Share

Bab 11.

Kini Rasya, Jessy dan Bella tengah berada di toilet karena sedari tadi Rasya memegang perutnya sembari menahan rasa sakit membuat Bella menatapnya bingung.

"Lo kenapa Sya? Lo sakit? Kita ke uks ya," ucap Bella yang sembari memegang tangan Rasya, sementara Rasya menoleh lalu menggeleng sembari sesekali meringis kesakitan.

"Nggak usah, perut gue sakit banget karena ini hari pertama gue datang bulan," Jessy mendelik heboh.

"What?! Berarti beneran dong kalau kemaren lo itu PMS dih masih gak percaya aja lagi tuh Rafli," Rasya hanya terdiam sembari tetap memegang perutnya, namun kemudian ada seseorang yang berdiri di depan toilet lalu memanggil Jessy.

"Jess buruan udah mau baris tuh!" panggil Rafli dari luar toilet, kelas Rasya dan Jessy hari ini mendapatkan pelajaran olahraga namun Rasya sepertinya tidak mampu untuk ikut.

Jessy tak menggubris ucapan Rafli ia tetap menatap Rasya dengan raut khawatirnya.

"Kalau sakit jangan ikut olahraga Sya lo nanti bilang aja kalau lo lagi sakit," Rasya menggeleng.

"Gue harus ngomong apa sama pak Alan, lo tau kan kalau pak Alan tuh gak percaya sama ucapan gue," 

"Udah lo bilang aja dulu nanti gue pikirin caranya biar pak Alan percaya sama lo," Rasya hanya mengangguk, sementara Rafli berdecak kesal karena Jessy tidak keluar dari toilet itu membuat dirinya mau tak mau memasuki toilet tersebut membuat ketiganya serempak memekik.

"Weh lo ngapain masuk Fliii astaga ini toilet cewek!!"pekik Jessy heboh namun Rafli hanya menatapnya datar.

"Gue udah manggil lo dari luar tapi gak ada jawaban yaudah gue masuk aja," Jessy berdecak, namun tatapan Rafli beralih pada Rasya yang meringis kesakitan membuat Rafli sontak mendekatinya.

"Lo kenapa Sya? Lo sakit?" Rasya menoleh lalu menggeleng.

"Engga Fli gue gak kenapa," Rafli kemudian menatap ke arah Jessy dan Rasya.

"Lo berdua baris duluan aja udah ditunggu pak Alan, Rasya biar gue yang anterin ke lapangan," Jessy dan Bella hanya menurut, kemudian saat mereka telah pergi Rafli sontak menatap Rasya yang masih meringis kesakitan.

"Lo mau ke uks?" Rasya menoleh lalu menggeleng.

"Mau kemana pun juga gak bakal mempan," Rafli menghembuskan nafasnya.

"Seenggaknya lo bisa rebahan," Rasya menggeleng.

"Lo gak ngerti!"pekiknya sembari pergi meninggalkan Rafli yang menatapnya bingung lalu ia berlari mengejar Rasya, setelah ia berada disebelahnya Rafli pun menghentikan langkahnya.

"Biar gue yang anter lo ke lapangan," Rasya menoleh lalu berdecak.

"Gue masih punya kaki, lagian yang sakit itu perut gue bukan kaki gue!"ucap Rasya yang langsung mempercepatkan langkahnya menuju lapangan.

Setelah sampai di lapangan semua mata menatap ke arah Rasya termasuk pak Alan sementara Rasya yang ditatap pun hanya cuek.

Bella yang melihat Rasya berjalan seorang diri pun menatap ke arag Jessy yang baris di senelahnya.

"Kok Rasya sendiri? Rafli kemana?"bisik Bella pada Jessy membuat Jessy sontak menatap Rasya lalu menaikkan kedua bahunya.

"Iya tuh padahal kan tadi bilangnya mau nganterin Rasya," Bella menggeleng.

"Gue yakin pasti Rasya bakal nolak ajakan dia," Jessy mengangguk setuju.

Pak Alan menghampiri Rasya yang berjalan sangat santai, lalu pak Alan berdecak ketika sudah berada di hadapan Rasya.

"Rasya, Rasya kamu ini selalu aja begini gak capek apa kamu itu bikin masalah terus?" Rasya mengerutkan keningnya.

"Salah saya apa lagi sih pak? Saya kan cuman ke toilet, emang gak boleh?" pak Alan menghela nafasnya.

