Share

Bab 9.

Pagi ini Rasya sudah siap dengan seragamnya, ia menata sedikit rambutnya lalu tersenyum di cermin karena ia merasa terlihat sempurna saat ini, setelah itu ia berjalan menuruni tangga untuk sarapan bersama Gisela -mamanya-.

"Pagi Sya!" Rasya tersenyum pada Gisela.

"Pagi juga ma!" ucap Rasya sembari duduk di depan Gisela.

"Papa kemana ma?" Gisela mengerutkan keningnya.

"Loh kamu gak tau?" Rasya menatapnya bingung.

"Gak tau apa ma?" Gisela menghela nafasnya.

"Papa keluar kota kemaren Rasya makanya pak Ripto gak bisa jemput kamu di sekolah dan mama nyuruh Marvel deh buat anterin kamu pulang," Rasya berdecak ketika Gisela menyebut nama Marvel.

"Lagian Mama kenapa nyuruhnya Marvel sih udah tau Rasya sama dia udah gak deket,"

"Ya siapa suruh kalian musuhan," Rasya mendelik.

"Mama kok gak ngerti perasaan Rasya banget sih, Mama kan udah tau alasannya kenapa, tapi Mama malah bilang gitu," Gisela tersenyum.

"Mama ngerti sayang, tapi itu bukan sepenuhnya kesalahan Marvel jadi kamu jangan musuhin dia gitu dong kasihan tuh dia juga ikutan berubah karena kamu," Rasya berdecak, tiba-tiba nafsu makannya menjadi hilang membuat Rasya beranjak dari duduknya.

"Mau kemana Sya? Sarapan dulu," Rasya menggeleng.

"Rasya sarapan disekolah aja ma, yaudah Rasya berangkat ya,"ucap Rasya sembari menyalimi tangan Gisela kemudian jalan menuju luar rumah.

*****

Rasya sedang tidak mood sekarang akibat ucapan Gisela tadi, Gisela selalu bilang kalau Marvel tidak salah jelas-jelas dirinya sendiri yang mengalami hal itu. Selama dikelas Rasya hanya terdiam entahlah ia sangat malas berbicara membuat Bella dan Jessy sedikit bingung dengan sikapnya saat ini.

Selama pelajaran berlangsung Rasya menatap guru yang mengajar dikelasnya karena hari ini mereka akan dibagikan hasil ulangan harian yang telah mereka kerjakan.

"Oke anak-anak hari ini ibu akan membagikan hasil ulangan kalian jadi nama yang ibu panggil harap ke depan," ucap bu Cintya membuat semua mengangguk mengerti.

bu Cintya tersenyum ketika melihat kertas pertama yang ada digenggamannya.

"Rasya Fradelina Kailly!" panggil bu Cintya membuat Rasya yang terpanggil pun langsung beranjak dari duduknya dan berjalan menuju depan.

"Nilai kamu selalu sempurna cuman yang ibu sayangnya itu kelakuan kamu disekolah, ibu harap kamu bisa merubah sikap kamu ya," ucap bu Cintya membuat Rasya mengambil kertas tersebut lalu mengangguk, sementara semua teman sekelasnya yang mendengar perkataan bu Cintya pun bertepuk tangan, saat Rasya ingin kembali ke bangkunya tatapannya tertuju pada laki-laki yang sedang melewati kelasnya sembari tersenyum ke arahnya membuat Rasya bergidik lalu berjalan cepat menuju bangkunya.

Setelah jam istirahat tiba Jessy langsung berjalan ke kelas Rasya dan juga Bella, saat mereka bertiga ingin pergi ke kantin langkah mereka tiba-tiba terhenti ketika ada seseorang yang kini ada di depan mereka, membuat Rasya menaikkan satu alisnya.

"Lo Rasya kan?" Rasya mengangguk kemudian melipatkan tangannya di depan dadanya.

"Lo udah buat empat kesalahan kemaren, yang pertama lo udah bawa catokan ke sekolah, yang kedua lo udah ngelawan anak osis, yang ketiga lo udah nyelinap masuk ke ruang osis tanpa ijin, dan yang terakhir lo udah ambil catokan lo gitu aja, sekarang gue minta lo buat balikin catokan lo," ucap laki-laki itu membuat Rasya terkekeh sinis.

