Share

Bab 8.

Rasya berjalan bersama Bella dan juga Jessy menelusuri koridor sekolahannya, Jessy menatap Rasya yang tumben menguncir rambutnya.

"Tumben Sya rambut lo di iket?" Rasya menoleh dan mengangguk.

"Tadi gue buru-buru jadi gak sempet catokan ini sekarang gue mau catokan di kelas," Bella mendelik.

"Lo bawa catokan?" Rasya mengangguk lagi, mereka pun langsung memasuki kelas dan Rasya langsung berjalan menuju bangkunya karena ingin mengambil catokan miliknya, namun setelah beberapa kali dicari Rasya tidak menemukan catokan itu membuat Rasya mendelik dan panik, Jessy dan Bella yang melihat ekspresi Rasya pun menghampirinya.

"Kenapa Sya?" Rasya menoleh.

"Catokan gue gak ada!"pekiknya membuat Jessy dan Bella mendelik.

"Kok bisa Sya?!" Rasya menggelengkan kepalanya.

"Gue juga gak tauuu!"

"Palingan lo lupa bawa kali Sya,"ucap Jessy membuat Rasya menggelengkan kepalanya.

"Gak mungkin karena yang pertama gue masukin ke tas ya catokan gue Jess!"ucap Rasya yang tatapannya langsung tertuju kepada teman-temannya yang sibuk memainkan ponselnya.

"WOY LO PADA CATOKAN GUE KEMANA?!"teriak Rasya membuat semua sontak menatapnya dan menunjukkan ekspresi takut, Jessy menghela nafasnya ini terlalu pagi untuk Rasya memulai perangnya.

"Lo pada budek ya?!"teriaknya sekali lagi membuat Zulfa sang ketua kelas pun menatapnya.

"Kita gak tau Sya," Rasya berdecak.

"Gimana kalian bisa gak tau, orang dari tadi kalian diem dikelas kok!" Rasya merasa amarahnya memuncak apalagi ketika melihat mereka yang satupun tidak ada membuka suaranya membuat Rasya menggebrak mejanya yang sontak membuat mereka terkejut bukan main.

"KASI TAU GUE SIAPA YANG UDAH AMBIL CATOKAN GUE?!"teriaknya membuat semuanya malah menunduk takut namun tiba-tiba ada suara yang membuat Rasya sontak menatap ke arahnya.

"Kita!"ucap Gina selaku wakil ketua osis di sekolahan ini, Rasya menatapnya sengit ia langsung menghampiri beberapa osis yang sedang berada di depan kelasnya, ketika melihat catokannya ada ditangan salah satu anggota osis membuatnya semakin murka.

"Balikin catokan gue!"bentaknya namun mereka tak menjawab.

"Lo itu selalu ngelakuin hal sesuka lo Sya, kita tau kalau lo itu anak dari yang punya sekolah tapi aturan ya tetep aturan setiap siswa harus patuh sama peraturan tersebut, setiap hari kita udah selalu sabar ngeliat sikap lo yang seenak jidat lo itu tapi sekarang kita harus bisa bersikap adil jadinya mau gak mau kita harus ambil catokan lo," Rasya mendelik ketika mendengar Gina berucap begitu juga dengan kedua sahabat Rasya yang tidak menyangka kali ini ada yang berani melawannya.

"Lo udah berani sama gue?!"ucapnya dengan nada tinggi sembari mendekatkan dirinya dihadapan Gina.

Gina hanya menatapnya datar.

"Gue cuman takut sama tuhan, jadi kalau lo mau ambil catokan lo, lo harus ke BK," Rasya mendelik.

"Lo kira catokan gue itu catokan murahan?! Itu catokan mahal woy bahkan lebih mahal daripada harga diri kalian, lo pada gak bisa seenaknya ngambil catokan gue gitu aja! Kalau gue minta sama lo pada buat beliin gue catokan kayak gitu lo pada juga gak bakal mampu, itu hadiah dari papa gue dan itu limited edition, jadi lo pada mau cari kemana kalau sampai catokan gue ilang!"bentak Rasya yang sembari mengontrol emosinya agar tidak memuncak.

"Catokan lo bakal gue simpan baik-baik,"ucap Gina yang membalikkan tubuhnya ingin pergi namun Rasya menahannya.

