Semenjak kehadiran Dyrroth atau pun sebut saja Drey, Keyna jarang keluar dari kamarnya ketika berada di rumah. Ia berusaha untuk menjauh dari Drey, jika bisa mungkin ia akan pergi sangat jauh.
Drey tidak melakukan apapun pada Keyna, tapi tatapan matanya saja sudah membuat Keyna amat sangat ketakutan, ok di luar wajah tampannya ya.Meskipun kini sudah larut malam namun Keyna tidak bisa memejamkan matanya. Di pikirannya hanya ada Dyrroth… Dyrroth… Drey… Drey…Keyna mendesah pelan. "Apa ia sudah memanipulasi pikiranku juga?" gumamnya perlahan."Argghhh, bagaimana aku bisa lepas dari mahluk itu ya Tuhan! Aku ingin hidup normal kembali," umamnya putus asa.Keyna mencoba untuk mencari pembatalan ritual tersebut, dan berencana untuk mengembalikan Drey ke asalnya. Namun saat Keyna membuka buku tersebut, alangkah terkejutnya dia saat melihat semua halaman di buku itu telah kosong. Tak ada yang bisa dibaca meskipun itu sebuah titik kecil.Aneh bukan?Bahkan Keyna sudah mendatangi toko tersebut untuk menemui wanita tua itu dan bertanya mengenai hal ini. Dan lagi-lagi Keyna dibuat melongo tak percaya. Toko buku itu hilang bak di telan bumi. Sedangkan tempat yang Keyna yakini toko buku adalah sebuah toko roti, dengan aroma semerbak menggiurkan dari roti yang baru dipanggang.Keyna masih penasaran, ia mencoba masuk ke dalam toko roti tersebut dengan membeli beberapa roti agar tidak malu saat bertanya.Dan hasilnya benar-benar di luar prediksinya. Pemiliknya mengatakan bahwa toko ini sudah menjadi toko roti sudah puluhan tahun lamanya di sini. Bahkan tidak bergeser sedikitpun. Malah pemilik toko tersebut menatapnya dengan aneh saat Keyna mengatakan bahwa ia membeli buku di toko ini. Mungkin pemilik toko tersebut menganggap Keyna gila atau sedang berhalusinasi tinggi. Karena tatapannya seakan mengatakan jika Keyna orang yang tidak waras.Jadi di sini sebenarnya yang tidak waras itu siapa?Astaga, Keyna benar-benar merasa dirinya gila sungguhan. Apakah ini nyata atau hanya sebuah mimpi? Jika mimpi Keyna berharap dapat segera bangun dengan cepat dari mimpi buruknya ini.Jika ini nyata, semoga saja Keyna hanya sedikit sakit jiwa yang bisa disembuhkan oleh seorang psikiater.Percuma juga Keyna menceritakannya pada orang lain, karena hanya akan menganggap bahwa Keyna gila. Atau pada ibunya, pasti ibunya akan segera menyeret Keyna dan membawanya ke psikiater.Jika buku itu sudah kosong, maka jalan satu-satunya adalah mencarinya di g****e. Konyol bukan? Tapi tidak ada pilihan lain lagi untuk Keyna. Bukan nya di g****e kita akan menemukan apapun? Semoga saja hal ini ada.Keyna segera meraih ponselnya yang berada di atas nakas di sebelah tempat tidurnya. Kemudian ia tampak mulai mengotak-ngatik ponselnya.Pembatalan Ritual Pemanggilan Iblis.Not Found!Keyna mendesah kecewa, namun ia tak putus asa begitu saja.Pembatalan Ritual Pemanggilan Demon.Not Found!Not Found!Not Found!Kini Keyna menggeram kesal. Bahkan ia melempar ponselnya di atas tempat tidur. Ia frustasi dan mengacak-ngacak rambutnya sendiri."Hmm, tidak ada yang bisa membatalkan pemanggilan ku, gadis kecil." Terdengar suara yang teramat datar, dingin dan penuh keangkuhan dari pintu kamar yang tiba-tiba terbuka.Keyna tersentak kaget, saat sosok itu sudah berdiri dengan melipat kedua tangannya di dada dan bersandar pada pintu."K-kau!" pekik Keyna sambil beringsut mundur dan tertahan di ujung tempat tidur. Sedangkan Drey melangkah dengan tenang ke arah Keyna yang ketakutan, seketika pintu kamar tertutup dengan sendiri, membuat Keyna semakin bergetar. Dan terkunci.'Apa maksudnya??' pekik Keyna dalam hati.Drey semakin mendekat, Keyna semakin terdiam kaku benar-benar mirip sebuah patung, tubuhnya tidak dapat di gerakan kembali. Sepertinya itu ulah Drey."K-kau m-mau apa? A-aku akan berteriak!!" seru Keyna dengan bibir bergetar."Berteriaklah sesuka hatimu, aku sudah membuat ibumu tertidur, tidak akan ada yang bisa mendengar teriakanmu." Dyrroth menyeringai. Mata Keyna membulat sempurna. Ah, dia lupa Dyrroth bisa melakukan apapun.Tidak ada bisa Keyna lakukan, kecuali berdoa, ya berdoa. 