"Tapi ini kelamaan, kamu ngapain sih sama Rafli lagi," Rasya mendelik.

"Bapak kalau ngomong gak usah ngaco deh, saya tau bapak mau balas dendam sama saya tapi gak dengan ngefitnah gini dong pak," Pak Alan terkekeh.

"Selain kamu suka bikin masalah ternyata kalau saya liat-liat kamu lucu juga," Rasya mendelik lalu memutarkan bola matanya malas.

"Bapak sinting!"pekiknya yang kemudian melenggang pergi menuju barisannya, sementara pak Alan hanya terkekeh lalu berjalan menyusulnya.

"Eitt Rasya tunggu bentar,"panggil pak Alan membuat mau tak mau Rasya menghentikan langkahnya dan berbalik menatapnya.

"Apalagi pak? Saya mau baris nih,"ucap Rasya yang diakhiri dengan decakan.

"Bapak mau nanya, tadi kamu kan lagi sama Rafli terus Raflinya kemana? Kok gak ada?"

"Ya mana saya tau emang saya emaknya,"ucap Rasya yang agak nyolot membuat pak Alan menghembuskan nafasnya dan mengelus dadanya bahwa ia harus bersabar dengan sikap Rasya yang memang begini.

"Tapi kata Jessy sama Bella kamu lagi sama dia?" Rasya mengangguk.

"Iya tadi waktu Rafli manggil Bella sama Jessy, terus setelah itu saya gak tau dia kemana,"ucap Rasya yang langsung bergabung dengan kelasnya, sementara pak Alan berdiam di depan mereka.

"Untuk kelas Mipa 1 boleh duduk dulu, dan untuk kelas Mipa 3 kalian tetep berdiri" ucapan Pak Alan membuat anak-anak Mipa 1 bersorak ria sementara anak Mipa 3 berdecak dan sesekali mengumpat, termasuk Rasya.

"Jadi untuk kelas Mipa 3 sebelum kita olahraga lebih baik kita pemanasan terlebih dahulu, silahkan kalian lari di lapangan tiga kali setelah itu kalian boleh duduk,"ucapan pak Alan membuat semua mengubah wajahnya menjadi lesu padahal ini masih pagi tapi mereka terlihat sangat tidak bersemangat. Bella menghampiri Rasya lalu memegang tangannya.

"Yuk Sya bilang ke pak Alan, lo jangan maksain diri lo kalau emang gak bisa yang ada nanti lo pingsan lagi," Rasya hanya menurut lalu mereka berdua berjalan menghampiri pak Alan.

"Loh kalian kenapa gak ikutan lari?"tanyanya dengan raut wajah yang bingung, sementara mereka saking bertatap dengan Bella yang mengkode Rasya agar dirinya berbicara pada pak Alan.

"Pak saya gak ikutan lari ya, perut saya sakit pak kebetulan hari ini hari pertama saya datang bulan," pak Alan menghela nafasnya ketika mendengar ucapan Rasya.

"Kamu ini udah telat baris, terus sekarang gak mau ikutan lari," Rasya menghembuskan nafasnya ia tau bahwa pak Alan pasti tidak mempercayainya.

"Tapi saya serius pak," pak Alan menggelengkan kepalanya.

"Setiap pelajaran olahraga kamu selalu aja nyari alasan biar kamu gak ikut pelajaran saya, kamu selalu pakai latihan cheers sebagai alasan supaya kamu gak ikut pelajaram olahraga dan sekarang kamu lagi gak ada latihan apapun jadi kamu harus ikut," Rasya berdecak.

"Kali ini beneran pak perut saya sakit, kalau saya pingsan emang pak Alan mau tanggung jawab?" Pak Alan tersenyum jail.

"Emang kamu mau bapak tanggung jawabin?"goda pak Alan yang membuat Rasya dan Bella mendelik kaget.

"Bapak udah gila ya, wah parah kayaknya bapak perlu masuk rumah sakit jiwa nih," ucap Bella, sementara Rasya mengendus kesal ia tidak mengerti dengan guru olahraganya ini memang ia masih muda karena umurnya sekitar 22 tahun tetapi tetap saja ia adalah guru Rasya, bisa-bisanya dirinya mencoba menggoda Rasya.

Sementara disisi lain Rafli yang baru datang sembari membawa sebotol Kiranti, ia berencana untuk memberikan ini pada Jessy agar Jessy yang langsung memberikan minuman ini pada Rasya.