"Gue gak ngerti ya sama anak osis angkatan ini, sama sekali gak pake otak, seenaknya ngambil barang orang tanpa ijin, seenaknya nyidak orang gitu aja, bahkan angkatan kalian paling gak berguna dari pada angkatan sebelumnya, angkatan kalian itu angkatan sampah, yang bisanya marah-marah gak jelas tanpa mikir, yang bisanya cuman nyidak orang gitu aja, lo semua gak punya kerjaan ya sampai mau aja jadi babu sekolah?" ucapan Rasya membuat semua anak osis mendelik, begitu juga dengan semua murid yang sedang mengerumuni mereka.

"Balikin catokan gue sekarang!?"bentak Rasya membuat mereka masih terdiam menahan kekesalannya terhadap Rasya.

Sementara Rasya tertawa remeh.

"Selain kalian bego kalian juga budek dan bisu"ujarnya membuat semuanya kembali mendelik, Gina tidak bisa menahan Rasya ia pun kembali membuka suaranya.

"Terserah lo mau ngomong apapun keputusan gue juga bakal tetep ambil catokan lo, gak peduli seberapa mahal yang jelas lo udah ngelanggar aturan sekolah, kalau lo tau mestinya lo gak bawa catokan ini ke sekolah," Rasya tersenyum miring sembari melipat kedua tangannya di depan dadanya.

"Dari tahun ke tahun angkatan osis sebelumnya gak pernah sebegininya sama gue, dan sekarang gue kaget banget liat osis angkatan sekarang yang udah berani banget-"ucap Rasya lalu mendekatkan wajahnya ke Gina.

"-dan angkatan sebelumnya pernah ada yang orang kayak lo berani ngelawan gue, terus beberapa harinya dia dikeluarin dari sekolah ini, lo mau kayak dia juga? itu hal yang gampang, sekarang pun gue bisa keluarin lo dari sekolahan ini kalau lo mau,"lanjut Rasya sembari tersenyum miring lalu mengajak kedua sahabatnya untuk pergi dari kerumunan tersebut, semua murid bertepuk tangan bangga dengan Rasya yang sangat berani dengan anak osis, karena kebanyakan dari mereka juga tidak menyukai anak osis angkatan sekarang ini, sementara Gina mengendus kesal lalu mengajak para rekannya untuk menuju ruang osis.

Rasya tidak henti-hentinya menggerutu kesal ia sangat amat kesal dengan osis itu, mereka itu seperti penguasa sekolah ini mereka itu selalu melakukan hal seenak jidat mereka padahal mereka tau nahwa yang berkuasa seharusnya adalah Rasya, karena dia adalah anak dari yang punya sekolahan ini.

Bella dan Jessy mencoba menenangkan Rasya.

"Udah Sya sabar,"ucap Bella yang berusahan menenangkan Rasya, namun saat mereka sedang asik berjalan tiba-tiba langkah mereka terhenti ketika melihat Marvel dan kedua sahabatnya ada di hadapannya.

"Sya lo gak tau malu banget sih, bisa-bisanya lo yang salah tapi lo malah tetep ngotot, pake ngancem-ngancem segala lagi, lo itu punya harga diri Sya!" Rasya mengangkat wajahnya dan menatap Marvel tajam.

"Makanya itu gue punya harga diri, dan gue gak mau sampai harga diri gue di injek-injek sama orang kayak mereka," Marvel menghela nafasnya.

"Lo gak mikir apa? Kalau sampai kedua orang tua lo tau mereka bakal gimana? Ancaman lo itu Sya lo seharusnya gak ngancem gitu, walaupun begitu Gina juga wakil ketua osis di sekolah jadi lo harus hargain dia," Rasya menghela nafasnya kasar.

"Peduli apa lo sama gue?! udah deh lo gak udah ikut campur, urusin aja tuh hidup lo,"ucap Rasya yang langsung melenggang pergi membuat Jessy dan Bella langsung menyusulnya.

Mereka bertiga memutuskan untuk duduk dikantin sembari Rasya yang ingin menenangkan dirinya.

"Udah Sya jangan emosi lagi, sumpah sih ya gue juga kaget banget ngeliat si Gina itu berani banget sama lo," ucap Jessy yang di setujui Bella.

"Gue juga masih gak habis fikir deh kenapa guru-guru bisa ngerekrut orang-orang kayak mereka buat jadi osis, bukannya sekolah makin maju malahan mereka bikin malu sekolahan, lo inget gak sih waktu anak osis diikutin lomba, mereka gak ada yang menang sama sekali beda banget deh sama angkatan sebelumnya," Bella dan Jessy mengangguk, namun tiba-tiba Jessy tersenyum ketika ada ide yang terlintas di otaknya.