"Lo siapa sih beraninya ngatur gue,"ucapan Rasya membuat Bella dan Jessy mendekat lalu mereka berbisik di telinga Rasya.

"Itu ketua osis nya Sya,"ucap mereka membuat Rasya membulatkan mulutnya.

"Oh ketos, hm tapi maaf ya pak ketos itu kejadian udah lewat kenapa masih di bahas lagi? Atau mungkin karena kalian gak punya masalah lain ya jadinya ngungkit-ngungkit masalah yang udah lewat?"ucap Rasya selembut mungkin membuat ketua osis bernama Rafli itu tetap menatapnya.

"Gue harus ambil balik catokan lo, sebelum kita yang ngasih balik ke elo lo harus bilang dulu ke bk," lagi-lagi Rasya tertawa.

"Lo ketos tapi kok bego banget sih? Gue heran deh kenapa kak Guntur ketos sebelumnya milih lo buat jadi ketos, apa jangan-jangan lo nyogok mereka ya biar mereka milih lo jadi ketos?"ucap Rasya yang diakhiri dengan tawaan membuat Bella dan juga Jessy tak bisa menahan tawanya, sementara Rafli tetap menatapnya membuat Rasya berhenti tertawa.

"Coba deh lo ada diposisi gue sekarang, misalnya lo punya barang kesayangan terus osis itu nyita barang lo, pasti lo punya pikiran buat ngambil barang itu kan? Setelah lo dapet barangnya apa lo bakal bawa barang kesayangan lo ke sekolah lagi? Enggak kan?! Makanya sebelum ngomong ya dipikir dulu,"ucapan Rasya membuat Rafli terdiam.

"Jangan salahin gue juga kenapa gue bisa ambil catokan gue, orang ruangannya juga gak di kunci kok dan makanya lain kali itu diliat dulu sebelum keluar dari ruangan, kalau gue jahat mungkin gue bakal panggil anak lain yang barangnya disita sama anak osis buat ambil barang dia diruang osis, tapi karena gue lagi baik hati jadinya gue ngurungin niat gue deh, lo kasih tau tuh ke anak-anak lo kalau ngapain itu otak nya juga di pake bukan cuman mulut doang," ucap Rasya yang ingin melenggang pergi namun ia tiba-tiba teringat sesuatu dan kembali menatap ke arah Rafli yang masih terdiam.

"Satu lagi, tolong banget ya bilangin tu ke wakil lo, kalau ngomong mikir dulu dia lagi berhadapan sama siapa, gue gak mau sampai kejadian kemaren terulang lagi, kalau sampai terjadi lagi gue bisa pastiin jabatan dia bakal turun dan gue juga bisa nyariin pengganti yang lebih layak dari pada dia, ngerti lo?"ucap Rasya yang kemudian melenggang pergi menuju kantin membuat Jessy dan Bella langsuny menyusulnya, sementara Rafli masih terdiam mencoba mencerna ucapan Rasya tadi, setelah itu tangannya terkepal menahan kekesalan terhadap rekannya itu, lalu ia berjalan menuju ruang osis.

Rafli membuka pintu dengan kasar membuat semua yang tengah asik mengobrol pun terperanjat kaget dengan kehadiran Rafly membuat mereka sontak menatap wajah Rafli yang memerah.

"Udah berapa kali sih gue ngingetin kalian, jangan sampai lupa kunci ruangan ini?! Kalian budek ya?! Gue emang kasih tanggung jawab sama satu orang tapi karena kita ini tim jadi kita harus saling mengingatkan, percuma banget gue selalu ngomong banyak sama kalian tapi gak ada satupun yang masuk ke otak kalian, gue itu sibuk jadi semua kepercayaan gue, gue serahin ke kalian dan sekarang kalian malah ngilangin kepercayaan gue, gue masih gak ngerti deh, pantes aja sih anak lainnya bilang angkatan osis ini adalah angkatan yang gak berguna, kalian itu sebenarnya kenapa sih?! Kalau kalian marah dan kesel sama gue bilang langsung jangan malah gini, kalau kalian gini terus gue yang bakal turun tangan atas semua masalah yang ada di sekolah ini," ucapan Rafli membuat semuanya sontak menunduk, Rafli tipikal orang yang tidak banyak bicara karena ia sangat terlalu malas untuk itu, namun jika Rafli murka ia akan berbicara panjang kali lebar kali tinggi seperti ini.