"Jess nih,"ucap Rafli sembari menyerahkan botol tersebut, sementara Jessy mengerutkan keningnya bingung.

"Lo ngapain ngasih gue Kiranti? Gue lagi gak datang bulan Fli, yang datang bulan itu Rasya," Rafli berdecak.

"Gak usah geer deh siapa juga mau ngasih ke elo, ini gue minta tolong sama lo buat kasihin ini ke Rasya biar pak Alan percaya kalau Rasya beneran sakit," Jessy mendelik.

"Anjir pinter juga lo Fli, oke oke gue kesana dulu ya," ucap Jessy yang langsung mengambil botol itu lalu berjalan cepat menghampiri pak Alan, Rasya dan juga Bella.

"Hai hai haii Jessy cantik datangg!"ucapnya membuat pak Alan menatapnya datar.

"Nah lengkap sudah pasukan kalian,"ucapan pak Alan membuat Jessy menyengir.

"Kamu mau ngasih alasan apa Jess biar kamu juga gak ikutan olahraga?" Jessy mengerutkan keningnya.

"Yaampun pak yang gak mau ikut olahraga siapa? Bapak jangan suudzon deh sama saya," pak Alan tetap menatap Jessy sembari melipatkan kedua tangannya di depan dadanya.

"Terus kamu mau ngapain kesini? Kelas kamu kan disana,"ucap pak Alan sembari menunjuk ke arah kelas Jessy.

"Iya pak saya tau, tapi saya kesini mau ngasih Kiranti ke Rasya," ucap Jessy sembari menyerahkan sebotol Kiranti itu pada Rasya, sementara Rasya pun hanya menerimanya karena ketika ia datang bulan Rasya memang sering meminum ini. Setelah itu tatapan Jessy beralih ke pak Alan.

"Pak Rasya itu gak boong, dia emang lagi datang bulan, dan kalau hari pertama tu emang perutnya sakit, bapak harus ngertiin Rasya, emang pak Alan gak kasihan apa sama Rasya, tadi ditoilet tuh dia nahan sakit perutnya pak, nah coba deh bapak bayangin aja kalau bapak ada di pos-"ucapan Jessy terpotong oleh pak Alan.

"Iya iya bapak ijinin, Rasya kamu boleh duduk di sana, dan Bella kamu sana lari sama teman-teman kamu,"ucap pak Alan membuat wajah Rasya berseri.

"Aduh pak Alan baik banget makasih ya pak,"ucap Rasya sembari tertawa sementara pak Alan menatap Rasya malas setelah itu tatapannya beralih pada Bella yang masih terdiam.

"Bella kok diam cepetan ikut lari bareng teman-teman kamu,"ucap pak Alan membuat Bella sontak menekuk wajahnya dan kemudian berlari dengan perasaan malas, sementara Rasya dan Jessy hanya tertawa melihat ekpresi Bella.

"Bye bye Bellaa!"pekik mereka berdua serempak sembari melambai-lambaikan tangannya pada Bella, sementara Bella yang melihat mereka pun mengendus kesal, mereka lagi-lagi tertawa.

"Semangatt Bellaaa!"pekik Jessy.

"Kalau bisa lari enam kali Bell gantiin guee!"pekik Rasya.

Mereka sangat puas menjahili Bella sampai-sampai mereka baru sadar bahwa sedari tadi pak Alan menatapnya dengan tatapan datar.

"Jessy kamu jangan ketawa-ketawa gitu udah sana duduk bareng kelas kamu karena sebentar lagi kelas kamu yang bakalan lari," ucap pak Alan membuat Jessy mengangguk.

"Siap pak! Jagain Rasya baik-baik ya pak awas aja kalau sampai kenapa-napa," ancam Jessy sembari menepuk pundak Rasya membuat pak Alan mengangguk.

"Tenang Jess bapak bakal jagain Rasya dengan baik,"ucapan pak Alan membuat Rasya yang mendengar ucapan Pak Alan pun memutarkan bola matanya malas sementara Jessy tertawa ngakak dan berjalan menghampiri teman sekelasnya.

"Yaudah Rasya kamu duduk dulu disana," Rasya hanya berdehem lalu berjalan menuju pinggir lapangan dan duduk seorang diri sembari meminum Kiranti itu.