'Tuhan tolong aku…'Terdengar Drey menggeram marah. Terlihat kilatan amarah di matanya yang tampak semakin mengerikan. Keyna tidak peduli, jika ia harus mati maka mungkin inilah waktunya.Keyna terus memohon pada Tuhan perlindungannya dalam hatinya. Mata Drey berubah menjadi merah. Tangannya mengepal, namun tiba-tiba keluar kuku tajam dari jarinya."Berdoalah pada Tuhanmu, terlalu banyak yang dia urus dia tak akan mendengar doamu." Drey menyeringai."Drey, Dyrroth siapapun kau, aku mohon, menjauhlah dariku, aku sama sekali tidak tertarik dengan perjanjian yang kau tawarkan itu." Lirih Keyna dengan terisak. Entah sejak kapan air matanya sudah membasahi pipinya."Ku mohon…" lirihnya."Sekali kau memanggilku, itu berarti kontrak untuk selama-lamanya dan tidak bisa di batalkan. Kau akan menyetujui perjanjian itu.""Tidak Drey… aku mohon…" Keyna memohon."Bukankah kau ingin memiliki Xavier? Kau hanya perlu menyetujui perjanjian itu dan kau akan memilikinya, sudah ku katakan aku tak akan meminta nyawamu," ujar Drey sambil menatap tajam Keyna yang masih terdiam kaku karena ia membuat Keyna tidak bisa bergerak oleh kekuatannya saat ini"Tidak..." lirih Keyna."Kita hanya perlu melakukan perjanjian itu, Xavier akan menjadi milikmu dan aku akan mengambil apa yang kau korbankan, setelah itu aku akan pergi dari hidupmu, mudah bukan?!" "Aku tidak mau…""Benarkah? Tapi hatimu mengatakan sebaliknya Arkey..." 'Shit… apa yang dia tahu?' pekik Keyna dalam hatinya"Aku tahu semuanya." Ujar Dyrroth, karena memang ia bisa membaca pikiran Keyna."Bahkan aku tau semua tentangmu," ujar Dyrroth " Setiap malam kau selalu membayangkan Xavier bahkan dalam mimpimu. Kau selalu membayangkan dan menginginkan Xavier untuk menyentuh tub---""Stopp… stopp Dreyy..." pekik KeynaTentu saja apapun yang Keyna sembunyikan Drey akan mengetahui semuanya dengan mudah. Sekalipun itu sebuah rahasia besar yang Keyna tutup dengan rapat. Ini membuat Keyna takut sekaligus malu. Pipinya sedikit merona. Ahh astaga... Keyna sendiri bahkan tidak mengerti mengapa ia bisa berpikiran kotor jika membayangkan Xavier yang bisa menyentuh tubuhnya. Ohh… apakah ini manipulasi Drey?"Tidak, aku tidak membuatmu seperti itu, itu keinginan mu sendiri," ujar Drey."Apa?" Kaget Keyna."Baiklah..." Kini nada suara Dyrroth terdengar sedikit lebih santai, ia duduk di atas tempat tidur, matanya tidak lepas menatap Keyna yang masih ketakutan. Mungkin pendekatannya harus sedikit lebih halus untuk mendapatkan apa yang dia inginkan."Hmm..sepertinya aku tahu, kau tidak melakukan perjanjian itu karena kau masih takut untuk menyerahkan apa yang ku minta padamu," seru Dyrroth."Apa maksudmu?""Jangan pura-pura bodoh Arkey. Aku sudah mengatakannya padamu, apa yang ku minta bukan?"Keyna ingat dengan betul apa yang Drey minta, bukan nyawanya atau jiwanya untuk mengabdi pada Drey selama-lamanya. Bukan yang seperti itu. Tapi tetap saja Keyna merasa tidak ingin memberikan sesuatu yang paling berharga yang ia miliki. Ia hanya akan menyerahkannya pada orang yang ia