"Gue minta maaf ya Fli gue bener-bener lupa soalnya kemaren gue ada ekstra juga,"ucap Laura yang memegang kunci ruangan osis, membuat Rafli menatapnya.

"Ini bukan sepenuhnya salah lo Lau, satu orang salah semua juga ikutan salah, gue cuman gak mau sampai kejadian ini terulang lagi, dan kita juga gak bisa salahin Rasya sepenuhnya, dia emang udah ngelanggar tapi ini salah kalian juga yang ceroboh, kalau aja kalian gak ceroboh hal kayak gini pasti gak akan terjadi, dan kita masih bisa buat nentang perkataan Rasya, tapi karena gue rasa perkataan dia tadi emang ada benernya jadi gue cuman diem, diem bukan karena malu gak bisa debat sama dia, karena ya emang nyatanya salah kalian juga, lain kali juga kalau kalian mau minta bantuan gue buat ngurusin masalah siswa di pertimbangin dulu jangan ngasal ngambil keputusan ini, karena gue cuman gak mau harga diri anak osis diinjek-injek sama siswa disini, gue gini karena gue mau ngebuktiin kalau kita bukan sampah, dan kalau kita itu berguna!" ucap Rafli dengan tegas membuat mereka yang masih menunduk pun mengangguk, sementara Gina ia langsung menghampirinya membuat Rafli menatapnya dengan tatapan tajam.

"Fli gu-"ucapannya terpotong oleh Rafli.

"Dan lo Gin, selama ini gue udah kasih seluruh kepercayaan gue ke elo, gue percaya kalau lo itu bisa ngehandle mereka semua tapi sekarang lo malah bikin gue kecewa karena kejadian kemaren, gue tau lo emosi sama perkataan Rasya, tapi lo tau lah dia itu gimana, seharusya lo gak udah ladenin, lo juga harus pikirin apa tugas dan jabatan lo, gue nugasin lo buat bantuin mereka nyidak siswa bukan adu mulut sama siswa, kalau pun dia yang mulai ya lo cukup diam anggap aja gak ada yang ngomong sama lo, gue cuman gak mau karena masalah kemaren yang ngebuat nama osis makin tercemar, dan ini gue juga gak tau udah keberapa kalinya gue ngasih tau ini ke elo, karena gue tau elo orang yang paling mudah dipancing emosinya daripada kita-kita, gue ingetin untuk terakhir kalinya ya Gin, gue berharap lo gak akan ngulangin kejadian kemaren, dan kalau lo ngulangin lagi jangan harap gue bakal bantu lo disaat jabatan lo turun karena ulah Rasya," ucap Rafli yang langsung melenggang pergi meninggalkan ruangan osis, Gina yang mendengar ucapan Rafli pun sedikit tersentak lalu menunduk ia tahu bahwa dirinya salah.

Rasya masih sangat kesal dengan kedatangan ketua osis itu tadi pagi, membuat moodnya yang sudah buruk menjadi sangat buruk.

"Ya gue masih gak ngerti kenapa dia bisa dipilih jadi ketos, kalian berdua liat aja deh dia gimana,"rutuk Rasya membuat Bella sontak menatapnya.

"Lo beneran baru tau kalau dia itu ketua osis Sya?" Rasya mengangguk, membuat Jessy mendelik.

"Gila lo, padahal waktu pemilihan lo ikutan milih dia," Rasya menatap malas.

"Itu juga kan gue nyuruh lo berdua buat nulisin kandidat yang bakal dipilih, lagian kalian juga kok yang masukin kertas itu ke kotaknya karena itu juga wajib, kalau nggak wajib gue gak bakal ngerepotin diri ya mending ke kantin aja lah,"ucap Rasya membuat Jessy dan Bella tertawa.

"Tapi ya Rafli emang sibuk sih akhir-akhir ini, dia jarang sekolah karena harus datengin acara diluar sekolah yang mengharuskan membawa satu perwakilan dari masing-masing sekolah makanya tuh guru-guru nunjuk si Rafli buat ngewakilin sekolah ini,"ucap Jessy membuat Rasya menganggukkan kepalanya.

"Oh jadi namanya Rafli?"tanya Rasya membuat Jessy mengangguk mantap.