Tak lama kemudian Rasya merasa ada seseorang yang duduk di sebelahnya sontak ia menoleh dan sedikit tersentak dengan kedatangan Rafli.

"Gimana lo suka sama minuman itu?" Rasya menatap botol Kiranti yang ia pegang lalu mengangguk.

"Setiap gue datang bulan gue emang sering minum ini, emang kenapa?"ucapan Rasya membuat Rafli menghela nafasnya lega.

"Syukur deh kalau lo suka, soalnya tadi waktu gue beli itu gue bingung mau pilih yang mana soalnya ada beberapa macam gitu tapi mba penjualnya nyaranin gue beli yang biasa aja ya walaupun gue gak tau bedanya apa," Rasya mendelik dan hampir tersedak ketika mendengar ucapannya.

"Jadi... ini lo yang beli Kirantinya?"tanya Rasya sembari menatap botol Kiranti yang ia pegang, sementara Rafli menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Ih lo gila ya?" Rafli menghela nafasnya.

"Gue bukannya gila tapi gue cuman mau bantu lo aja Sya," Rasya menghela nafasnya.

"Lo gak malu apa lo itu cowok tapi beli minuman untuk cewek," ucapan Rasya membuat Rafli terkekeh.

"Gue cuman mau bantu lo supaya pak Alan percaya kalau perut lo emang lagi sakit Sya," Rasya terdiam sejenak lalu kembali menatap Rafli.

"Hm Thanks. Lain kali lo gak usah repot-repot,"ucapan singkat Rasya mampu membuat senyuman Rafli mengembang, kemudian ia menganggukkan kepalanya.

"Hm gue minta maaf ya Sya soal kemaren karena ini juga salah kita yang ceroboh anggap aja ini sebagain permohonan maaf gue ke elo Sya," Rasya menoleh.

"Gue maafin lo tapi nggak buat Gina, dia berani banget ngelawan gue waktu itu yang ngebuat gue benci banget sama dia, sok banget baru jabatannya tinggi, kalau diaduin sama jabatan gue juga kalah dia, kalau dia bisanya nyidak siswa doang gue bisa ngeluarin siswa bahkan guru sekalipun dari sekolah ini kalau gue mau,"

Rafli tersenyum.

"Makasih Sya karena lo udah maafin gue" Rasya hanya berdehem.

Sementara disisi lain...

"Tuh kan Lex gue tuh udah curiga sama Rafli dari awal, gue udah tau kalau ucapan dia waktu itu tersirat sesuatu di dalamnya,"ucap Zidan yang sok misterius membuat Alex menjitak kepalanya.

"Sesuatu pala lo, udah deh lo gak usah sok tau," Zidan berdecak.

"Lo gak percaya banget sih Lex, lo liat aja tuh gue yakin kalau Rafli itu punya perasaan lebih sama Rasya, ya kan Vel?"tanya Zidan pada Marvel yang kini tetap memandang ke arah Rasya dan juga Rafli membuat Zidan tersenyum jail.

"Aaaa ditatapan terus tuh dua insan yang romantis," celetuk Zidan membuat Marvel yang tersadar pun sontak menatapnya.

"Gak usah sok tau," Zidan tertawa.

"Udah deh Vel, ucapan lo emang bisa bohongin gue tapi mata lo yang gak bisa bohongin gue," ucapan Zidan membuat Marvel berdecak, sebenarnya Marvel hanya tak biasa melihat Rasya yang sepertinya sangat biasa saja dengan kedatangan Rafli disana, karena biasanya Rasya akan bersikap kasar pada siapapun itu yang membuat Marvel bingung.

"Gue tuh cuman bingung aja coba deh kalian liat tuh Rasya, gak biasanya dia kayak gitu,"ucap Marvel membuat Zidan dan Alex setuju.

"Jangan-jangann..."ucap Alex yang menggantungkan kalimatnya membuat Zidan dan Marvel menunggu ucapannya yang tergantung itu.

Zidan berdecak ketika Alex tidak melanjutkan perkataannya.

"Ck.. jangan-jangan apaan? lo lama banget ngomongnya," Alex hanya terkekeh.

"Jangan-jangan Rasya suka lagi sama Rafli,"ucapan Alex membuat Marvel dan Zidan mendelik.

"Lo gila Lex?!!!"pekik mereka serempak membuat Alex menyengir sementara semua pandangan hanya menatap ke arah mereka dengan tatapan bingungnya entah apa yang telah mereka lakukan saat ini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status