"Gue punya ide gimana caranya biar kita bisa ambil catokan lo Sya,"ucap Jessy sembari tersenyum membuat Bella dan Rasya menatapnya.

"Gimana?!" Jessy mendekatkan wajahnya dan membisikkan mereka, setelah Bella dan Rasya mendengar ucapan Jessy mereka pun tersenyum lalu mengangguk setuju dengan idenya.

**********

Sepulang sekolah mereka sengaja menunggu sekolah sepi, karena mereka ingin menyelinap ke ruang osis untuk membantu Rasya mengambil catokannya. Mereka berjalan mengendap-endap seperti maling menuju ruangan osis, namun tiba-tiba langkah Rasya terhenti membuat Jessy dan Bella ikut berhenti.

"Kenapa berhenti Sya?"tanya Bella membuat Rasya menoleh menatap Jessy.

"Lo yakin Jes diruangan itu gak ada anak osis?" Jessy menggeleng.

"Tadi gue udah tanya salah satu anggota osis di kelas gue katanya sih gak ada kegiatan apa hari ini,"

"Dan lo yakin ruangannya gak ke kunci?" kini Bella yang bertanya membuat Jessy mengangguk mantap.

"Udah yuk buruan kalian percaya aja sama gue,"ucap Jessy membuat mereka bertiga kembali melangkahkan kakinya.

Saat ini mereka telah berada di depan pintu, pandangan mereka menatap ke arah sekitar berharap tidak ada melihatnya, ketika sudah dirasa aman Rasya mencoba memegang knop pintu tersebut dan perlahan ingin membukanya, ia mendelik karena ternyata pintunya memang tidak terkunci membuat Jessy tersenyum karena ucapannya benar, disaat mereka ingin memasuki ruangan tersebut tiba-tiba ada yang menepuk pundak mereka bertiga membuat mereka serempat berdecak dan berbalik, namun matanya mendelik ketika melihat ternyata Marvel yang menepuk pundak mereka dan menatap mereka dengan tatapan datarnya.

"Kalian mau ngapain?"tanya membuat Rasya menatapnya malas.

"Apa urusannya sama lo?!" Marvel menatap Rasya tajam.

"Belajar buat ngakuin dan nerima kesalahan lo;"ucap Marvel membuat Rasya terkekeh sinis.

"Maaf ya tapi gue sama sekali gak ada buat kesalahan apapun jadi ngapain gue mesti ngakuin?! Udah deh lo gak usah ikut campur mennding sekarang lo pulang,"ucap Rasya yang kembali membalikkan tubuhnya ingin membuka pintu itu pun tertahan ketika Marvel membua suaranya.

"Kalau lo sampai berani gue bakal aduin lo ke pak kumis," Rasya membalikkan tubuhnya dan menatapnya tajam.

"Lakuin aja gue gak takut karena gue tau lo itu kan cuman bisanya ngadu doang, cih emang banci lo," ketika Marvel ingin membalas ucapannya tiba-tiba ada seseorang yang melewati koridor membuat Rasya yang menyadari itu pun mendelik, sementara Marvel yang ingin memanggil orang itu karena dia adalah ketua osis pun tidak jadi karena Rasya yang tiba-tiba membekap mulutnya dan langsung membawa dirinya masuk ke dalam ruang osis. Sementara orang yang lewat tadi itu mendengar bahwa ada seseorang pun langsung menatap ke arah itu namun ia kembali berjalan ketika ia tidak melihat ada siapapun disini.

Sementara Rasya yang sudah berada diruangan osis itu pun langsung melepaskan tangannya dari mulut Marvel, setelah itu ia langsung menatap kedua sahabatnya.

"Jess, Bell bantuin gue cari catokannya ya,"ucapnya membuat Jessy dan Bella mengangguk setuju lalu mereka berpencar mencari catokan itu, Marvel hanya terduduk diam melihat mereka yang tengah sibuk mencari benda yang Marvel tidak tahu pasti itu apa karena itu adalah urusan cewek jadi ia tidak peduli.

Beberapa saat kemudian Jessy menghampiri mereka.

"Gue dapet Sya!"pekiknya membuat senyuman Rasya mengembang dan langsung mengambil catokan itu dari tangan Jessy.

"Yaudah yuk sekarang kita balik,"ajak Rasya namun tiba-tiba langkahnya terhenti ketika ia lupa bahwa diruangan ini masih ada Marvel membuat Rasya melipatkan kedua tangannya di depan dadanya.