cintai. Setidaknya ia akan menyerahkannya pada Xavier."Xavier tidak akan peduli kau masih perawan atau tidak Arkey." Ucapan Drey sontak saja membuat Keyna tersentak."Kau… jangan sembarangan membaca pikiranku Dreyyy, itu tidak sopan!" pekik Keyna."Aku mengatakan apa yang aku tahu, buatlah ini menjadi lebih mudah Key. Kau menginginkan Xavier, aku akan mengabulkannya, kau hanya tinggal menyerahkan apa yang aku mau, setelah itu aku akan pergi dari hidupmu dan Xavier menjadi milikmu," tawar Dyrroth."Dan, aku akan membuat Clarissa dan teman-temannya tidak mengganggumu lagi," lanjutnya."Aku tidak mau, aku ingin Xavier mencintaiku dengan tulus tanpa bantuanmu tentu saja. Dan Clarissa aku sama sekali tidak peduli," lirih Keyna."Kau tidak tahu siapa Xavier dan Clarissa, Arkey." Drey menyeringai."Apa maksudmu?" tanya Keyna penasaran."Aku tidak akan memberitahumu! Jika kau tau menyetujui perjanjian yang ku tawarkan." Drey tersenyum miring dengan seribu makna yang tersimpan.Siapa Xavier?Siapa Clarissa?Apa arti semua ini?- To be continue-Salam kenal semuanya, selamat membaca.
Pagi itu, sinar matahari menembus tirai jendela kamar Keyna. Ia mengerjap perlahan, matanya berat seperti baru bangun dari tidur yang sangat panjang. Tangannya terangkat menyentuh dahinya, mencoba mengingat sesuatu.Mimpi. Ya… semalam ia bermimpi tentang Dyrroth. Mimpi yang terasa begitu nyata, begitu hidup, bahkan ia masih bisa merasakan kehadiran pria itu. Bagaimana mungkin?Keyna menoleh ke sekeliling kamarnya. Sama seperti kemarin malam. Tak ada yang berubah. Langit-langit yang sama, perabot yang sama, bahkan bantal yang masih berantakan seperti ketika ia tertidur.“Mimpi itu... terlalu nyata,” gumamnya, mengusap wajahnya pelan.Ia duduk di pinggir tempat tidur, berusaha menenangkan diri. “Pasti karena aku terlalu memikirkan dia. Dyrroth. Ya… itu pasti. Tidak mungkin dia benar-benar ada di sini…”Keyna bangkit dan melangkah menuju kamar mandi, kakinya telanjang menyentuh lantai kayu yang dingin. Setelah ia selesai mandi kemudian ia bersiap dengan pakaiannya dan juga tas nya untuk
Tubuh Keyna langsung bergetar, namun ia tak bisa bergerak.Otaknya mencoba memahami apa yang baru saja terjadi, tapi kenyataan di hadapannya terlalu mengejutkan. Ia sangat tidak menyangka jika Dyrroth—iblis itu—akan kembali. Dan lebih dari itu, kini ia ada di belakangnya, memeluknya erat, seakan tidak berniat membiarkannya pergi.Punggungnya merasakan setiap detail keberadaan Dyrroth—panas tubuhnya, napasnya yang mengalir lembut di telinga, dan kekuatan yang bersembunyi di balik keheningan ini.Ketegangan memenuhi udara di sekitarnya.Lalu, tiba-tiba…Pelukan itu menghilang.Keyna hampir jatuh ke depan saat cengkeraman itu lenyap begitu saja. Namun, sebelum ia sempat menarik napas lega, sosok Dyrroth sudah berdiri di hadapannya, menatapnya tanpa berkedip.Mata hitamnya bersinar dalam kegelapan, penuh ketertarikan… dan sesuatu yang jauh lebih dalam.“Kenapa wajahmu tegang seperti itu?” Suaranya lembut, nyaris terdengar menenangkan, tetapi ada bahaya yang tersembunyi di dalamnya.Keyna
