha mengangguk. “Iya, cepat sana kembali ke kantor!”Sasha agak mendorong Jade pelan. Jade berjalan mundur sampai pintu. Kemudian ia melambaikan tangan. Sasha menarik paksa bibirnya untuk tersenyum. “Dah!”Begitu pintu ditutup, Sasha memutar bola matanya. Ia mendengus. “Duh! Tambah bucin aja dia.”Sasha menepuk jidatnya. Lalu kembali bekerja. Sorenya, Sasha sudah berada di klinik Dokter John bersama Jade. Mereka sedang mengantri, menunggu panggilan. “Nyonya Gregory!” panggil perawat. Sasha berdiri. “Ya.”Sasha kemudian ditimbang berat badan dan diperiksa tekanan darah tinggi. “Hari pertama haid terakhir kapan, Bu?” tanya perawat. Sasha berpikir. “12 April, Sus.”Pe

  • Pria yang Tidur Denganku Ternyata Paman Tunanganku   BAB 117: Kejutan Terindah

    “Apa? Ada yang salah, Honey?” tanya Jade cemas. Sasha memegang sebuah alat di tangannya. Lalu ia tertawa. Jade bingung. “Kenapa malah tertawa?”“Aku mau ke kamar mandi dulu ya,” ucap Sasha. Jade dengan sigap memapah Sasha sampai kamar mandi. Agak lama, Jade merasa tidak tenang. Ia mondar-mandir di depan pintu kamar mandi. “Honey, kamu baik-baik aja kan?” tanya Jade cemas. “Kok nggak ada suaranya?”Pikiran Jade tidak karuan. Ia semakin cemas. Tidak lama kemudian, terdengar seperti isak tangis. Jade segera membuka pintu kamar mandi yang tidak terkunci dan mendapati Sasha sedang menangis di depan kaca wastafel. “Sayang, kamu kenapa?” tanya Jade. Ia begitu khawatir. Sasha terus menangis. Kemudian ia menyodorkan alat yang dari tadi dipegangnya. Jade bingung. Dan saat melihat alat itu, ia tertegun. “Honey, kamu hamil?” tanya Jade tak percaya. Sasha mengangguk. Ekspresi Jade langsung berubah senang. “Honey, kamu hamil? Woohooo! Istriku hamil!” Jade langsung memeluk Sasha erat. “T

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status