"Lo ngapain masih disini?" Marvel beranjak dari duduknya sembari masih menatap ke layar ponselnya kemudian tatapannya beralih pada Rasya yang membuat dirinya mengarahkan ponselnya pada Rasya.

"Supir lo gak bisa jemput lo karena harus nganterin om Reno ke bandara, jadinya gue disuruh anterin lo pulang sama tante Gisela," Rasya, Jessy, dan Bella sontak mendelik kaget ketika mendengar ucapannya apalagi ketika Rasya melihat pesan mamanya itu.

"Hah? Gue pulang sama lo? Idih ogah banget mending gue pulang sendirian deh,"tolak Rasya membuat Marvel menaikkan satu alisnya.

"Lo belum biasa naik taksi online kalau misalkan lo diculik gimana? Gue gak mau tanggung jawab karena gue udah nawarin lo tapi lo malah nolak," Rasya berdecak kesal, Marvel selalu saja punya cara agar Rasya mau ikut dengannya, Marvel dari dulu memang tidak pernah berubah selalu saja menakuti Rasya.

Sementara Marvel yang lama menunggu jawaban Rasya pun menghela nafasnya.

"Gue tunggu lo 5 menit di parkiran, kalau lo gak dateng gue bakal tinggalin lo," ucap Marvel dan langsung melenggang pergi menuju parkiran sementara Rasya menghentakkan kakinya kesal Marvel memang selalu membuatnya naik darah.

Jessy dan Bella saling beratatap lalu mereka menatap Rasya yang sedang bingung.

"Jadi gimana Sya?"

"Duh gue juga bingung yakali gue ikut dia, Jess gue bareng dong?"

"Sorry ya Sya tapi gue harus nemenin nyokap arisan mungkin lain kali deh," Rasya menghembuskan nafasnya dan mengangguk kemudian tatapannya berali pada Bella yang masih menatapnya juga.

"Bell gue nebeng dong kali ini aja kok,"  Bella berfikir sejenak.

"Boleh aja sih tapi gue harus nemenin bokap makan siang lo mau ikut? kalau mau ya ayo" Rasya mendelik lalu menggelengkan kepalanya, ia merasa tak enak jika ikut makan bersama Bella dan juga papanya.

"Yaudah deh gue duluan ya," ucap Rasya sembari melenggang pergi membuat Jessy berteriak.

"LO YAKIN PULANG BARENG MARVEL?!"pekiknya.

"GAK ADA PILIHAN LAIN!" pekik Rasya sembari melanjutkan langkahnya menuju parkiran.

Sesampai di parkiran ia sempat berhenti sejenak lalu menghirup dan menghembuskan nafasnya setelah itu ia langsung memasuki mobil Marvel begitu saja, Marvel yang sadar pun tersenyum tipis melihat Rasya yang mau pulang dengannya.

Selama diperjalanan hanya ada suasanya hening dan Rasya yang kini sedang teringat sesuatu pun ia menatap ke arah Marvel.

"Lo jangan pernah ikut campur urusan gue," ucap Rasya membuat Marvel meliriknya.

"Gue sebenarnya juga gak mau ikut campur, cuman ya kebanyakan orang minta gue buat ngasih tau lo karena kelakuan lo itu udah kelewat batas sampai semua pun gak kuat lagi sama kelakuan lo," Rasya menatapnya tajam.

"Mulai sekarang lo gak usah ikut campur urusan gue, kalau pun mereka minta lo gak usah mau, mau aja lo disuruh-suruh, sama aja tuh kayak anak osis, lo sama mereka emang gak ada bedanya," Marvel tersenyum kecil.

"Gue cuman mau ngejaga nama baik sekolah aja kok," mendengar ucapan Marvel membuat Rasya mengendus kesal sembari memutarkan bola matanya.

"Ini terakhir kalinya gue naik mobil lo," ucap Rasya membuat Marvel menaikkan kedua bahunya.

"Menurut gue gak mungkin sih, tante Gisela pasti bakalan nyuruh gue buat anterin lo pulang kalau supir lo gak bisa jemput lo," oke kali ini Rasya mengalah debat dengan Marvel karena emosinya sudah mulai memuncak saat ini apalagi ketika ia mendengar perkataan Marvel, ia memilih untuk diam saja, sementara Marvel tersenyum kecil ketika melihat Rasya tak lagi bersuara.

Sesampai di depan rumahnya tanpa mengucapkan sepatah kata pada Marvel ia pun langsung turun dari mobilnya dan langsung memasuki rumahnya membuat Marvel terkekeh kecil melihat tingkahnya itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status