"Ya gak salah juga sih gue Bell kenapa gue bisa gak tau dia, buktinya dia aja gak pernah sekolah beberapa hari ini," Bella memutarkan bola matannya malas.

"Tapi Rasya cantik, Rafli itu sekelas sama Jessy dan Marvel and the geng masa iya lo masih gak tau sih, padahal kelas kita sebelahan Sya," Rasya menaikkan kedua bahunya tak perduli.

"Tau ah bodo amat gue," ucap Rasya yang tiba-tiba tatapannya bertemu dengan Rafli yang sedang mengunyah makanannya membuat Rasya sontak membuang wajah.

"Wei Fli kok lo udah sekolah?"tanya Zidan yang langsung duduk di depannya membuat Rafli yang sedang asik makan pun menoleh.

"Iya acaranya baru aja kemaren selesain jadi gue udah bisa masuk sekolah lagi," Zidan mengangguk mengerti, kemudian Alex dan Marvel ikut duduk di depan Rafli.

"Fli kita ikutan ya soalnya kursi tempat kita ilang gak tau kemana," ucap Alex membuat Rafli mengangguk setuju.

Sementara Bella dan Jessy tengah melihat keakraban antara Marvel and the gang dan juga Rafli pun membuat Bella sontak menatap Jessy.

"Rafli emang suka ngumpul bareng Marvel and the geng Jess?"

"Gak juga sih, setau gue Rafli lebih sering ngumpul bareng anak-anak osis, dia juga kalau di kelas jarang banget bicara sama banget kek Marvel,"ucapan Jessy membuat Rasya berdecih apalagi ketika mendengar kata osis.

"Gak punya temen kali, makanya ngumpulnya bareng osis terus,"ucapan Rasya membuat Jessy memutarkan bola matanya malas.

"Serah lo deh Sya mau bilang apa,"

*****

"Lo udah ngelakuin apa aja hari ini sama anak osis Fli?"tanya Zidan membuat Rafli menatapnya.

"Tadi pagi gue lagi ngurusin masalahnya Rasya," mendengar nama Rasya membuat Zidan mendelik.

"Rasya buat masalah lagi? Masalah apaan Fli?" Alex menghela nafasnya ketika mendengar perkataan Zidan.

"Lo kayak baru tau Rasya aja sih Dan, dia kan emang suka banget buat masalah," Zidan menyengir ketika mendengar ucapan Alex.

"Ya bener juga sih lo,"

Tatapan Rafli kini menatap Marvel yang sedang fokus memainkan ponselnya, sedari tadi ia belum membuka suaranya.

"Oh iya Vel, gue denger-denger Rasya itu temen kecil lo ya? kenapa gak lo aja yang nasehatin Rasya?" ucapan Rafli membuat Marvel sontak menatapnya.

"Gue udah sering ngasih tau dan nasehatin dia, orang tuanya yang sering ngasih tau dia aja gak mempan apalagi gue,"ucap Marvel membuat Rafli mengangguk.

"Sikap Rasya dari dulu emang gitu?" Marvel menggeleng.

"Dia berubah semenjak masuk SMA, dan gue juga gak tau kenapa bisa,"ucap Marvel membuat Rafli menganggukkan kepalanya, Alex menyipit karena ia baru sadar kalau Rafli itu tipe orang yang tidak kepoan.

"Tumben banget lo kepo, terus tumben banget juga lo mau ikut campur sama masalah siswa, biasanya kan lo gak pernah mau ikut campur," ucap Alex yang curiga terhadap Rafli membuat Rafli menatapnya.

"Ya sekali-sekali aja gitu emang kenapa sih muka lo gitu banget," Alex masih menyipitkan matanya.

"Gue tau nih, apa jangan-jang-"

'Terimalah lagu ini dari orang biasaa~' Alex berdecak ketika nada dering ponselnya memotong perkataannya membuatnya langsung menerima panggilan itu, sementara Zidan yang mendengar nada dering Alex pun tertawa ngakak.

"Anjirrr gue ngakak astaga hahahah lo keliatan banget sadboy nya Lex!"seru Zidan membuat Alex beranjak dari duduknya dan menjauh agar Zidan tidak menganggunya yang sedang menerima telfon, sementara Rafli melanjutkan makannya, dan Marvel yang sibuk berkutat pada ponselnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status