Langit sore mulai berwarna keemasan saat Keyna berjalan di samping Xavier, melewati halaman menuju tempat ibadah. Angin sepoi-sepoi menggoyangkan rambut panjangnya, membawa ketenangan yang semakin akrab dalam hidupnya. Mereka sudah berjanji untuk bertemu setelah kuliah mereka selesai sore ini.Tanpa disadari, sudah sebulan berlalu sejak kekacauan terakhir. Sejak bayangan gelap itu lenyap tanpa jejak. Sejak namanya—namanya—dihapus dari dunia ini.Dyrroth.Kini, dia bahkan jarang memikirkan nama itu.“Keyna?” suara Xavier yang lembut menariknya kembali ke kenyataan.“Hm?” Keyna menoleh, menatap pemuda di sampingnya. Xavier tersenyum, tatapannya selalu lembut, selalu penuh ketulusan.“Kau melamun lagi,” katanya sambil menggeleng pelan. “Apa kau yang sedang kau pikirkan? Apakah kau memiliki masalah?”Keyna menggeleng cepat. “Tidak, aku hanya… teringat sesuatu.”Xavier menatapnya dalam, lalu mengulurkan tangannya, jemarinya menyentuh ringan symbol suci di leher Keyna. Kalung itu diberikan
Di dunia yang sangat jauh dari dunia manusia, di mana langit selalu kelabu dan awan menggantung berat seperti pertanda kehancuran, berdirilah sebuah istana megah berwarna obsidian. Menjulang tinggi di atas tanah tandus yang dipenuhi pepohonan hitam tanpa kehidupan, istana itu bagaikan simbol kekuasaan yang tak tergoyahkan.Di dalam singgasana yang berlapis emas hitam dan dihiasi ukiran kuno, Dyrroth duduk dengan ekspresi dingin dan penuh perhitungan. Kedua matanya yang berwarna merah darah menyala samar, mencerminkan amarah yang selama ini ia pendam. Rambut hitamnya panjangnya tergerai, dengan tanduk tinggi menjulang di kepalanya serta menggunakan jubah hitam kebesarannya.Di hadapannya, para bawahannya berdiri dengan penuh hormat. Salah satu dari mereka, seorang iblis bertubuh tinggi dengan tanduk melengkung dan mata menyala keunguan, melangkah maju.“Pangeran, pasukan kita telah berhasil memukul mundur mereka di wilayah timur. Wilayah itu kini kembali berada dalam kendali kita.”Dyr
Satu hari setelah Dyrroth pergi… segalanya terasa biasa saja.Keyna menjalani harinya tanpa hambatan, mengikuti kelas seperti biasa, berbicara dengan teman-temannya, dan pulang ke rumah tanpa gangguan. Tidak ada lagi sosok menyeramkan dengan tatapan tajam yang mengawasinya dari sudut ruangan. Tidak ada suara mengejek yang menyebutnya "manusia lemah."Tiga hari setelah Dyrroth pergi… ia masih merasa baik-baik saja.Tidak ada yang berubah. Kehidupannya berjalan seperti biasanya. Ia bahkan mulai berpikir bahwa kepergian Dyrroth dan Harrith memang keputusan terbaik.Namun, satu minggu setelah Dyrroth pergi… semuanya mulai terasa aneh.Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, meskipun ia tak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata.Saat duduk di kelas, Keyna menyadari sesuatu yang ganjil.Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, mengamati teman-temannya yang tengah sibuk mencatat atau sekadar mendengarkan dosen berbicara.Tidak ada yang menanyakan keberadaan Drey.Padahal, sudah satu minggu kakak se
Dyrroth menatap bayangannya sendiri di cermin besar di kamarnya, matanya yang merah menyala terlihat meredup. Kata-katanya sendiri tadi malam masih terngiang-ngiang di pikirannya."Aku harus melakukannya dengan perlahan, agar dia sendiri yang menyerahkannya."Namun, benarkah itu hanya sekadar strategi?Kenapa saat ia mengucapkannya, ada keraguan yang muncul dalam dirinya?Dyrroth mendecakkan lidahnya, tidak menyukai ketidakpastian yang menyelinap dalam pikirannya. Namun, ketika mengingat wajah Keyna—tatapan matanya yang ketakutan namun tetap berani, keteguhan hatinya meski ia begitu lemah—ada sesuatu yang berbeda.Ia menghela napas. Tidak ada gunanya memikirkan itu sekarang.Yang lebih penting adalah satu hal: Xavier.***Keesokan harinya, seperti yang sudah diduga, Xavier kembali mendekati Keyna.Dari kejauhan, Dyrroth melihat bagaimana pria itu berbicara dengan lembut pada gadis itu, mengajarkannya doa-doa dan kata-kata bijak tentang kebaikan.Dyrroth mengepalkan tangannya.Bukan ha