Share

3. Pengulangan Waktu

Perlahan mata Castarica terbuka. Menatap langit-langit kamar yang terasa tidak asing baginya. Ruangan ini adalah kamarnya! Ya, sungguh kamarnya.

Tunggu dulu!

Bukankah dia sudah mati? Itulah yang pertama dia tanyakan pada dirinya sendiri ketika dia tersadar dengan situasinya.

'Mungkinkah ini hanya khayalanku saja?' Castarica menebak, tidak yakin jika yang dia lihat adalah realita. Faktanya, kerajaan Ayahnya telah hancur di depan matanya, Castarica tidak mungkin melupakan ingatan pahit itu. 'Atau ini surga?' Castarica menebak lagi.

Tepatnya setelah itu, sebuah teriakan mengejutkan dirinya, spontan Castarica menoleh dan terkejut.

"Putri Casta, telah sadar!" teriak seorang perempuan, kemudian berlari begitu saja setelah berhasil mengejutkan sang pemilik ruangan.

Castarica terbelalak. "Anne?! Tu-tunggu." Berniat mengejar, dia justru mendapat serangan di kepalanya. "Ugh, kepalaku sakit sekali." Casta memegang kepalanya terasa sakit seperti habis terpukul benda keras. Namun, meski begitu, Casta tetap beranjak bangun berniat mengejar perempuan tadi. Sejenak Castarica duduk di pinggir kasur, menenangkan rasa sakit kepalanya yang semakin berdenyut cepat.

Brak!!

"Casta!" Seorang pria paruh baya muncul bersama dua pria dan perempuan tadi. Melihat kedatangan empat orang itu membuat netra Castaica membulat sempurna, dia mengenal empat orang itu.

"Ayah!? Kakak!? Kalian-"

"Casta! Ayah khawatir sekali padamu. Kamu pingsan sangat lama. Bagaimana kondisimu sekarang?" Pria paruh baya itu langsung memeluk penuh rasa sedih sekaligus bahagia melihat Castarica telah sadar. Sementara yang dipeluk sempat tertegun, lantaran masih terkejut, bingung dengan apa yang terjadi. Beberapa waktu berikutnya Castarica membalas pelukan Ayahnya, tidak kalah erat.

"Ayah!! Huuaa! Hiks! Hiks!" Tangisnya langsung tumpah. Castarica menangis keras dalam pelukan Ayahnya. Menangisnya Castarica membuat yang lain terheran. Tidak menyangka Castarica justru menangis setelah bangun dari pingsan.

"Castarica, syukurlah kamu sudah sadar. Lain kali jangan mencoba memanjat pohon lagi," ucapnya Ayahnya lemah sembari menepuk pelan punggung putrinya.

Castarica terus menangis histeris, bukan karena dimarahi, tapi karena dia bahagia, bahagia bisa melihat Ayah dan ke dua Kakaknya lagi. 'Apakah ini mimpi? Jika benar, aku mohon jangan buat aku terbangun!' Begitu raungnya dalam hati. Teringat kembali dia dengan mimpi buruk itu, ketika dia melihat orang-orang terdekatnya mati di depan matanya. Bagaimana Kakak ke duanya mati begitu sadis hanya untuk menyelamatkannya. Lalu Anne, pelayan pribadinya juga mati karena menyelamatkan dirinya.

"Huaa!! Ayah! Apakah ini mimpi? Hiks! Hiks! Apakah kalian benar nyata? Kalian tidak mati? Hiks! Hiks!" Castarica mulai senggugukan, air matanya kian menderas. Lantas ke dua Kakaknya mengernyit mendengar perkataannya.

"Apa yang kamu katakan, Casta. Kamu menginginkan kami mati?" sahut Kakak pertamanya, bernama Felix Gene Leslie.

Mendengar ucapan Felix, Castarica segera menggeleng keras. Mana mungkin dia menginginkan Ayah dan ke dua Kakaknya mati. "Tidak! Aku bahkan tidak sanggup membayangkan jika hal itu terjadi lagi! Hiks!" balasnya keras sambil kembali menangis.

"Lagi? Apa yang terjadi padanya?" timpal Chris, Kakak ke dua Castarica. Alisnya mengernyit bingung mendengar perkataan Castarica. Ditatapnya Felix seakan meminta jawaban dari saudaranya itu.

Felix mendelikkan bahunya. "Entahlah, mungkin otaknya semakin bodoh setelah terjatuh dari pohon," balas Felix enteng. Tidak menganggap serius pertanyaan Chris. Paling-paling hanya pura-pura manja demi menarik perhatian, begitu pikir Felix tentang sikap Castarica sekarang. Karena dia tahu betul seperti apa perangai adik perempuannya itu, pandai berbohong.

Castarica tidak memedulikan ucapan ke dua Kakaknya. Dia terlalu bahagia sekaligus sedih bisa bertemu lagi dengan ke dua Kakak dan Ayahnya. Terlepas bagaimana bisa dia ada di sini, Castarica tidak memedulikan hal itu. Baginya, selama dia bisa melihat kembali ke dua Kakak dan Ayahnya, itu sudah sangat cukup. Dia tidak akan peduli dengan yang lain.

Raja Aland, Ayah Castarica, menghela nafas pelan. Melihat Putri kesayangan terus menangis membuat hatinya tersayat perih, sebagai mana ketika dunia gelap dirundungi awan mendung dan hujan. Meski Castarica putri yang cukup nakal dan keras kepala, tapi tetap saja Castarica adalah Putri semata wayangnya dengan almarhumah istri tercinta. Buah hati yang amat mereka cintai. Orang tua mana sanggup melihat benih kasih mereka bersedih?  Raja Aland memegang kepala Castarica, mengusap lembut sembari tersenyum lemah.

"Casta, berhentilah menangis. Coba ceritakan apa yang terjadi hingga membuatmu menangis?" tanya Raja Aland pelan. Berharap dengan mengajak putrinya itu berbicara, dia dapat memberi solusi agar Castarica bisa berhenti menangis.

Castarica mengusap air matanya dengan punggung tangannya. "Aku ...." Tidak. Castarica tidak ingin menceritakan apa yang terjadi hingga membuatnya menangis. Tidak mungkin bukan, dirinya mengatakan melihat Ayah dan ke dua Kakaknya mati? Castarica yakin Felix akan memanggil tabib untuknya dengan diagnosa dia sudah menjadi gila, jika Castarica sungguh menceritakan alasannya. "Aku mimpi buruk, Ayah. Aku bermimpi, Ayah dan Kakak pergi meninggalkan, Casta," jawabnya lemah, menunduk, tak kuasa menahan sebagian kebenaran yang dia sembunyikan.

Felix mendengus pelan, sementara Chris menahan tawa yang tidak lama lagi akan meledak. Raja Aland tersenyum pasrah mendengar ucapan Castarica. Ternyata karena mimpi buruk, lega Raja Aland mendengarnya, ia pikir Castarica menangis kerena hal lain.

"Tidak. Tidak akan ada yang meninggalkan, Casta," ucap Raja Aland lembut, membalas kekhawatiran putrinya itu. Tangannya masih menyapu pelan kepala Castarica. 

Meski telah mendengar ucapan itu, tangis Castarica masih tidak bisa berhenti. Bayangan tentang kejadian mengerikan masih terputar jelas di otaknya, membekas hingga ke ulu hati, menjadi dendam kesumat dan ketakutan mendalam, seperti kisah nyata yang akan terjadi nantinya. Casta tidak tahu apakah kejadian itu hanya mimpi atau tidak, jika nyata maka risau lah perasaan Castarica sampai hari itu tiba. Jika tidak, Castarica hanya mampu bersyukur.

"Hiks! Hiks! Berjanjilah, Ayah, Kak Felix, dan Kak Chris, tidak akan meninggalkan, Casta," pinta Castarica lemah sembari menatap Raja Aland dan ke dua Kakaknya bergantian dengan wajah memelas. Seakan sangat meminta pada ke tiga pria itu untuk berjanji padanya.

Raja Aland mengangguk pelan, mengiyakan permintaan putrinya. Begitupun dengan Chris, sebagai Kakak yang baik, tentunya dia akan menurutinya, setidaknya sampai Castarica berhenti menangis. Berbeda dengan Felix, sang anak pertama justru mendengus, masih acuh tak acuh.

"Dasar cengeng. Mimpi buruk saja langsung menangis! Padahal kamu sudah besar," ketus Felix, malas melihat sikap manja adiknya, terlalu cengeng menurutnya.

"Felix!" Aland menatap Putra Pertamanya itu tajam. Bisa-bisanya Felix berkata seperti itu pada Castarica yang sedang menangis? Bukannya membantu adiknya diam, dia justru sengaja memancing api semakin besar.

Felix tetap acuh, membuang pandangannya ke sisi lain. Di sisi lain Chris mendekati Casta lalu duduk di sampingnya. "Jangan dengarkan, Felix. Dia marah karena kamu lebih membela ,Ackerley, dari pada dia. Dia cemburu," ucap Chris. Menenangkan Castarica agar tidak salah paham dengan perkataan Felix barusan.

"Chris! Apa yang kamu katakan! Aku tidak cemburu!" sahut Felix cepat. Menyangkal perkataan Chris yang sebenarnya memanglah benar. Casta membela Ackerley saat terjadi pertengkaran kecil di barak pelatihan, hal itu membuat Felix kesal dan marah. Kenapa Casta lebih membela Ackerley dari pada Kakaknya sendiri.

"Mengaku saja. Aku tahu kamu cemburu," balas Chris lagi dengan seringai nakal.

"Sekali lagi kamu bicara, akan kupotong lidahmu itu!" Ancam Felix kesal, tapi hanya dibalas senyum meledek oleh Chris. Raja Aland menghela nafas pasrah melihat tingkah ke dua putranya, sedangkan Castarica mulai tertawa karena tingkah ke dua Kakaknya.

Penulis Lepas

Vote, vote, vote! Komen!!! 🌚

| 2

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status